Indeks massa tubuh

Revisi sejak 4 Februari 2022 22.17 oleh Luna Septalisa Pratiwi (bicara | kontrib) (Menambah pranala)

Indeks massa tubuh (IMT) atau indeks Quetelet merupakan proksi heuristik untuk lemak tubuh manusia berdasarkan berat badan seseorang dan tinggi. IMT tidak benar-benar mengukur persentase lemak tubuh. Itu ditemukan antara tahun 1830 dan 1850 oleh polymath asal Belgia Adolphe Quetelet selama pengembangan "fisika sosial".[1]

Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode yang digunakan untuk menentukan status gizi seseorang. Pada usia remaja, penentuan ini didasarkan pada perhitungan IMT yang kemudian dicocokkan dengan gafik pertumbuhan sesuai usia dan jenis kelamin. Standar normal ideal yang digunakan untuk orang dewasa berusia di atas 20 tahun adalah IMT antara 20 hingga 25,0. Seseorang dikatakan memiliki berat badan berlebih (overweight) jika IMT antara 25,0 hingga 29,9. Jika IMT < 20 berarti berat badan kurang (underweight) dan IMT ≥30 berarti obesitas.[2][3]

Jika IMT seseorang berada di luar rentang IMT yang dinyatakan sehat, risiko kesehatan mereka bisa meningkat secara signifikan. Berat tubuh berlebih dapat berdampak pada berbagai kondisi kesehatan, seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskular. Sementara berat tubuh yang terlalu rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi, osteoporosis dan anemia. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung dan tidak pula mempertimbangkan usia, jenis kelamin, etnis atau massa otot pada orang dewasa.[4]

Pentingnya mengetahui Indeks Massa Tubuh

Dalam beberapa kasus, IMT dapat membantu dokter dalam menentukan status kesehatan seseorang secara keseluruhan dan risiko terserang penyakit kronis. Namun, tetap saja dokter tidak hanya mengandalkan IMT sebagai faktor pertimbangan karena IMT tidak sepenuhnya merupakan penilaian yang dapat diandalkan untuk setiap bentuk tubuh yang berbeda. Angka-angka IMT perlu diketahui karena dapat menjadi sinyal tentang kondisi kesehatan seseorang. IMT yang rendah bisa saja menandakan bahwa seseorang mengalami kurang gizi. Kemungkinan tubuhnya tidak mampu melakukan penyerapan nutrisi dengan baik atau orang tersebut tidak mendapatkan asupan kalori yang yang cukup untuk menunjang aktivitasnya. Sebaliknya, jika angka IMT lebih tinggi menandakan bahwa seseorang memiliki risiko penyakit jantung, diabetes dan kanker tertentu yang lebih tinggi daripada seseorang dengan IMT yang normal. Dengan mengetahui hal ini, dokter dapat merujuk pasien pada penata diet yang terdaftar untuk membantu pasien mendapatkan berat badan ideal dan mengurangi risiko timbulnya berbagai masalah kesehatan.[5]

Fisiologi Indeks Massa Tubuh

Penelitian baru-baru ini tentang hubungan antara kenaikan IMT terhadap berbagai penyakit dilakukan untuk menentukan patofisiologi kondisi tersebut. Ada suatu studi yang mengevaluasi tingkat sel progenitor stroma mesenchymal dan sel progenitor yang terdapat pada partisipan yang sehat dengan IMT < 30 dan pada partisipan yang sehat dengan IMT > 30. Peneliti menemukan bahwa ada peningkatan sel progenitor sebanyak 5 kali lipat pada partisipan dengan IMT lebih besar dari 30. Penelitian ini dilakukan untuk mengelaborasi penelitian lain yang menunjukkan adanya peningkatan sel darah putih dan hubungannya dengan neoplasma pada penderita obesitas. Sel progenitor dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan tumor, di mana tumor membutuhkan angiogenesis dan vaskulogenesis untuk berkembang biak. Ketika jaringan adiposa putih memobilisasi sel-sel progenitor, mereka digunakan oleh tumor untuk mendukung perkembangbiakkan kanker.[6]

IMT dan persentase lemak tubuh yang tinggi terkait dengan resistensi insulin. Resistensi insulin meningkat secara bertahap sesuai dengan tingkat IMT dan tingkat lemak tubuh secara sekunder.[7] Diabetes tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif sehingga penting untuk melakukan identifikasi dini sebagai strategi pencegahan diabetes melitus. Akumulasi lemak viseral secara khusus diasumsikan memainkan peranan penting dalam etiologi resistensi insulin, terutama oleh paparan berlebihan pada organ hati terhadap asam lemak bebas sehingga menyebabkan resistensi insulin dan hiperinsulinemia. Peroxisome proliferator activated receptor- (PPAR-) agonis, meningkatkan sensitivitas insulin dan lipemia sebagian melalui peningkatan proliferasi jaringan adiposa dan kapasitas retensi lemak. Identifikasi korelasi (PPAR-) agonis dengan obesitas memerlukan IMT untuk mengembangkan kebijakan kesehatan masyarakat dan rekomendasi diet serta aktivitas fisik yang komprehensif dn efektif.[8]

Referensi

  1. ^ Eknoyan, Garabed (2008). "Adolphe Quetelet (1796–1874)—the average man and indices of obesity". Nephrol. Dial. Transplant. 23 (1): 47–51. doi:10.1093/ndt/gfm517. PMID 17890752. 
  2. ^ Oktaviani, Wiwied Dwi; Saraswati, Lintang Dian; Rahfiludin, M. Zen (2012). "HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD, AKTIVITAS FISIK, POLA KONSUMSI, KARAKTERISTIK REMAJA DAN ORANG TUA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2012)" (PDF). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1 (2): 542–553. 
  3. ^ Mawi, Martiem (2004). "Indeks massa tubuh sebagai determinan penyakit jantung koroner pada orang dewasa berusia di atas 35 tahun" (PDF). Jurnal Kedokteran Trisakti. 23 (3): 87–92. 
  4. ^ "Obesity: What is BMI in adults, children, and teens". www.medicalnewstoday.com (dalam bahasa Inggris). 2018-11-09. Diakses tanggal 2022-02-04. 
  5. ^ "Why Is BMI Important?". Healthy Eating | SF Gate (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-04. 
  6. ^ Zierle-Ghosh, Asia; Jan, Arif (2022). Physiology, Body Mass Index. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 30571077. 
  7. ^ Martinez, Keilah E.; Tucker, Larry A.; Bailey, Bruce W.; LeCheminant, James D. (2017-07-25). "Expanded Normal Weight Obesity and Insulin Resistance in US Adults of the National Health and Nutrition Examination Survey". Journal of Diabetes Research (dalam bahasa Inggris). 2017: e9502643. doi:10.1155/2017/9502643. ISSN 2314-6745. 
  8. ^ Hettihewa, Menik; Dharmasira, Lalith; Ariyaratne, Chamil; Jayasinghe, Sudheera; Weerarathna, Thilak; Imendra, K G (2009-09-25). "Correlation between BMI and insulin resistance in type 2 diabetes mellitus patients on pioglitazone treatment". Galle Medical Journal. 12. doi:10.4038/gmj.v12i1.1080. 

Lihat juga

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar