Di dalam mitologi Yunani, Palamedes (bahasa Yunani Kuno: Παλαμήδης) adalah putra Nauplios, Raja Evia.[1]

Patung Palamedes karya Antonio Canova

Palamedes ikut serta berjuang di pihak Yunani dalam Perang Troya.[1] Ia juga disebut sebagai seorang pereka-cipta. Di dalam jilid ke-2 risalah Panduan Wisata Keliling Yunani (bahasa Yunani: Ἑλλάδος Περιήγησις, Helados Periegesis), pujangga Pausanias menyebut bahwa di Korintus ada sebuah Kuil Keberuntungan, tempat Palamedes mempersembahkan dadu ciptaannya. Di dalam jilid ke-7 risalah Daulat Rakyat (bahasa Yunani: Πολιτεία, Politea), filsuf Platon memaparkan (melalui tokoh Sokrates) bahwa Palamedes mengaku menciptakan angka-angka, sementara beberapa pujangga lain menghubung-hubungkan Palamedes dengan dengan penciptaan aksara Yunani.

Keluarga

Ibu Palamedes adalah Klimene (anak perempuan Katreus, Raja Kreta).[2] Menurut pujangga lain, ibu Palamedes adalah Hesione,[3] atau Filira.[4] Saudara-saudaranya bernama Oyaks dan Nausimedon.

Mitologi

 
Odiseus pura-pura gila, permadani dari sekitar abad ke-17, koleksi Museum Daerah Ptuj Ormož, Ptuj Slovenia

Meskipun merupakan salah satu tokoh utama di dalam sejumlah riwayat Perang Troya, Palamedes tidak disebut-sebut di dalam wiracarita Ilias karangan Homeros.

Sesudah Paris melarikan Helene ke Troya, Agamemnon mengutus Palamedes ke Itaki untuk menjemput Odiseus, yang pernah bersumpah akan membela keutuhan rumah tangga Helene dan Menelaus dari segala rongrongan. Lantaran enggan menuruti sumpahnya itu, Odieus berpura-pura gila. Ia berlagak sibuk membajak ladang, tetapi memasang gandar penarik bajak pada tengkuk seekor kuda dan seekor lembu jantan. Memasangkan dua hewan berlainan ukuran untuk menghela bajak tentu saja menimbulkan kekacauan, sehingga ladang Odiseus tidak kunjung tuntas dibajak. Sadar sedang diakali Odiseus, Palamedes mengambil Telemakhus, anak Odiseus yang masih bayi, dan membaringkannya di tanah yang akan dilalui bajak. Odiseus segera berhenti membajak dan tidak lagi berpura-pura gila.[5]

Sumber-sumber kuno memuat keterangan yang berbeda-beda mengenai cara Palamedes menyongsong ajalnya.[1] Odiseus menaruh dendam kepada Palamedes karena menggagalkan usahanya untuk tidak ikut serta memerangi Troya. Ketika Palamedes mengimbau orang-orang Yunani untuk pulang ke tanah air, Odiseus menyembunyikan emas di kemah Palamedes dan merekayasa sepucuk surat palsu yang seakan-akan dikirimkan Priamos kepada Palamedes. Orang-orang Yunani mendapati surat itu dan menuding Palamedes sebagai pengkhianat. Palamedes akhirnya tewas dirajam angkatan perang Yunani.[6] Menurut sumber lain, Odiseus dan anak-anak buah Diomedes menenggelamkannya saat memancing ikan bersama-sama.[7] Menurut sumber yang lain lagi, Palamedes diperdaya mencari harta di dalam sumur, baru kemudian dirajam.[butuh rujukan]

Di dalam karya-karya sastra kuno

Pujangga Ovidius memaparkan peranan Palamedes dalam Perang Troya di dalam risalah Metamorphoses (Perubahan Wujud).[8] Pujangga Vergilius menjabarkan penghujung nasib Palamedes di dalam wiracarita Aeneis.[9] Filsuf Platon mengisahkan di dalam risalah Apologia Sokratous bahwa Socrates berharap akan bertemu dan berbincang dengan Palamedes sesudah ajal menjemputnya,[10] dan mengemukakan di dalam risalah Faidros bahwa Palamedes menghasilkan sebuah karya tulis retorika.[11] Euripides dan banyak dramawan lain telah menggubah sandiwara-sandiwara yang menceritakan saat-saat terakhir Palamedes. Di dalam risalah retorika Hiper Palamedous Apologia (Demi Membela Palamedes), orator Gorgias menyajikan pidato pembelaan diri yang disampaikan Palamedes saat didakwa sebagai Pengkhianat.

Aksara Yunani

Pujangga Higinus mengklaim bahwa Palamedes menciptakan sebelas aksara Yunani:

Para Fata, yakni Kloto, Lakhesis, dan Atropo, menciptakan tujuh aksara Yunani, yakni aksara Α Β Η Τ Ι Υ. Yang lain mengatakan bahwa Merkuriuslah yang menciptakannya dari burung-burung bangau yang membentuk aksara-aksara saat terbang. Kendati demikian, Palamedes anak Nauplius menciptakan 11 aksara.[12]

Penerimaan khalayak

Sandiwara Vondel

Pada tahun 1625, Joost van den Vondel, sandiwarawan terkemuka di Belanda, menggubah sandiwara berjudul Palamedes dengan mengacu kepada mitologi Yunani. Sandiwara ini terang-terangan mengandung konotasi politis. Pembunuhan yang tidak adil atas Palamedes ditampilkan sebagai gambaran hukuman mati yang dijatuhkan kepada negarawan Johan van Oldenbarnevelt enam tahun sebelumnya. Sama seperti orang-orang lain di Republik Belanda, Vondel memandang pidana mati tersebut sebagai pembunuhan lewat tangan hukum. Di dalam sandiwara Vondel, Agamemnon dijadikan pihak yang paling bertanggung jawab atas pembunuhan Palamedes. Tokoh ini sengaja ditampilkan kejam dan semena-mena sebagai gambaran Pangeran Maurits van Oranje. Pihak yang berwenang di Amsterdam tidak kesulitan mengungkap makna politis di balik alusi-alusi Klasika Vondel dan menjatuhkan hukuman denda yang memberatkan dirinya.

Abad ke-20

Di dalam novel karangan Roger Lancelyn Green, The Luck of Troy, Palamedes adalah tokoh yang bermuka dua dalam berurusan dengan orang Troya.

Catatan kaki

  1. ^ a b c L Schmitz (1873). A Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology, Jilid 3. J. Murray, 1873. Diakses tanggal 13 April 2015. 
  2. ^ Apolodoros, 2.1.5, 3.2.2 & Epitome 6.8; Diktis dari Kreta, Riwayat Perang Troya 1.1 & 6.2
  3. ^ "Hesione". oxfordreference.com. Oxford University Press. 
  4. ^ Hard, hlm. 236; Gantz, hlm. 604; Apollodorus, 3.2.2 dengan Kerkops sebagai narasumber untuk Hesione dan Nostoi sebagai narasumber untuk Filira
  5. ^ Apolodoros, Epitome 3.7
  6. ^ Hyginus, Fabulae 105
  7. ^ Pausanias, Graeciae Descriptio 10.31.2 mengutip wiracarita Kipria
  8. ^ Ovidius. Metamorphoses. hlm. 13.34–60, 308–312. 
  9. ^ Virgil. Aeneid. hlm. 2.81–85. 
  10. ^ Plato, Apologia Sokratous 41b
  11. ^ Faidros, 261b
  12. ^ Hyginus. Fabulae, 277.

Rujukan

Pranala luar