Kerajaan Kandis

kerajaan Minangkabau didirikan abad ke-1 SM
Revisi sejak 10 Februari 2022 03.22 oleh USSF144 (bicara | kontrib)

Kerajaan Kandis (bahasa Minangkabau: Karajaan Kandis) adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang pernah berdiri di Sumatera, yang diperkirakan berdiri pada tahun 1 SM yang terletak di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.[1][2][3]

Kerajaan Kandis

Karajaan Kandis (Minangkabau)
1 SM–?
Estimasi lokasi dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kandis di bagian tengah Sumatra dan pulau-pulau di sekelilingnya
Estimasi lokasi dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kandis di bagian tengah Sumatra dan pulau-pulau di sekelilingnya
Ibu kotaBukit Bakau, Kuantan Singingi, Riau
Bahasa yang umum digunakan
  • Minangkabau Kuno
  • Melayu Kuno
Agama
PemerintahanMonarki
Maharaja 
• 1 SM - ?
Maharaja Diraja
• ?
Mangkuto Maharaja Diraja atau Datuk Rajo Tunggal alias Darmaswara
Sejarah 
• Didirikan
1 SM
• Dibubarkan
?
Digantikan oleh
Dharmasraya
krjKerajaan
Kancil Putih
krjKerajaan
Koto Alang
Sekarang bagian dariProvinsi Riau dan Sumatra Barat, Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Wilayah bekas kekuasaan kerajaan Kandis kemudian dikenali sebagai "Kandis", dan wilayah ini disebutkan sebagai salah satu negeri dibawah kepemimpinan penguasaan Kemaharajaan Majapahit dalam "Nāgarakrĕtāgama". [4][5]

Sejarah

Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada 1 Sebelum Masehi, mendahului berdirinya kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatra Tengah. Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah Patih dan Tumenggung.

Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.

Ekonomi Kerajaan

Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.

Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Dari Malaka ke Kandis membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.

Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada puncak kejayaannya terjadilah perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.

a Kerajaan Kancil Putih dan Kerajaan Koto Alang == Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyak yang timbul. Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).

Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi.

Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Marapi (Sumatra Barat) di mana keduanya mengukir sejarah Sumatra Barat, dengan berganti nama Patih menjadi Dt. Perpatih nan Sabatang dan Temenggung berganti nama menjadi Dt. Ketemenggungan.

Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang). -->

Referensi

Sumber

  1. ^ "THE KINGDOM OF INDRAGIRI IN THE REIGN OF GOVERNMENT PADUKA MAULANA SRI SULTAN ALAUDDIN ISKANDAR SYAH JOHAN ZIRULLAH FIL ALAM (NARASINGA II) IN 1473-1532". Online Journal, Faculty of Teacher Training and Education University of Riau. 4 (2): 3. 2017. ISSN 2355-6897. 
  2. ^ Hariansah, Erik (19 March 2019). "Kandis dan Salakanagara adalah Kerajaan Tertua di Nusantara?".  Attoriolong. Diakses tanggal 26 November 2020. 
  3. ^ "Profil Daerah - PPID Provinsi Riau - Pemerintah Provinsi Riau".  Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Riau. 2018. Diakses tanggal 26 November 2020. 
  4. ^ "Saujana Trowulan". Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Diakses tanggal 27 November 2020. 
  5. ^ "PERMUKIMAN KUNA DI KAWASAN WAY SEKAMPUNG, LAMPUNG, PADA MASA ŚRIWIJAYA". AMERTA, Research and Archaeology Development Journal, Balai Arkeologi Bandung. 31 (2). 2013. 

Lihat pula

Pranala luar