Nana Nuriana

Mantan perwira tinggi TNI dan Gubernur Jawa Barat ke-11 (1993-2003)
Revisi sejak 10 Februari 2022 19.58 oleh Wagino 20100516 (bicara | kontrib) (→‎Referensi: merapikan templat stub)

Mayjen TNI (Purn.) Raden Nana Nuriana (lahir 17 April 1938) adalah Gubernur Jawa Barat dua periode, periode 1993−1998 dan 1998−2003.[1] Nuriana juga adalah seorang purnawirawan tentara dengan pangkat terakhir Mayjen TNI, ia menamatkan pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN) pada tahun 1962. Sebelum menjadi gubernur, ia menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi dari tahun 1991 sampai 1993.

Raden Nana Nuriana
Gubernur Jawa Barat Ke-11
Masa jabatan
13 Juni 1993 – 13 Juni 2003
Informasi pribadi
Lahir
Raden Nana Nuriana

17 April 1938 (umur 86)
Bandung, Jawa Barat, Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Golongan Karya (1967–2005)
Independen (2005–sekarang)
Alma materAkademi Militer Nasional (1962)
ProfesiTentara
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini


Masa Kepemimpinan

Selama menjabat gubernur periode periode 1993−1998 dan 1998−2003, Nana Nuriana dikenal sebagai sosok yang pendiam dan terkesan low profile sehingga ia cukup berjarak dari hiruk pikuk pers. Namun dibalik itu bukan berarti ia tidak banyak berkontribusi bagi pembangunan Jawa Barat. Banyak hal berhasil ia torehkan dengan masifnya pembangunan fasilitas olahraga di banyak daerah, hingga pelosok Jawa Barat. Pada saat Presiden Soeharto mempersiapkan Kawasan Jonggol sebagai lokasi Ibukota Indonesia baru ia langsung sigap mengawal rencana tersebut dengan membentuk tim khusus dan, turut membantu dalam membebaskan lahan untuk mendukung gagasan tersebut. Bahkan, pada 1997 ia juga telah berkonsultasi dan memohon dukungan kepada DPRD Jawa Barat mengajukan wilayah selatan atau penyangga Kawasan Calon Ibukota Indonesia baru di Jonggol untuk dijadikan pusat pemerintahan provinsi yang baru, lokasi yang diajukan adalah sebuah daerah yang dikenal sepi dan cukup tertinggal, yaitu Cikalongkulon, Cianjur serta sebagian desa di Jonggol selatan. Alasan pemindahan ibukota baru Jawa Barat cukup rasional yaitu dimulai dari tuntutan warga Banten mengeluh jauhnya ibukota Jawa Barat dari wilayah mereka hingga lokasi kantor-kantor pemerintan provinsi yang terpisah-pisah. Namun hingga akhir jabatannya pemindahan tersebut tidak terlaksana. Pasca Reformasi ia menjadi tokoh penting dalam pembentukan Provinsi Banten, serta berperan besar dalam peningkatan status kota administrasi di Jawa Barat. [2]

Referensi

Jabatan politik
Didahului oleh:
Yogie Suardi Memet
Gubernur Jawa Barat
1993−2003
Diteruskan oleh:
Danny Setiawan
Jabatan militer
Didahului oleh:
Arie Sudewo
Pangdam III/Siliwangi
1991−1993
Diteruskan oleh:
Muzani Syukur