Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana

Rаtое Anoem Mangkoe Boemie Kantjana (ejaan Banjar)[4][5][6] atau Ratoe Anom Mangkoe Boemie Kentjana (ejaan Melayu)[7][8][9][10] adalah mangkubumi (kepala pemerintahan) negara dependensi Kesultanan Banjar yang dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Pangeran Mangkoe Boemi Nata terakhir menjabat pada tahun 1843 karena meninggal dunia.[11][12] Ia menjabat mangkubumi mendampingi ayahandanya Sultan Adam yang menjadi kepala negara Kesultanan Banjar. Menurut tradisi kesultanan Banjar yang berlaku pada saat itu, di antara putera-putera dari seorang Sultan yang sedang berkuasa, maka putera sulung dari permaisuri akan dilantik sebagai Pangeran ratu alias Sultan Muda dan putera kedua dari permaisuri akan dilantik sebagai Pangeran Mangkubumi (kepala pemerintahan) untuk menggantikan mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia.

Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana
Berkuasa1843-7 September 1851
Penobatan1843 M /1261 H
KelahiranPangeran Noch[1]
Belanda Martapura (Indonesia)
KematianBelanda Martapura (Indonesia)
Keturunan1. ♂ Pangeran Ali

2. ♂ Pangeran Mohamat Tambak Anjar
3. ♂ Pangeran Achmat[2]
4. ♂ Pangeran Abdullah
5. ♂ Pangeran Mohamat Seman
6. ♀ Ratoe Aminah
7. ♀ Goesti Hadidjah
8. ♀ Goesti Salamah
9. ♀ Goesti Koema Radjeman

10. ♀ Poetri Djambroet
[3]
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSultan Adam
IbuNyai Ratu Kamala Sari
AgamaIslam Sunni
PekerjaanKepala pemerintahan Kesultanan Banjar

Semenjak dibuatnya perjanjian 4 Mei 1826, pihak Belanda dapat mencampuri pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Sultan Muda dan Pangeran Mangkubumi, yang mengakibatkan rusaknya adat kerajaan dalam bidang ini. Semenjak dibuatnya perjanjian 4 Mei 1826, Belanda dapat mencampuri pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Pangeran Ratu (Putra Mahkota) dan Pangeran Mangkubumi, yang mengakibatkan rusaknya adat kerajaan dalam bidang ini.

Nama lahirnya adalah Pangeran Noch. Ia merupakan putera ketiga Sultan Adam. Pada tahun 1833, Pangeran Noh diduga terlibat atas kematian yang tidak wajar terhadap abang kandungnya yang bernama Pangeran Ismael (putera kedua) dalam suatu perkelahian karena memperebutkan bakal calon mangkubumi yang kelak menggantikan paman mereka Pangeran Mangkoe Boemi Nata (nama lahirnya Pangeran Husin).[10] Ratu Anom Mangkubumi Kencana wafat tahun 1851.[13] Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana merupakan kakek buyut (bahasa Banjar: datu') dari Pangeran Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan pertama).

Disebut juga Pangeran Ratu.[14]

Tanah Apanage

Ratu Anom mendapatkan hasil pungutan dari Riam Kiwa, Sungai Pinang, Maniapun Besar, Maniapun Kecil, tanah Mongah, tanah Mursalib, tanah Awalang, tanah Jaya Wana, tanah Rangkas, tanah Gebu Laksana, Telu Banua, Baruh Bidjan, Balumbu, Pandju, Barungan, Sungai Djambak Badatar, Batang Taugan, Danau Bangkau, Apang, Diwata Besar, Diwata Kecil, Sungai Lapas, Sungkalan, Talatah Munuk, Banyu Hirang, Lampur, Gelagah, Bedatah, Batara Gangga, Bitin, Danau Panggang, Lambujur, Sungai Luang, Tampang Awang, Kalumpang, Hakurung- Bajayau Basar.[15]

Daerah-daerah tempat tambang batubara baik Tambang Batu Bara Oranje Nassau maupun Tambang Batu Bara Julia Hermina merupakan Tanah Badatu (tanah pelungguh) yang diberikan oleh sultan Adam kepada mangkubumi bernama Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana. Namun karena diambil Belanda, maka sebagai gantinya mangkubumi mendapatkan empat puluh Gulden (f.140,-) untuk setiap ton batubara yang dihasilkan.[16][17][18]

Kematian

Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana wafat tanggal 7 September 1851[1][19]

Silsilah

Kekerabatan dengan Sultan Banjar.

SULTAN BANJAR
Panembahan Kuning / Panembahan Tingie[20]
Sultan Tahmidullah
[21]
↓ (berputera)
SULTAN BANJAR
Sultan Tamjidillah 01
↓ (berputera)
SULTAN BANJAR
Sultan Tahmidillah II
Sunan Sulaiman Saidullah I
Panembahan Batuah
↓ (berputera)
SULTAN BANJAR
Sultan Sulaiman Saidullah II
↓ (berputera)
SULTAN BANJAR
Sultan Adam
↓ (berputera)
MANGKUBUMI BANJAR
Pangeran Noch
↓ (berputera 10 orang)
PANGERAN BANJAR
↓ (berputera)
  • Pangeran Ali
↓ (berputera)
  1. Gt...
  2. Gt...
  3. Gt...
  4. Pangeran Mohamad Noor
↓ (berputera)[22]
  1. ♂ Gusti Mansyuri Noor
  2. ♂ SPsi. Gusti Hidayat Noor
  3. ♂ Gusti Arifin Noor
  4. ♂ Gusti Suriansyah Noor (suami Heldy Djafar - janda Soekarno)
    1. ♀ Gusti Maya Firanti Noor (isteri Ari Sigit)
  5. ♂ Gusti Adi Darmansyah Noor
  6. ♂ drg. Gusti Rizali Noor
↓ (berputera)
  • ♂ Gusti Firdauzi Nusyirwan Noor
  • ♀ Gusti Firoza Damayanti Noor (istri Chrisye)
PANGERAN BANJAR
  • Pangeran Ahmad
↓ (berputera)
  • Goesti Hoesin
↓ (berputera)
  1. Goesti Djoemantan
  2. Goesti Intan
  3. Goesti Salmah
  4. Goesti Anang Sabran
    ↓ (berputera)
  • Pangeran Ismail
  • Pangeran Ismail
↓ (berputera)
  • Pangeran Ismail
↓ (berputera)
  • Haji Gusti Muhammad Said
↓ (memiliki 2 orang putra dan 2 orang putri)

1. ♂ H. Gt. Hormansyah (memiliki 11 orang putra dan 2 orang putri)

  1. ♂ H. Gusti Muhammad Thamrin
  2. ♂ Gusti Achmad Arifini
  3. ♀ Gusti Roosliyani
  4. ♂ Gusti Effendi
  5. ♂ Gusti Syafri Kesuma Jaya
  6. ♂ Gusti Ahmad Farid Fadillah
  7. ♂ Gusti Muhammad Suriyansyah
  8. ♂ Gusti Syahrir Syah (Junjung Buih)
  9. ♂ Gusti Yusriansyah
  10. ♀ Gusti Ernawati
  11. ♂ Gusti Rusliansyah
  12. ♂ Gusti Syamsul Bahrin
  13. ♂ Gusti Rodiansyah

2. ♀ Hj. Gt. Norsehan Djohansyah (memiliki 5 orang putri)

  1. Siti Meliyani Djohansyah
  2. Siti Jurliyani Djohansyah
  3. Siti Herliyani Djohansyah
  4. Siti Marliyani Djohansyah
  5. Siti Dahliyani Djohansyah

3.♀ Hj. Gt. Ratna Sari

4. ♂ H. Gt. Anwar (memiliki 4 orang putra dan 9 orang putri)

  1. ♀ Gusti Rahmi
  2. ♂ Gusti Jaya
  3. ♀ Gusti Lilis
  4. ♀ Gusti Chandra
  5. ♀ Gusti Layla
  6. ♂ Gusti Johan
  7. ♀ Gusti Nemi Fatmawati Wati
  8. ♀ Gusti Dewi
  9. ♀ Gusti Lesti
  10. ♂ Gusti Andre
  11. ♀ Gusti Nessy
  12. ♀ Gusti Reny
  13. ♂ Gusti Deni


Didahului oleh:
Pangeran Mangkoe Boemi Nata
Mangkubumi
1843-1851
Diteruskan oleh:
Pangeran Tamjidullah

Catatan kaki

  1. ^ a b Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 9. Lange & Company. 1860. hlm. 103. 
  2. ^ "Silsilah Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-23. Diakses tanggal 2014-04-29. 
  3. ^ (Belanda) Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap. 9. Lange. hlm. 124. 
  4. ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister voor Nederlandsch-Indië voor het SCHRIKKEL-JAAR 1844 (dalam bahasa Belanda). 17. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1843. hlm. 71. 
  5. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1845). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 18. Lands Drukkery. hlm. 73. 
  6. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1846). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 19. Lands Drukkery. hlm. 85. 
  7. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 21. Lands Drukkery. hlm. 80. 
  8. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1849). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 22. Lands Drukkery. hlm. 83. 
  9. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1851). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 24. Lands Drukkery. hlm. 82. 
  10. ^ a b (Belanda) Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde (1860). "Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde". 9: 102. 
  11. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1843). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 16. Lands Drukkery. hlm. 72. 
  12. ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 239. 
  13. ^ (Belanda) (1861)Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 23. Ter Lands-drukkerij. hlm. 70. 
  14. ^ (Indonesia) Mohamad Idwar Saleh; Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1986
  15. ^ (Indonesia)Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar. 
  16. ^ Libra Hari Inaguras (2015). "TAMBANG BATU BARA ORANJE NASSAU , KALIMANTSEBUAH SELATAN, DALAM PANDANGAN INDUSTRI ARKEOLOGI". Jl. Raya Condet Pejaten No. 4, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional: 1. 
  17. ^ Ir. Simon Felix Sembiring, PhD (13 Februari 2013). Jalan Baru Untuk Tambang. Indonesia: Jalan Baru Untuk Tambang. hlm. 26. ISBN 6020418731.  ISBN 9786020418735
  18. ^ Maatschappij-Belangen (dalam bahasa Belanda). 1872. hlm. 83. 
  19. ^ A. MEIJER (Jonkheer.) (1866). De Onpartijdigheid van den Schrijver van De Bandjermasinsche Krijg (van 1859 tot 1863 ... W. A. van Rees). (dalam bahasa Belanda). De Veij Mestdagh. hlm. 10. 
  20. ^ https://plus.google.com/104506069717580147857/posts/gsKkmG8PtcB
  21. ^ [pranala nonaktif permanen][pranala nonaktif permanen][pranala nonaktif permanen][pranala nonaktif permanen] (Belanda) Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart, D. A. Thieme, 1865
  22. ^ Ully Hermono, ‎Peter Kasenda (2011). "Heldy cinta terakhir Bung Karno". PT Kompas Media Nusantara: 207. 

Pranala luar