Panahan
Panahan (Inggris:Archery) adalah salah satu olahraga yang dilakukan dengan cara menembakkan anak panah dengan bantuan busur untuk mencapai target atau sasaran tembak pada jarak yang sudah ditentukan.[1] Berdasarkan pembinaan kondisi fisik, ada komponen-komponen fisik yang lebih spesifik untuk panahan, yaitu daya tahan (endurance), kekuatan (strength), kelenturan (flexibilitas), dan structure/accuracy. Dengan memiliki kekuatan otot dan daya tahan otot yang baik, maka akan memberikan keuntungan besar bagi pemanah untuk tampil di puncaknya. Di samping itu, memanah membutuhkan kekuatan otot tubuh bagian atas dan inti yang meng- gerakkan kelompok otot utama.[2]
Dalam perlombaan ada 36 anak panah yang harus ditembakkan ke face target dengan jarak 30 meter. Face target tersebut berbentuk Iingkaran dengan garis tengah 30 centimeter, setiap sasaran memiliki nilai masing-masing dimulai dengan 0 (sasaran pinggir) sebagai nilai terkcil hingga nilai terbesar 10 (sasaran tengah).[3] Cabang olahraga panahan tingkat internasional dibagi menjadi dua divisi yaitu recuve dan compound, sedangkan di Indonesia memiliki 3 (tiga) divisi yaitu divisi recurve, divisi compound, dan divisi standart bow.[4] Awalnya, kegiatan memanah dengan peralatan busur senar dan anak panah digunakan sebagai alat untuk berburu atau peperangan. Tapi, fungsi itu semakin berkurang sejak ditemukannya senjata api.[1]
Alat
- Busur panah ada 3 kategori busur panah yang digunakan dalam olahraga panahan, yakni recurve, compound, dan longbow. Pemula biasanya dianjurkan menggunakan busur recurve karena paling mudah untuk digunakan dan dipelajari.
- Target adalah sasaran tembak Anda saat memanah. Target berbentuk bulat dengan lingkaran berlapis berwarna kuning, merah, biru, hitam, dan putih.
- Anak panah bisa terbuat dari kayu, aluminium, karbon, atau kombinasinya. Apapun bahan yang Ada pilih, pastikan panjangnya pas untuk meminimalisir terjadinya cedera atau tembakan meleset yang merusak busur panah.[5]
Istilah
- Set up adalah istilah untuk pemanah yang harus bersiap dalam sebuah pertandingan.
- Drawing adalah istilah bagi pemanah untuk berposisi menarik string.
- Holding adalah istilah untuk sikap menahan tepat sebelum anak panah dilepaskan.
- Back tension adalah persiapan pemanah dengan melakukan gerakan sebelum melepaskan anak panah.
- Aiming adalah istilah ini digunakan ketika pemanah membidik.
- Anchor adalah istilah untuk pemanah melakukan ancang-ancang.
- Release adalah istilah untuk melepaskan anak panah.
- Follow through adalah istilah gerakan pemanah selanjutnya sesudah anak panah terlepas.[6]
Faktor keberhasilan
Faktor utama keberhasilan atlet panahan adalah teknik dasar dalam memanah, yaitu posisi berdiri, memasang anak panah, menarik tali busur, (4) posisi melepaskan, dan gerak lanjutan. Selain teknik dasar, ada beberapa raktor lain yang dapat menunjang keberhasilan belajar memanah, yaitu kecepatan mengambil keputusan, ketepatan menganalisa situasi, dan kemampuan mengendalikan emosi.[7]
Komponen kekuatan dan Daya tahan otot lengan (keseimbangan) dalam memengang panahan peranan yang signifikan dan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik lainnya, khususnya komponen kondisi fisik yang menunjang dalam keberhasilan memanah. Dengan kekuatan dan daya tahan otot lengan, seorang pemanah akan dapat menarik serta meregangkan busur yang lebih besar tarikannya sehingga dengan demikian dapat membuat anah panah melaju lebih cepat.
Panahan di Indonesia
Panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Negara pertama yang menganggap panahan sebagai olahraga adalah lnggris. Pada tahun 1676, Raja Charless II menggelar perlombaan panahan. Organisasi panahan resmi di Indonesia dibentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII dengan nama PERPANI (Persatuan Panahan Indonesia). Setelah Perpani dibentuk, Indonesia diterima sebagai anggota FITA (Federation International de Tir A L'arc) dalam kongres di Osio, Norwegia. PERPANI selalu berusaha dan berhasil mengikuti kejuaraan dunia. Kejuaraan nasional pertama sebagai perlombaan yang terorganisir di Indonesia, baru diselenggarakan pada tahun 1959 di Surabaya. Diterimanya Indonesia sebagai anggota FITA pada tahun 1959, maka pada waktu itu di Indonesia selain dikenal jenis panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dun instinctive juga dikenal pula ronde FITA yang merupakan jenis ronde internasional,yang menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang Iebih modern dengan gaya nembak berdiri.[8]
Manfaat
Menguatkan tubuh bagian atas
Olahraga panahan menempatkan tekanan pada otot-otot kedua lengan serta dada, bahu, dan punggung. Tekanan ini akan ditahan selama beberapa detik sebelum pemanah melepaskan anak panahnya. Dengan pengulangan, tekanan menarik dan melepaskan tali busur, dapat menguatkan otot tubuh bagian atas.
Mengontrol keseimbangan
Berlatih memanah membantu mendapatkan kontrol atas keseimbangan saat sedang fokus membidik target. Semakin banyak berlatih, semakin otot inti akan terbiasa untuk menyeimbangkan tubuh.
Melatih koordinasi
Koordinasi paling utama dalam memanah adalah mata dan tangan. Olahraga panahan melatih tangan untuk bekerja bersama saat melakukan tugas yang berbeda, yaitu membidik dan menembakkan panah berdasarkan apa yang mata lihat.
Menyehatkan jantung
Dalam pertandingan, pemanah dapat berjalan sejauh 8 km saat melakukan pengecekan hasil tembakan. Meski aktivitas berjalan ini dilakukan dalam interval pendek, efek kumulatif dari berjalan di seluruh kompetisi dapat meningkatkan kesehatan jantung, kekuatan otot, dan kekuatan kaki.
Melatih fokus
Semakin terfokus pada target, semakin mudah untuk menjernihkan pikiran dan membidik secara tepat, baik dalam praktik maupun dalam pertandingan. Keterampilan ini juga akan membantu dalam menghadapi situasi-situasi stres dan menekan dalam hidup.
Relaksasi
Melepaskan panah, melihat busur terbang, dan mendengarnya sampai di bulatan target dinilai dapat membantu menghilangkan stres.[9]
Rujukan
- ^ a b Purwoko, Satria Aji (2021-07-12). "Olahraga Panahan: Sejarah, Peralatan, dan Teknik Dasar • Hello Sehat". Hello Sehat. Diakses tanggal 2022-02-10.
- ^ Prasetyo, Yudik; Nasrulloh, Ahmad; Komarudin (2018). "IDENTIFIKASI BAKAT ISTIMEWA PANAHANDI KABUPATEN SLEMAN". Jurnal Olahraga Prestasi. 14 (2): 200. doi:10.21831/jorpres.v14i2.23830.
- ^ Hasmar, Wanti; Sugiyanto; Riyadi, Slamet. PANDUAN MODEL MENTAL SKILL TRAINING DALAM OLAHRAGA PANAHAN. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 4. ISBN 978-623-227-078-7.
- ^ Vanagosi, Kadek Dian (2015). "ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN". Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 70. ISSN 2580-1430.
- ^ Harismi, Asni (2020-11-22). "Olahraga Panahan Efektif Membakar Kalori, Layak Dicoba". SehatQ. Diakses tanggal 2022-02-10.
- ^ Oktavia, Winda (2021-04-04). "Ingin Seperti Dellie Threesyadinda? Kenali Dulu Dasar Olahraga Panahan". sport.tempo.co. Diakses tanggal 2022-02-11.
- ^ Nusufi, Maemun (2017). "KONTRIBUSI DAYA TAHAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN DENGAN KETEPATAN MEMANAH PADA ATLET PANAHAN PENGPROV PERPANI ACEH TAHUN 2015". JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN (dalam bahasa Inggris). 15 (1): 13. doi:10.24114/jik.v15i1.6118. ISSN 2549-9777.
- ^ Thessalonia, Kathrina Salma (2017). Mengulas yang terbatas, menafsir yang silam. Sukabumi: CV Jejak (Jejak Publisher). hlm. 181. ISBN 978-602-474-287-4.
- ^ Dwiputra, Krisna Octavianus (2018-10-08). "7 Manfaat Olahraga Panahan untuk Kesehatan". klikdokter.com. Diakses tanggal 2022-02-10.
Pranala luar
- (Inggris) Fédération Internationale de Tir à l'Arc (FITA) Diarsipkan 2011-02-22 di Wayback Machine.
- (Inggris) International Bowhunting Organization