Tutur Tinular (seri televisi 1996)

seri televisi Indonesia tahun 1996

Tutur Tinular merupakan sebuah sinetron kolosal produksi PT. Genta Buana Pitaloka/Genta Buana Paramita pada tahun 1996. Serial ini disutradarai oleh Muchlis Raya dan skenario ditulis oleh Imam Tantowi.

Tutur Tinular
Poster Tutur Tinular 1997
GenreEpos
Laga
PembuatGenta Buana Pitaloka
BerdasarkanTutur Tinular
Ditulis olehImam Tantowi
SutradaraMuchlis Raya
PemeranAnto Wijaya
Murti Sari Dewi
Li Yun Juan
Deivy Zulyanti Nasution
Piet Ermas
Agus Kuncoro
Pengisi suaraSanggar Prathivi
NaratorS. Tidjab
Negara asal Indonesia
Bahasa asliIndonesia
Jmlh. musim2
Jmlh. episode50 (versi RTV)
27 (versi FTV)
Produksi
ProduserBudhi Sutrisno
Lokasi produksiJakarta
Pengaturan kameraProf. Mu Tik Yen
Rumah produksiGenta Buana Pitaloka
DistributorGenta Buana Pitaloka
Rilis asli
JaringanANteve (1997-1988)
Indosiar (1999)
RTV (2016-2018, 15 November 2021-Sekarang)
Rilis25 Oktober 1997 –
24 April 1999

Ditayangkan pertama kali pada tanggal 25 Oktober 1997 di ANteve (Season 1), Indosiar (Season 2).Sukses di ANteve, sinetron serial Tutur Tinular kemudian dilanjutkan ke bagian dua yang ditayangkan di Indosiar. Adapun bagian pertama berkisah tentang kehidupan awal Arya Kamandanu sampai peresmian Sanggrama Wijaya sebagai raja Kerajaan Majapahit. Sementara bagian kedua berkisah tentang pemberontakan Ranggalawe sampai pemberontakan Ra Kuti. Dengan demikian, serial sinetron Tutur Tinular merupakan visualisasi gabungan dua sandiwara radio, yaitu Tutur Tinular dan Mahkota Mayangkara.Sinetron ini juga pernah mendapat penghargaan khusus di Festival Film Bandung tahun 1998.[1].

Pemeran

 
Para pemeran serial Tutur Tinular: Anto Wijaya, Murti Sari Dewi, Li Yun Juan, Lamting, dengan latar belakang Tembok Besar Tiongkok.

Khusus untuk adegan pembuatan Pedang Naga Puspa yang dikisahkan terjadi di istana Kubilai Khan, tidak segan-segan para artis dan kru sinetron ini melakukan pengambilan gambar di Tiongkok seperti di Tembok Besar Tiongkok dan beberapa tempat lainnya, dengan menggandeng Studio Cho Cho Beijing untuk bekerja sama. Penyutradaraan selama pengambilan gambar di Tiongkok dikerjakan oleh Prof. Mu Tik Yen sutradara kenamaan asal Tiongkok spesialis sinema kolosal. Adapun para aktor dan aktris Tiongkok yang ikut terlibat dalam pembuatan seri ini adalah:

Tidak hanya itu, Li Yun Juan melanjutkan perannya untuk penggambilan gambar di Indonesia sebagai Mei Shin yang merupakan tokoh utama wanita dalam serial ini.

Daftar Episode

Versi FTV

Setelah sukses ditayangkan di dua stasiun televisi yaitu ANteve dan Indosiar, Gentabuana Pitaloka mengubah format serial tersebut menjadi FTV (film televisi) dengan total keseluruhan berjumlah 27 episode, yaitu:

Season 1

  1. Kidung Cinta Arya Kamandanu
  2. Wasiat Mpu Gandring
  3. Pelangi di Langit Singasari
  4. Pedang Naga Puspa
  5. Pertarungan di Candi Sorabhana
  6. Kembang Gunung Bromo
  7. Balada Cinta Mei Shin
  8. Satria Majapahit
  9. Bunga Tunjung Biru
  10. Ayu Wandira
  11. Prahara di Gunung Arjuno
  12. Senjakala di Kediri
  13. Mahkota Majapahit

Season 2

  1. Tragedi di Majapahit
  2. Jurus Naga Puspa
  3. Misteri Keris Penyebar Maut
  4. Pengorbanan Mei Shin
  5. Pendekar Syair Berdarah
  6. Dendam Arya Dwipangga
  7. Korban Birahi
  8. Prahara Naga Krisna
  9. Karmaphala
  10. Wanita Persembahan
  11. Pangeran Buron
  12. Pemberontakan Nambi
  13. Pemberontakan Ra Semi
  14. Gajahmada

Versi Sinetron

Tutur Tinular kembali ditayangkan di RTV untuk yang kedua kalinya dengan judul Legenda Arya Kamandanu dengan format sinetron seperti di ANTV & Indosiar,hanya saja RTV menambahkan sub judul tambahan yang mewakili setiap episodenya antara lain:

Season 1

  1. Kidung Cinta Arya Kamandanu
  2. Syair Pemikat Arya Dwipangga
  3. Jurus Naga Puspa
  4. Utusan Kaisar Kubilai Khan
  5. Pemberontakan Prabu Jayakatwang
  6. Pedang Naga Puspa
  7. Pertarungan di Candi Sorabhana
  8. Kembang Gunung Bromo
  9. Balada Cinta Mei Shin
  10. Tipu Daya Cinta Arya Dwipangga
  11. Jeritan Hati Mei Shin
  12. Gugurnya Mpu Hanggareksa
  13. Kembalinya Raden Wijaya
  14. Majapahit
  15. Mata Mata Kerajaan Gelang Gelang
  16. Pertarungan di Lohpandan
  17. Nyi Tumpak Sekti
  18. Kembang Tunjung Biru
  19. Ayu Wandira
  20. Prasangka Hati Sakawuni
  21. Pertarungan di Gunung Arjuna
  22. Satria Majapahit
  23. Senjakala di Kerajaan Kediri
  24. Gugurnya Raden Banyak Kapuk
  25. Mahkota Majapahit

Season 2

  1. Gugurnya Ranggalawe
  2. Gugurnya Lembu Sora
  3. Pendekar Syair Berdarah
  4. Mpu Lunggah
  5. Tipu Daya Dyah Halayuda
  6. Wasiat Mpu Gandring
  7. Gugurnya Mpu Tong Bajil
  8. Perkawinan Arya Kamandanu
  9. Tabib Ra Tanca
  10. Sumpah Arya Dwipangga
  11. Pengaruh Jahat Arya Dwipangga
  12. Nyai Palicara
  13. Golek Kayu Mandana Ayu Wandira
  14. Lahirnya Jambu Nada
  15. Karmaphala
  16. Balada Cinta Ratanca
  17. Kidung Cinta Ra Tanca
  18. Pangeran Buron
  19. Penculikan Ayu Wandira
  20. Gejolak di Bumi Majapahit
  21. Pemberontakan Patih Nambi
  22. Rasemi Mbalelo
  23. Balada Cinta Ayu Wandira
  24. Pemberontakan Rakuti
  25. Gajah Mada

Sinopsis

Cerita bermula saat Arya Kamandanu, putra kedua pandai besi yang bernama Mpu Hanggareksa, tertarik dengan orang tua yang bijak,Mpu Ranubhaya yang ahli dalam seni bela diri. Dia mulai belajar seni bela diri dari Ranubhaya dan mengetahui bahwa Ranubhaya sebenarnya teman seperguruan ayahnya dalam persenjataan. Sementara ayah Kamandanu memilih untuk menjadi pemasok senjata kepada pemerintah Kerajaan Singhasari, Ranubhaya memilih untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah dan mengisolasi dirinya sendiri.

Ketika ayah mengetahui hubungan guru-murid antara putra keduanya dan Ranubhaya, ia menjadi marah dan menuduh Ranubhaya sebagai pengkhianat dan menggunakan prajurit kerajaan menyerang kuil Ranubhaya ini. Hubungan antara Kamandanu dan ayahnya menjadi lebih buruk dan Kamandanu pengembara sebagai prajurit.

Cerita menjadi lebih kompleks ketika Ranubhaya, yang selamat dari rumahnya yang hancur, diculik oleh utusan Kubilai Khan yang kagum dengan keahliannya dalam persenjataan. Menjadi tahanan di Cina, ia dipaksa untuk membuat pedang besar, Nagapuspa. Setelah pedang selesai, dia dibunuh oleh pejabat yang takut jika Ranubhaya menciptakan pedang lain untuk saingan Nagapuspa. Sebelum kematiannya, ia meminta beberapa prajurit, Lo Si Shan dan Mei Xin, untuk membawa pedang ke Che Po (Pulau Jawa, diucapkan dalam bahasa tua-Cina) dan memberikannya kepada Kamandanu.

Cerita dilanjutkan dengan keterlibatan Kamandanu di pasukan Raden Wijaya, yang selamat dari Kerajaan Singhasari setelah diserang Kerajaan Kediri. keterlibatannya memperbaiki hubungan antara Kamandanu dan ayahnya, terutama setelah saudaranya, Dwipangga mengkhianati mereka. Kamandanu membantu Raden Wijaya menciptakan kerajaannya sendiri, Majapahit.

Tutur Tinular dimulai pada era Kertanegara (raja terakhir Singhasari) dan berakhir pada era Jayanegara (raja kedua Majapahit). Cerita dimulai ketika karakter utama masih muda dan berakhir ketika karakter utama sudah tua. Ini menunjukkan perkembangan dari anak muda idealis menadi seseorang yang bijak yang tidak ingin melihat perang lagi dan mengasingkan diri.

Pengembangan karakter lain yang juga menarik. Dwipangga misalnya, mulai hidupnya dalam cerita ini sebagai penyair yang lemah secara fisik. Kemudian, ia mencoba untuk mengubah hidupnya dengan mengkhianati keluarganya untuk medali emas dari Kediri. Setelah dipukuli dan dipermalukan oleh saudaranya sendiri di depan istri dan anaknya, ia belajar bela diri-seni dan menjadi seorang prajurit yang menakutkan, yang disebut sebagai Penyair Berdarah. Setelah dipukuli oleh Kamandanu untuk kedua kalinya, ia menghilang dan terlupakan sampai putrinya menemukan dia sebagai orang tua buta tak berdaya dan menyedihkan.

Penghargaan

Nomor Nama Penerima Penghargaan Kategori Penghargaan Nama Penghargaan Tahun Penghargaan Catatan Penghargaan
01 Tutur Tinular Penghargaan Khusus Festival Film Bandung untuk Sinetron Festival Film Bandung 1998 Menang
02 Chairil J.M. Pemeran Pembantu Pria Drama Seri Terbaik Festival Sinetron Indonesia 1998 1998 Menang
03 Nani Somanegara Pemeran Pembantu Wanita Drama Seri Terbaik Festival Sinetron Indonesia 1998 1998 Nominasi

Referensi

Pranala luar