Pakubuwana VII

Susuhunan dari Surakarta
Revisi sejak 27 Februari 2022 17.09 oleh Bimo K.A. (bicara | kontrib)

Sri Susuhunan Pakubuwana VII (Bahasa Jawa: Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono VII) 28 Juli 1796 – 10 Mei 1858, adalah raja Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 18301858.

Sri Susuhunan Pakubuwana VII[1]
Pakubuwana VII
Susuhunan Surakarta
Berkuasa18301858
PendahuluSusuhunan Pakubuwana VI
PenerusSusuhunan Pakubuwana VIII
Gubernur JenderalJohannes van den Bosch
J.C. Baud
Dominique Jacques de Eerens
C.S.W. van Hogendorp
P. Merkus
Jan Cornelis Reijnst
Jan Jacob Rochussen
A.J. Duymaer van Twist
Charles Ferdinand Pahud
Kelahiran8 Juli 1796
Hindia Belanda Surakarta, Koloni VOC Belanda
Kematian10 Mei 1858(1858-05-10) (umur 61)
Hindia Belanda Surakarta, Hindia Belanda
PasanganGKR. Pakubuwana
KRAy. Retnadiluwih
Nama lengkap
Raden Mas Malikis Solikin
Nama takhta
Sahandhap Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Ingkang Jumeneng kaping Pitu ing Nagari Surakarta Hadiningrat
WangsaWangsa Mataram
AyahSusuhunan Pakubuwana IV
IbuGKR. Kencanawungu
AgamaIslam

Nama aslinya ialah Raden Mas Malikis Solikin, putra Pakubuwana IV yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Sukaptinah alias Ratu Kencanawungu. Setelah dewasa ia bergelar KGPH. Purubaya.

Pakubuwana VII naik takhta tanggal 14 Juni 1830 menggantikan keponakannya, yaitu Pakubuwana VI yang dibuang ke Ambon oleh Belanda. Saat itu Perang Diponegoro baru saja berakhir. Masa pemerintahan Pakubuwana VII relatif damai apabila dibandingkan masa raja-raja sebelumya. Tidak ada lagi bangsawan yang memberontak besar-besaran secara fisik setelah Pangeran Diponegoro. Jika pun ada hanyalah pemberontakan kecil yang tidak sampai mengganggu stabilitas keraton.

Keadaan yang damai itu mendorong tumbuhnya kegiatan sastra secara besar-besaran di lingkungan keraton. Masa pemerintahan Pakubuwana VII dianggap sebagai puncak kejayaan sastra di Kasunanan Surakarta dengan pujangga besar Ranggawarsita sebagai pelopornya. Hampir sebagian besar karya Ranggawarsita lahir pada masa ini. Hubungan antara raja dan pujangga tersebut juga dikisahkan sangat harmonis.

Pakubuwana VII juga menetapkan undang-undang yang berlaku sampai ke pelosok negeri, bernama Anggèr-Anggèr Nagari. Selain itu, pada masanya dirilis pula pranata mangsa versi Kasunanan yang dimaksudkan menjadi pedoman kerja bagi petani dan pihak-pihak terkait dengan produksi pertanian. Pranata mangsa versi Kasunanan ini banyak dianut petani di wilayah Mataraman hingga diperkenalkannya program intensifikasi pertanian di awal 1970-an.

Pemerintahannya berakhir saat wafatannya dan karena tidak memiliki putra mahkota maka Pakubuwana VII digantikan oleh kakaknya (lain ibu) bergelar Pakubuwana VIII yang naik tahta pada usia 69 tahun.

Kepustakaan

  • Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

Lihat pula

Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Pakubuwana VI
Susuhunan Surakarta
1830-1858
Diteruskan oleh:
Pakubuwana VIII
  1. ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1858. 31. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1858. hlm. 133.