Mangkunegara IX

Adipati dari Mangkunagaran (1987-2021)

Sampeyandalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX (18 Agustus 1951 – 13 Agustus 2021) adalah penguasa Kadipaten Mangkunegaran kesembilan dan putra laki-laki kedua dari Mangkunegara VIII.

Mangkunegara IX
ꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫ꧇꧙꧇
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara IX
Adipati Mangkunegaran ke-9
Berkuasa1987 – 13 Agustus 2021
PendahuluMangkunegara VIII
PenerusSampeyandalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X (KGPAA Mangkunegara X) / GPH Bhre Cakrahutomo Wiro Sudjiwo
PresidenSoeharto
Bacharuddin Jusuf Habibie
Abdurrahman Wahid
Megawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
Kelahiran(1951-08-18)18 Agustus 1951
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Kematian13 Agustus 2021(2021-08-13) (umur 69)
Jakarta, Indonesia[1]
Pemakaman
Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar
Pasangan
(m. 1974; c. 1984)

Prisca Marina Haryogi Supardi (Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX)
(m. 1990⁠–⁠2021)
KeturunanDari Sukmawati:

Dari GKP Mangkunegara IX:

Nama lengkap
Sampeyandalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara Kaping Sanga
WangsaWangsa Mataram
AyahMangkunegara VIII (Raden Mas Hamidjojo Sarosa)
IbuRaden Ajeng Soenituti (Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara VIII)
AgamaIslam

Pada masa remajanya ia bernama Gusti Pangeran Harya Sujiwakusuma dan awam menyebutnya sebagai "Gusti Jiwo". Ia adalah mantan menantu dari presiden pertama Republik Indonesia, karena menikah dengan Sukmawati Soekarnoputri; pernikahan ini berakhir dengan perceraian.

Penobatan GPH. Sujiwakusuma dalam sejarah Mangkunegaran merupakan yang pertama kali di alam Republik Indonesia, setelah semua pendahulunya dinobatkan di bawah pemerintahan VOC maupun Hindia Belanda.

Mangkunegara IX wafat pada tanggal 13 Agustus 2021 di Jakarta.[2] dan dimakamkan kompleks pemakaman kerajaan Kadipaten Mangkunegaran, Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.

Biografi

Adipati yang kesembilan pada dinasti Mangkunegara I ini dilahirkan di Surakarta dan sebagai putra Mangkunegara VIII bersaudara dengan; KPA. Prabu Kusumo,B.R.Aj. Retno Satuti Rahadiyan Yamin, B.R.Aj. Retno Rosati Hudiono Kadarisman, B.R.M. Susaktyo, B.R.M. Herwasto, B.R.M. Kumiyakto, B.R.Aj. Retno Astrini.

Putra Mahkota

GPH. Sujiwakusuma menjadi putra mahkota menggantikan K.P.A. Prabu Kusumo-B.R.M. Radityo kakaknya yang wafat dan dilantik menjadi Adipati di Mangkunegaran sebagai Adipati yang ke IX. GPH. Sujiwakusuma sendiri adalah putra Mangkunegara VIII yang kedua.

Dilema Eksistensi

Eksistensi kerajaan di Nusantara seperti halnya Mangkunegaran mengalami situasi yang dilematis, terutama posisi dan keberadaannya dalam lapangan kehidupan di sistem negara modern Republik Indonesia. Kerajaan yang semula memiliki kapasitas seperti halnya sebuah negara dengan kekuatan bersenjata dan wilayah, dalam masa kini sudah bukan lagi pada tempatnya.

Sebagai dinasti yang mempunyai saham terbesar dalam mendirikan negara modern Indonesia, Mangkunegaran yang dari sang cikal bakal Anti Belanda secara turun-temurun, sudah mendapati waktu yang berpihak kepadanya bahwa yang dilawan yaitu Belanda sudah pergi dari Indonesia dan sebagai gantinya Republik Indonesia adalah asli bangunan negara yang didirikan oleh orang asli Indonesia sendiri.

Romantika Padang Kurusetra

Padang Kurusetra adalah tempat bertemunya dua kekuatan bersaudara untuk saling beradu strategi dan taktik dalam menempuh penyelesaian yang kemudian ketika waktu sudah sampai pada saatnya mengumpulkan kembali tulang-tulang yang berpisah, dunia baru dalam kebersamaan mengiring langkah langkah para aktor menuju masa mendatang dalam harapan yang sama.

Pengenalan padang kurusetra ke dalam suatu paparan untuk mengilustrasikan adegan-adegan sekitar kejadian istana merupakan suatu wujud ideal bahwa dalam keberbedaan tetap senantiasa terpendam rasa rindu dan teringat persaudaraan.Tugas yang dijalankan para aktor tidak sekadar memenuhi ambisi pribadi semata karena seluruh aktor yang terlibat berbuat untuk kebaikan dan idealisasi warisan para leluhur.

Dalam dunia panggung pertunjukan wayang purwa kisah Mahabarat antara Pandawa dan Kurawa tidak bisa dinilai apalagi dihakimi secara hitam atau putih karena keduanya berasal dari leluhur yang sama, sehingga hitam atau putih yang diacuankan tidak bisa dihindarkan ada pada keduanya.

Seluruh jalinan menjadi suatu romantika yang selalu menanamkan bentuk keindahan yang tidak terhapuskan. GPH.Sujiwakusuma yang naik tahta menjadi Mangkunegara IX tidak lepas juga dari romantika padang kurusetra.

Istana Mangkunegaran Surakarta, pagi itu menampakan situasi gawat dan tegang, beberapa petugas keamanan berjaga-jaga di sekitar istana dan ketegangan itu baru berakhir ketika Sang Adipati tampil dan menyatakan bahwa dirinya tetap memimpin di Pura Mangkunegaran.

Adipati Ke IX

Pada tanggal 19 Januari 2010, Mangkunegara IX genap 22 tahun bertahta (jumeneng) sebagai Adipati kesembilan di Mangkunegaran

Kebijakan Dan Keberadaan Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lewat Surat Keputusan Presiden RI, 6 Februari 1991, Mangkunegaran menerima kembali sebagian kekayaannya yang selama ini dikelola Pemerintah.Hotel Dana Solo yang bernilai, pabrik obat nyamuk di Tawangmangu, sebidang tanah di barat Solo, villa di Tawangmangu dikembalikan kepada Mangkunegaran (Lihat: Tempo 12 Oktober 1991 )

Haru Biru Dalam Dinasti

Dinasti Mangkunegara I baik yang di dalam jajaran istana maupun di luar istana mencapai haru biru dalam menatap dan perbedaan pendapat untuk menampilkan yang terbaik bagi Mangkunegaran. Dilantiknya GPH.Sujiwakusuma sebagai KGPAA. Mangkunegara IX menandai babakan baru bahwa segala kemelut dan perbedaan pendapat telah selesai. GPH.Sujiwakusuma sah menjadi Adipati ke sembilan pada dinasti Mangkunegaran.

Seni Tari Istana

Sebagai pusat kesenian dan kebudayaan, istana adalah tempat yang cocok dan lahan yang subur bagi pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini bersebab istana merupakan pusat anutan dan style yang kemudian memancar keluar sampai jauh menembus peslosok pelosok. Mangkunegara IX dalam soal kesenian tari sangat mahir dengan peran bambangan yaitu seorang kesatria lemah lembut dan halus yang dalam pertunjukan seni wayang selalu bertempur dengan raksasa yang kasar dan emosional (Tempo,26 Maret 2007).

Peran bambangan ini tidak mudah diperankan berhubung untuk mencapai tingkat kehalusan yang optimal, selain karakter pemeran juga latihan yang terus-menerus untuk mencapai tingkat yang mendekati sempurna layak tampil.

Pondasi dan Benteng Budaya

Seni pertunjukan semacam seni tari adalah merupakan hasil karya budaya yang sampai sekarang tetap menjadi barang pusaka peninggalan para leluhur.Kebudayaan sebagai benteng dan fondasi identitas merupakan wacana sekaligus instrumen kekuatan untuk melakukan bargaining terhadap tekanan kepentingan dan gerusan politik dialam Republik.

Seni tari ciptaan pendiri dinasti yang selama ini jarang dipentaskan berhubung materinya memiliki ketersinggungan dengan pihak lain mulai degelar dan dapat dinikmati alur alur ceriteranya.Tarian Dirada Meta yang menggambarkan perjuangan Mangkunegara I mau tidak mau harus keluar kandang untuk dipertunjukkan.Tidak ada alasan singgung menyinggung yang jelas bahwa seni tari dalam kejujurannya adalah cermin dan suatu kisah yang diungkapkan dalam seni untuk dikomunikasikan.

Sebagai salah satu elemen pondasi dan benteng budaya bersama dengan elemen lain, seni ini secara bersama sama menjadi kekuatan identitas sekaligus kebanggaan. Terciptanya kebanggaan menandai bahwa jatidiri dalam identitas kekamian dan kekitaan menjadi bukan kebohongan lagi.

Pada zaman Mangkunegara IX ini atensi pada penggalian kebudayaan Indonesia mendapat perhatian dan Mangkunegaran memprakarsai Istananya untuk area bermain anak dari berbagai provinsi.(TEMPO; 31 Juli 1993).

Mangkunegaran, sebagai pusat pengembangan budaya, memberikan kesempatan bagi penggalian budaya Indonesia dalam hal mainan anak tradisional itu (TEMPO; 31 Juli 1993).

Referensi

  1. ^ "KGPAA Mangkunegara IX Meninggal di Jakarta, Humas: Sudah 2 Bulan Pindah". Tempo. 13 Agustus 2021
  2. ^ Khairina, ed. (13 Agustus 2021). "KGPAA Mangkunegara IX Wafat Jumat Dini Hari". Kompas. Diakses tanggal 13 Agustus 2021. 
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Mangkunegara VIII
Adipati Mangkunegaran
(1987—2021)
Diteruskan oleh:
Belum ditentukan