Naskah Sinkang

bukti tertulis pertama yang diketahui dalam bahasa Formosa
Revisi sejak 2 Maret 2022 10.33 oleh Ivan Humphrey (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'right|thumb|200px|Sebuah kontrak yang ditulis dalam [[bahasa Tionghoa dan Sinkang, tahun 1784.]] '''Naskah Sinkang''' ({{zh|t=新港文書|p=Xīngǎng wénshū|w=Hsin-kang wen-shu}}; juga dieja '''Sinkan''' atau '''Sinckan''') adalah kumpulan catatan sewa, hipotek, dan perjanjian perdagangan lainnya yang ditulis dalam bahasa Sinkang, Taivoan, dan Makatao. Naskah-naskah...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Naskah Sinkang (Hanzi: 新港文書; Pinyin: Xīngǎng wénshū; Wade–Giles: Hsin-kang wen-shu; juga dieja Sinkan atau Sinckan) adalah kumpulan catatan sewa, hipotek, dan perjanjian perdagangan lainnya yang ditulis dalam bahasa Sinkang, Taivoan, dan Makatao. Naskah-naskah ini juga biasanya disebut sebagai "kontrak Fanzi" (Hanzi: 番仔契; Pinyin: Fānzǐ Qì; Pe̍h-ōe-jī: hoan-á-khè). Beberapa naskah hanya ditulis dalam alfabet Latin, lainnya dalam aksara Han. Saat ini ada sekitar 140 naskah yang bertahan, ditulis dalam bahasa Sinkang. Naskah ini penting sebagai bukti perbandingan linguistik dan kebudayaan Siraya, Taivoan, serta sejarah Taiwan secara umum meskipun hanya sedikit peneliti yang dapat memahaminya.

Sebuah kontrak yang ditulis dalam bahasa Tionghoa dan Sinkang, tahun 1784.

Sejarah

 
Terjemahan Injil Matius dalam bahasa Belanda, Sinkang, Taivoan, dan Inggris.[1] Naskah asli dalam bahasa Belanda dan Sinkang di atas ditulis pada tahun 1661 oleh Daniel Gravius. Catatan dalam bahasa Inggris dalam huruf kecil ditambahkan pada tahun 1888 oleh misionaris asal Skotlandia bernama William Campbell.

Bahasa Sinkang dituturkan oleh penutur bahasa Siraya yang bermukim di tempat yang sekarang disebut Tainan. Selama waktu ketika Taiwan berada di bawah pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC (Formosa Belanda 1624–1662), misionaris Belanda belajar Sinkang untuk memfasilitasi pekerjaan misionaris dan urusan pemerintahan. Mereka juga membuat sistem romanisasi untuk bahasa-bahasa Formosa dan menyusun kamus dwibahasa, mengajari penduduk pribumi cara menulis bahasa sendiri.

Pada tahun 1625, Maarten Sonck, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Formosa Belanda, meminta agar Belanda mengirim dua hingga tiga misionaris ke Taiwan dengan tujuan untuk mempertobatkan penduduk asli. Namun, kelompok pertama yang tiba adalah misionaris tamu yang tidak memiliki wewenang untuk melakukan upacara pembaptisan. Baru pada bulan Juni 1627 pendeta sejati pertama, Pendeta Georgius Candidius, tiba, di mana pekerjaan misionaris di Taiwan dimulai dengan sungguh-sungguh. Daerah pertama yang menjadi sasaran, pemukiman Sinkang (kiniSinshih), memiliki banyak pemeluk Kristen baru, pada tahun 1630.

Pada tahun 1636, Pemerintah Belanda memulai sebuah sekolah untuk penutur Sinkang yang tidak hanya menampilkan pelajaran agama, tetapi juga menyediakan sekolah sastra Barat. Karena Belanda menganjurkan agar pekerjaan misionaris dilakukan dalam bahasa ibu, sekolah itu diajarkan dalam bahasa Sinkang. Seorang misionaris bernama Robertus Junius mencatat laporan sekolah pada tahun 1643 bahwa sekolah Sinckan telah mendaftarkan 80 siswa, 24 di antaranya belajar menulis dan 8 hingga 10 memiliki tulisan tangan yang bagus, sementara di sekolah tetangga Baccaluan (kini Anding), ada 90 siswa, yang 8 siswa tahu cara menulis.

Selain berkhotbah, para misionaris juga menyusun kamus dan buku-buku ajaran agama; mereka menerjemahkan Injil Matius ke dalam bahasa Sinkang dan juga menyusun catatan kosakata bahasa Favorlang, sebuah bahasa pribumi lainnya.[2] Catatan tersebut akan menjadi sumber penting untuk penelitian linguistik bahasa-bahasa Formosa. Catatan berbahasa Sinkang yang paling penting adalah perjanjian antara penutur Sinkang dan pemukim Tionghoa Han, umumnya dikenal sebagai "kontrak Fanzi".

Meskipun Belanda hanya memerintah Taiwan selama 38 tahun, mereka sangat mempengaruhi perkembangan budaya pribumi. Untuk mengambil Naskah Sinkang sebagai contoh, catatan terakhir yang masih bertahan dalam naskah-naskah berbahasa Sinkang berasal dari tahun 1813 (lebih dari 150 tahun setelah Belanda meninggalkan Taiwan pada tahun 1662). Hal ini merupakan bukti yang menunjukkan bahwa tradisi baca-tulis yang diperkenalkan oleh Belanda masih dipertahankan oleh masyarakat pribumi Taiwan.[3]

Asal

Tak lama setelah berdirinya Universitas Kekaisaran Taihoku pada tahun 1928, salah satu dosen di jurusan linguistik, bernama Naoyoshi Ogawa (小川尚義), mengumpulkan sejumlah naskah-naskah kuno di Tainan. Pada tahun 1931, Naojirō Murakami (村上直次郎) menyunting dan menerbitkannya dengan judul Naskah Sinkang.[4] Kumpulan naskah tersebut berisi 109 "kontrak Fanzi," 87 di antaranya berasal dari pemukiman penutur bahasa Sinkang ; 21 di antaranya adalah dwibahasa Tionghoa dan Sinkang.

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Campbell & Gravius (1888), hlm. 1.
  2. ^ Davidson (1903), hlm. 48.
  3. ^ Campbell (1903), hlm. 540.
  4. ^ Naojirō Murakami (1933). 新港文書 [Sinkan manuscripts]. Taihoku: 臺北帝国大學文政學部. OCLC 26709196. 

Daftar pustaka

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar