Kerajaan Kotawaringin
Kerajaan Kotawaringin adalah sebuah kerajaan Islam yang didirikan pada tahun 1679, di wilayah yang menjadi Kabupaten Kotawaringin Barat saat ini di Kalimantan Tengah. Kerajaan Kotawaringin merupakan pecahan kesultanan Banjar yang dibagi waris menjadi dua wilayah. Wilayah sebelah barat Kesultanan Banjar dimekarkan menjadi Kerajaan Kotawaringin. Diduga Raja pertama Kotawaringin yaitu Pangeran Dipati Antakusuma adalah adik Sultan Banjar, Inayatullah bin Mustain Billah yang memerintah tahun 1620-1637. Raja Kotawaringin (Antakusuma), Raja Sukadana (Marta Sahary) dan Raja Mempawah menjadi anggota Dewan Mahkota di Kesultanan Banjar pada masa pemerintahan Inayatullah. Dewan Mahkota adalah dewan yang juga mengurusi perdagangan dan ekonomi di wilayah ini dalam berhubungan dengan pihak Belanda (VOC) maupun Inggris. Pada tahun 1638 terjadi pembunuhan terhadap orang-orang VOC dan Jepang di loji di Martapura. Atas kejadian tersebut VOC membuat surat ancaman yang ditujukan terhadap Kesultanan Banjarmasin, Kerajaan Kotawaringin dan Kerajaan Sukadana. Kedua kerajaan merupakan sekutu Banjarmasin dan ada hubungan kekeluargaan. Permusuhan berakhir dengan adanya Perjanjian 16 Mei 1661, berkat pengaruh mangkubumi, Pangeran Maes de Patty (mungkin pangeran ini kelak menjadi Raja Kotawaringin II). Diduga Kerajaan Kotawaringin telah berdiri bersamaan pemerintahan Sultan Inayatullah (1620-1637).
Sebelumnya sekitar tahun 1362, Kota Waringin merupakan salah satu negeri di pulau Tanjungnegara yang telah ditaklukan Kerajaan Majapahit oleh Mahapatih Gajah Mada berdasarkan Kakawin Nagarakretagama.
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, Kobar merupakan satu wilayah Kesultanan Kotawaringin.[1]
Ibukota Kesultanan Kotawaringin semula berada di Kotawaringin Lama (hulu Sungai Lamandau). Pada 1814 ibukota kesultanan dipindahkan ke Pangkalan Bun, pada masa pemerintahan Sultan Imanudin dan didirikanlah sebuah istana di Pangkalan Bun sebagai pusat pemerintahan.[1]
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, status Kotawaringin menjadi bagian wilayah NKRI dengan status Swapraja/Kewedanan. Selanjutnya berkembang menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat sebagai daerah otonom dengan Pangkalan Bun sebagai ibukota kabupaten yang ditetapkan dengan UU No 27/1959 dan Lembaran Negara No 72/1959.[1] Selanjutnya Kabupaten Kotawaringin Barat telah dimekarkan menjadi 3 Kabupaten yaitu :
- Kabupaten Kotawaringin Barat
- Kabupaten Lamandau
- Kabupaten Sukamara
Sultan Kotawaringin
Raja-raja/sultan yang pernah memerintah sejak 1679 hingga masuknya penjajah Belanda dengan urutan sebagai berikut:[1]
- Pangeran Adipati Antakusuma (1680-1687)
- Pangeran Mas Adipati
- Pangeran Panembahan Anom
- Pangeran Prabu
- Pangeran Adipati Moda
- Pangeran Penghulu.
- Pangeran Ratu Bengawan
- Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha
- Pangeran Imanudin
- Pangeran Akhmad Hermansyah (1850-1865)
- Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha (1865-1904)
- Pangeran Ratu Sukma Negara (1905-1913),
- Pangeran Ratu Sukma Alamsyah (1914-1939)
- Pangeran Ratu Anom Alamsyah (1940-1948).
Pangeran Muasyidin Syah(dynastychief/son of last Pangeran Ratu of K.;f.i. in 2008)
Referensi
Sumber
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Silsilah Raja Kotawaringin
- (Indonesia)Kotawaringin Lama: Wisata Budaya yang Terlupakan. Sinar Harapan, 2003
- (Indonesia) Peranan Keturunan Sultan Kotawaringin Di Beberapa Bidang Sebelum dan Sesudah Tahun 1950-an
- (Indonesia) Bendera Kotawaringin
- (Indonesia) Kerajaan Kotawaringin
- {{id)) Situasi Kerajaan Banjar abad ke-17