Prokrastinasi
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada April 2016. |
Dalam psikologi, prokrastinasi berarti tindakan mengganti tugas berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah, sehingga tugas penting pun tertunda. Steel (dalam Fauziah, 2015)[1] menyebutkan bahwa prokrastinasi berasal dari bahasa latin, yaitu “pro” dan “crastinus”. “pro” memiliki pengertian sebagai “maju”, ke depan, serta lebih menyukai. Sedangkan “crastinus” memiliki arti “besok”. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan prokrastinasi memiliki pengertian yaitu lebih suka melakukan suatu pekerjaan besok dibandingkan menyelesaikan hari ini. Definisi prokrastinasi juga diungkapkan oleh beberapa ahli, salah satunya Knaus (dalam Majid, 2017)[2] yang mengatakan bahwa prokastinasi adalah perilaku menghindari tugas atau pekerjaan, yang dikarenakan ketidaksenangan individu terhadap tugas yang ada, serta takut mengalami kegagalan dalam mengerjakan suatu tugas. Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Ferrari (dalam Ramadhani, 2016)[3] bahwa prokrastinasi adalah kecenderungan perilaku seorang individu untuk menunda dalam memulai ataupun menyelesaikan suatu pekerjaan secara menyeluruh dan melakukan kegiatan lain yang tidak berguna. Akibatnya kinerja untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan menjadi terhambat atau tidak dapat menyelesaikannya secara tepat waktu. Seorang individu yang melakukan prokrastinasi atau perilaku menunda-nunda disebut dengan prokrastinator.
Psikolog sering menyebut perilaku ini sebagai mekanisme untuk mencakup kecemasan yang berhubungan dengan memulai atau menyelesaikan tugas atau keputusan apapun.[4] Schraw, Pinard, Wadkins, dan Olafson menetapkan tiga kriteria agar suatu perilaku dapat dikelompokkan sebagai prokrastinasi: harus kontraproduktif, kurang perlu, dan menunda-nunda.[5]
Prokrastinasi dapat mengakibatkan stres, rasa bersalah dan krisis, kehilangan produktivitas pribadi, juga penolakan sosial untuk tidak memenuhi tanggung jawab atau komitmen. Perasaan ini jika digabung dapat mendorong prokrastinasi berlebihan. Meski dianggap normal bagi manusia sampai batas tertentu, hal ini dapat menjadi masalah jika melewati ambang batas normal. Prokrastinasi kronis bisa jadi tanda-tanda gangguan psikologis terpendam.
Prokrastinasi dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan penggunaan manajemen waktu. Menurut Atkinson (dalam Hakim, 2015) manajemen waktu adalah suatu kemampuan seorang individu mengenai perencanaan tindakan yang dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.[6] Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2015)[6] menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara manajemen waktu dengan kebiasaan prokrastinasi. Semakin tinggi kemampuan manajemen waktu, maka semakin rendah kecenderungan prokrastinasi untuk mengerjakan skripsi.
Aspek dari Prokrastinasi
Terdapat aspek-aspek dari prokrastinasi menurut Tuckman (dalam Wibowo, 2018), yaitu:[7]
- Membuang Waktu. Individu yang suka menunda-nunda pekerjaan cenderung membuang-buang waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak berguna, sehingga pekerjaan yang utama tidak segera dikerjakan.
- Menghindari Tugas. Individu yang merupakan seorang prokrastinator cenderung melakukan penghindaran terhadap tugas atau pekerjaan yang menyulitkan atau tidak menyenangkan baginya.
- Menyalahkan Orang Lain. Seorang prokrastinator cenderung menyalahkan orang lain atau faktor di luar dirinya yang menyebabkan perilaku menunda-nunda mengerjakan tugas atau pekerjaannya.
Faktor yang Memengaruhi Prokrastinasi
Menurut Burka & Yuen (dalam Majid, 2017)[2] terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seorang individu melakukan prokrastinasi, seperti konsep diri, keyakinan diri, tanggung jawab, kecemasan atau kekhawatiran terhadap feedback yang akan diberikan, kesulitan untuk melakukan pengambilan keputusan, kurangnya tuntutan dari tugas, serta standar yang terlalu tinggi tentang kemampuan individu. Selain itu, Ghufron (dalam Majid, 2017)[2] mengungkapkan tingkat motivasi individu juga berpengaruh terhadap adanya perilaku prokrastinasi. Semakin tinggi motivasi, maka semakin rendah kecenderungan untuk melakukan perilaku prokrastinasi. Begitu pula sebaliknya. Semakin rendah motivasi yang dimiliki individu, maka semakin tinggi kecenderungan untuk melakukan perilaku prokrastinasi.
Fauziah (2015)[1] dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang memengaruhi prokrastinasi mahasiswa, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasa dari psikis, seperti ketidakpahaman mahasiswa mengenai instruksi oleh dosen mengenai tugas-tugas kuliah. Selain itu, mahasiswa tidak menguasai materi kuliah yang diberikan oleh dosen, apalagi jika tidak diberikan feedback mengenai hasil pekerjaan mahasiswa. Sehingga mahasiswa tidak dapat mengerti apakah pekerjaan yang dilakukan benar atau tidak. Yang terakhir adalah rasa malas yang muncul dari dalam individu untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Kemudian pada faktor eksternal berasal dari luar individu, seperti tugas yang sulit dan tidak sesuai dengan kapasitas individu tersebut untuk mengerjakan. Tidak adanya fasilitas untuk mengerjakan tugas juga menjadi faktor eksternal. Selain itu, waktu pengumpulan tugas yang masih lama, sehingga mahasiswa melakukan prokrastinasi karena jangka pengumpulan yang masih lama membuat mereka bersantai-santai.
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ a b Fauziah, H. H. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi uin sunan gunung djati bandung. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2), 123-132.
- ^ a b c Majid, A. N. (2017). Hubungan Antara Kontrol Diri (Self Control) dengan Prokrastinasi Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa FTIK Jurusan PAI Angkatan 2012 IAIN Salatiga. Skripsi: IAIN Salatiga.
- ^ Ramadhani, A. (2016). Hubungan Konformitas dengan Prokrastinasi dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Tidak Bekerja. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(3).
- ^ Fiore, Neil A (2006). The Now Habit: A Strategic Program for Overcoming Procrastination and Enjoying Guilt- Free Play. New York: Penguin Group. ISBN 9781585425525. p. 5
- ^ Schraw, G., Wadkins, T., Olafson, L. (2007). "Doing the things we do: A grounded theory of academic procrastination". Journal of Educational Psychology. 99 (1): 12–25. doi:10.1037/0022-0663.99.1.12.
- ^ a b Hakim, N. R., Prihandhani, I. S., & Wirajaya, I. G. (2019). Hubungan Manajemen Waktu dengan Kebiasaan Prokrastinasi Penyusunan Skripsi Mahasiswa Keperawatan Angkatan VIII Stikes Bina Usada Bali. Widyadari: Jurnal Pendidikan, 19(2).
- ^ Wibowo, D. V. R. (2018). Hubungan antara Manajemen Waktu dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Skripsi: Universitas Medan Area.
Pranala luar
- The Procrastination Equation Diarsipkan 2011-03-07 di Wayback Machine. — A review of the major theories of procrastination
- CalPoly — Procrastination Diarsipkan 2010-06-09 di Wayback Machine. — Analysis of dilatory behavior and possible cures
- Psychological Self-Help - A summary of procrastination and methods to address the issue