Wikramawardhana
Wikramawardhana adalah raja kelima Majapahit yang memerintah berdampingan dengan istri sekaligus sepupunya, yaitu Kusumawardhani putri Hayam Wuruk, pada tahun 1389-1429.
Wikramawardhana | |
---|---|
Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana | |
Raja Majapahit ke 5 | |
Berkuasa | 1389-1429 |
Pendahulu | Hayam Wuruk |
Penerus | Suhita |
Pasangan | Kusumawardhani |
Ayah | Singhawardhana |
Ibu | Dyah Nertaja |
Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya)
|
Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara (Jayanagara)
|
Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani (Tribhuwana Wijayatunggadewi)
|
Sri Maharaja Rajasanagara (Hayam Wuruk)
|
Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana (Wikramawardhana)
|
Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja (Suhita)
|
Brawijaya I (Kertawijaya)
|
Brawijaya II (Rajasawardhana)
|
Brawijaya III (Girishawardhana)
|
Brawijaya IV (Suraprabhawa)
|
Brawijaya V (Angkawijaya)
|
Asal-usul Wikramawardhana dan Kusumawardhani
Wikramawardhana dalam Pararaton bergelar Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama. Nama aslinya adalah Raden Gagak Sali. Ibunya bernama Dyah Nertaja, adik Hayam Wuruk, yang menjabat sebagai Bhre Pajang. Sedangkan ayahnya bernama Raden Sumana yang menjabat sebagai Bhre Paguhan, bergelar Singhawardhana.
Permaisurinya, yaitu Kusumawardhani adalah putri Hayam Wuruk yang lahir dari Sri Sudewi disebut juga Paduka sori. Dalam Nagarakretagama (ditulis 1365), Kusumawardhani dan Wikramawardhana diberitakan sudah menikah. Padahal waktu itu Hayam Wuruk baru berusia 31 tahun. Maka, dapat dipastikan kalau kedua sepupu tersebut telah dijodohkan sejak kecil.
Dari perkawinan itu, lahir putra mahkota bernama Rajasakusuma bergelar Hyang Wekasing Sukha, yang meninggal sebelum sempat menjadi raja.
Pararaton juga menyebutkan, Wikramawardhana memiliki tiga orang anak dari selir, yaitu Bhre Tumapel, Suhita, dan Kertawijaya.
Bhre Tumapel lahir dari Bhre Mataram putri Bhre Pandansalas. Ia menggantikan Rajasakusuma sebagai putra mahkota, tetapi juga meninggal sebelum sempat menjadi raja.
Kedudukan sebagai pewaris takhta Majapahit kemudian dijabat oleh Suhita yang lahir dari Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi.
Awal Pemerintahan Wikramawardhana dan Kusumawardhani
Saat Nagarakretagama ditulis tahun 1365, Kusumawardhani masih menjadi putri mahkota yang menjabat sebagai Bhre Kabalan. Sedangkan Wikramawardhana menjabat sebagai Bhre Mataram dan mengurusi masalah perdata.
Menurut Pararaton, sepeninggal Hayam Wuruk tahun 1389, Kusumawardhani dan Wikramawardhana naik takhta dan memerintah berdampingan. Jabatan Bhre Mataram lalu diserahkan pada selir Wikramawardhana, yaitu putri dari Ranamanggala Bhre Pandansalas, yang menikah dengan adik Wikramawardhana yang bernama Surawardhani Bhre Kahuripan. Jadi, Wikramawardhana menikahi keponakannya sendiri sebagai selir.
Rajasakusuma sang putra mahkota diperkirakan mewarisi jabatan Bhre Kabalan menggantikan Kusumawardhani, meskipun tidak disebut secara tegas dalam Pararaton.
Pada tahun 1398 Rajasakusuma mengangkat Gajah Menguri sebagai patih menggantikan Gajah Enggon yang meninggal dunia. Berita dalam Pararaton ini harus ditafsirkan sebagai “mengusulkan”, bukan “melantik”.
Pada tahu 1399, Rajasakusuma meninggal sebelum menjadi raja. Candi makamnya bernama Paramasuka Pura di Tanjung. Kedudukan putra mahkota lalu dijabat Bhre Tumapel putra Wikramawardhana dari Bhre Mataram.
Pada tahun 1400 Wikramawardhana turun takhta untuk hidup sebagai pendeta. Kusumawardhani pun memerintah Majapahit secara penuh.
Menurut Pararaton, Wikramawardhana kembali menjadi raja, karena Kusumawardhani meninggal dunia. Kusumawardhani dicandikan di Pabangan, bernama Laksmipura.
Perang Paregreg
Pada tahun 1401, Wikramawardhana berselisih dengan Bhre Wirabhumi, saudara tiri Kusumawardhani. Perselisihan antara penguasa Majapahit Barat dan Majapahit Timur itu memuncak menjadi perang saudara pada tahun 1404, yang disebut Perang Paregreg.
Pada tahun 1406 pasukan Majapahit barat yang dipimpin oleh Bhre Tumapel mengalahkan pasukan Majapahit timur. Dalam pertempuran, Bhre Wirabhumi tewas di tangan Bhra Narapati (Raden Gajah). Wikramawardhana kemudian menikah dengan Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi sebagai selir. Jadi Wikramawardhana menikahi keponakan tiri Kusumawardhani, dan mempunyai putri bernama Suhita.
Akhir Pemerintahan Wikramawardhana
Perang Paregreg membawa kerugian besar bagi Majapahit. Banyak daerah-daerah bawahan di luar Jawa melepaskan diri ketika Majapahit barat dan timur sibuk berperang, sehingga menyebabkan awal dari kemunduran Majapahit.
Wikramawardhana juga berhutang ganti rugi pada kaisar Dinasti Ming penguasa Tiongkok. Ketika terjadi penyerbuan ke timur, sebanyak 170 orang anak buah Laksamana Ceng Ho ikut terbunuh. Padahal waktu itu Ceng Ho sedang menjadi duta besar mengunjungi Jawa.
Menurut kronik Tiongkok tulisan Ma Huan (sekretaris Ceng Ho), Wikramawardhana diwajibkan membayar denda pada kaisar sebesar 60.000 tahil. Sampai tahun 1408 baru bisa diangsur 10.000 tahil saja. Akhirnya, kaisar membebaskan hutang tersebut karena kasihan.
Akhir Hayat
Wikramawardhana akhirnya meninggal pada akhir tahun 1429. Ia dicandikan di Wisesapura yang terletak di Bayalangu. Wikramawardhana digantikan oleh putrinya dari Bhre Daha yaitu Suhita yang naik takhta tahun 1429. Usia Suhita saat itu diperkirakan sekitar 20-tahun.
Peninggalan sejarah Wikramawardhana berupa Prasasti Katiden I (1392) dan Prasasti Katiden II (1395), yang berisi penetapan Gunung Lejar sebagai tempat pendirian sebuah bangunan suci.
Silsilah
Raden Sumana (Singhawardhana, Bhre Paguhan) | |||||||||||||||
Wikramawardhana | |||||||||||||||
Cakradhara (Kertawardhana, Bhre Tumapel) | |||||||||||||||
Dyah Nertaja (Iswari, Bhre Pajang) | |||||||||||||||
Nararya Sanggramawijaya (Kertarajasa Jayawardhana) | |||||||||||||||
Dyah Gitarja (Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani) | |||||||||||||||
Gayatri (Rajapatni) | |||||||||||||||
Bibliografi
- M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
- Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
- Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
- Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
Didahului oleh: Hayam Wuruk |
Raja Majapahit 1389—1429 |
Diteruskan oleh: Suhita |