Dyah Suraprabhawa adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 1466-1474, bergelar Sri Adi Suraprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati Ketubhuta. Tokoh ini identik dengan Bhre Pandansalas dalam Pararaton yang naik takhta tahun 1466.

Suraprabhawa
Sri Adi Suraprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati Ketubhuta
Raja Majapahit ke 10
Berkuasa Majapahit (1466-1474)
PendahuluGirishawardhana
PenerusGirindrawardhana
(Brawijaya V)
PasanganRajasawardhanadewi Dyah Sripura

Asal-usul Suraprabhawa

Dyah Suraprabhawa juga dianggap identik dengan Bhre Pandansalas, tercatat namanya dalam prasasti Waringin Pitu (1447) sebagai putra bungsu Dyah Kertawijaya. Istrinya bernama Rajasawardhanadewi Dyah Sripura yang identik dengan Bhre Singhapura. Peninggalan sejarah Suraprabhawa setelah menjadi raja berupa prasasti Pamintihan tahun 1473.

Dalam Pararaton ditemukan beberapa orang yang menjabat sebagai Bhre Pandansalas. Yang pertama adalah Raden Sumirat putra Raden Sotor (saudara tiri Hayam Wuruk). Raden Sumirat bergelar Ranamanggala menikah dengan Surawardhani adik Wikramawardhana. Dari perkawinan itu lahir Ratnapangkaja, Bhre Mataram, Bhre Lasem, dan Bhre Matahun. Ratnapangkaja kemudian kawin dengan Suhita (raja wanita Majapahit, 1427-1447) putri Wikramawardhana. Bhre Pandansalas yang pertama tersebut setelah meninggal dicandikan di Sri Wisnupura di Jinggan.

Bhre Pandansalas yang lain diberitakan menjadi Bhre Tumapel, kemudian menjadi raja Majapahit tahun 1466. Istrinya menjabat Bhre Singhapura, putri Bhre Paguhan, putra Bhre Tumapel, putra Wikramawardhana.

Diberitakan dalam Pararaton, setelah Bhre Pandansalas menjadi raja selama dua tahun, keponakannya Bhre Kertabhumi melakukan kudeta untuk mengambil alih kekuasaan pada tahun 1468.

Perang melawan Bhre Kertabhumi

Pada tahun 1468, Bhre Kertabhumi melakukan pemberontakan terhadap Singhawikramawardhana karena ia adalah salah satu putra Rajasawardhana, merasa lebih berhak atas takhta Majapahit dibanding pamannya itu.

Pararaton tidak menyebut dengan jelas kalau Bhre Kertabhumi adalah raja yang menggantikan Singhawikramawardhana (Dyah Suraprabhawa). Dalam kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong, diketahui kalau Kung-ta-bu-mi atau Kertabhumi dikalahkan oleh Dyah Ranawijaya (Brawijaya V) raja Majapahit yang memerintah sejak tahun 1474. Hal ini diperkuat juga dalam prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi, [1] dan memindahkan ibu kota Majapahit ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Majapahit melawan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Bhre Kertabhumi. Hingga pada tahun 1478, Raden Patah putra Bhre Kertabhumi mendirikan Kerajaan Demak dan memisahkan diri dari Majapahit.

Kematian Suraprabhawa

Pararaton tidak menyebutkan dengan pasti kapan Bhre Pandansalas alias Suraprabhawa meninggal. Ia hanya diberitakan meninggal di dalam keraton, dan merupakan paman dari Bhre Kertabhumi.

Tahun kematian Suraprabhawa kemudian ditemukan dalam prasasti Trailokyapuri yang dikeluarkan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Menurut prasasti tersebut, Suraprabhawa alias Singhawikramawardhana meninggal tahun 1474.

Kemudian Girindrawardhana menjadi raja Majapahit tahun 1474, ia mengaku sebagai putra dan pewaris tahta Singhawikramawardhana. Hal ini dapat diperkuat adanya unsur kata Giripati dalam gelar abhiseka Singhawikramawardhana yang sama artinya dengan Girindra, yaitu raja gunung.

Didahului oleh:
Girishawardhana
Raja Majapahit
1466—1474
Diteruskan oleh:
Girindrawardhana
  1. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.