Fanatisme

Keyakinan atau perilaku yang melibatkan semangat yang tidak kritis atau antusiasme yang obsesif

Fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Filsuf George Santayana mendefinisikan fanatisme sebagai, "melipatgandakan usaha Anda ketika Anda lupa tujuan Anda";[1] dan menurut Winston Churchill, "Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.

Penggambaran fanatisme melalui lukisan, dibuat oleh Eugène Delacroix

Jenis-jenis fanatisme

Fanatisme agama

Fanatisme agama adalah sikap meyakini agama secara dalam dan kuat. Hal tersebut sering mengakibatkan konflik di masyarakat, dan sulit untuk meredakannya. Pandangan orang lain yang fanatik terhadap beragama menganggap orang-orang yang berbeda keyakinan dengan mereka sebagai ancaman.[2]

Fanatisme idola

Mengidolakan terhadap sesuatu tentu merupakan hal yang wajar. Namun, hal tersebut bisa menjadi ancaman ketika kebiasaan tersebut berubah menjadi aktivitas yang mengganggu keamanan hingga melanggar privasi, menipu, hingga menyakiti diri sendiri serta orang lain demi orang yang diidolakan. Seseorang yang mengiidolakan sesuatu pasti akan mencontoh perilakunya, hingga gaya berpakaian. Hal tersebut juga memiliki dampak hilangnya identitas diri sendiri, juga mengancam kesehatan mental.[3]

Fanatisme ideologi

Fanatisme terhadap suatu ideologi disebarkan oleh kelompok radikal dan ekstemis yang kini dimulai dengan media internet yang mudah diakses oleh berbagai golonga. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat menjadi cemas, dan mudah dipengaruhi oleh kelompok-kelompok radikal tersebut.[4]

Fanatisme etnis

Fanatisme etnis merupakan sikap mengunggulkan suatu enis tertentu, dan menganggap etnis lain rendah. Mereka menilai manusia dari warna kulit, dan dari mana asal sukunya. Hal tersebut berdampak terhadap rasa cemah dan takut apabila melihat orang asing (xenofobia) dan membuat generalisasi bagi kelompok etnis yang disebut stereotip.[5] Fanatisme terhadap suatu etnis apabila terus bergulir bisa berdampak menjadi pemicu pemecah kesatuan terhadap suatu bangsa.[6]

  • Fanatisme nasional
  • Fanatisme olahraga

Referensi

  1. ^ Santayana, George (1905). Life of Reason: Reason in Common Sense. (New York: Charles Scribner's Sons) 13.
  2. ^ Syifa (2021). "Pemahaman Agama yang Tidak Tepat Menyebabkan Fanatisme Buta". Muhammadiyah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-09. 
  3. ^ Nida, Sofwatun (2021). "Fenomena Fanatisme terhadap Idola, Seberapa Berbahaya?". kumparan. Diakses tanggal 2022-03-09. 
  4. ^ Nurish, Amanah (2019). "Dari Fanatisme Ke Ekstremisme: Ilusi, Kecemasan, Dan Tindakan Kekerasan". Jurnal Masyarakat dan Budaya: 38–39. doi:10.14203/jmb.v21i1.829. ISSN 2502-1966. 
  5. ^ Romli, Mohamad Guntur (2016). "Islam Menolak Rasisme dan Fanatisme Etnis". GEOTIMES. Diakses tanggal 2022-03-09. 
  6. ^ Hariandja, Richaldo Y (2017). "Hilangkan Politisasi Fanatisme Kesukuan". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2022-03-09. 

Pranala luar