Lewis Terman

Revisi sejak 13 Maret 2022 04.15 oleh Saiful Arvandy (bicara | kontrib) (menambahkan isi artikel)

Lewis Madison Terman (1877-1956) adalah ilmuwan di bidang Pendidikan dan Psikologi dari Universitas Clark. Di bawah bimbingan Stanley Hall, Dia menerima gelar Ph.D. Lewis M. Terman berpengalaman sebagai guru, kepala sekolah dan dosen. Lewis bergabung dengan fakultas psikologi Universitas Stanford sampai pensiun pada tahun 1942.

Perhatiannya pada tes mental sepanjang kariernya menjadikan Lewis M. Terman tokoh terkemuka dalam mengembangkan gerakan tes pengujian yang tren. Hasil karyanya yang paling terkena dan digunakan paling luas adalah tes Stanford-Binet tentang intelegensi, yang diiambil dari Skala Intelegensi Binet-Simon tahun 1916 yang direvisi tahun 1937. Hasi karya Lewis yang selanjutnya yang tak kalah terkenalnya, dia mengembangan tes Alpha dan Beta ( tes intelegensi kelompok pertama) yang digunakan dalam klasifikasi prajurit selama Perang Dunia I. Dengan diterbitkannya Tahun 1916 Tes Stanford-Binet, Lewis memperkenalkan istilah intelligence quotient (IQ).

Melalui studi komperhensif pertamanya Lewis mengenal anak-anak berbakat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan IQ diatas 140. Dari temuannya dia berkesimpulan anak-anak dengan IQ yang tinggi cenderung lebih sehat dan lebih bahagia serta lebih stabil daripada anak-anak dengan kemampuan rata-rata. Masih menurut Lewis, anak-anak dengan IQ yang tinggi lebih berhasil di dalam kehidupan pribadinya dan profesional. Di Akhir karyanya dia mendirikan gerakan anak berbakat dan menyediakan program pendidikan-khusus bagi siswa yang mampu.[1]

Sumbangsih keilmuan

Tes Stanford-Binet

Tes Stanford-Binet merupakan hasil revisi dari tes Binet-Simon yang diadakan oleh Terman di Universitas Stanford. Tujuannya adalah untuk menetapkan standar baku pada tes kecerdasan intelektual. Bahan pertimbangan yang digunakan untuk revisi ini adalah norma-norma populasi.[2]

Revisi ini dikerjakan oleh Terman pada tahun 1916. Perbaikan yang dilakukannya adalah penetapan indeks numerik. Indeks ini menyatakan bahwa kecerdasan sebagai sebuah perbandingan antara umur jiwa dan umur kronologi.[3] Terman kemudian menggunakan istilah kecerdasan intelektual yang telah diperkenalkan pada tahun 1912 oleh William Stern. Ia menggunakan istilah ini untuk hasil tes dari skala kecerdasan dalam tes Stanford-Binet. Penggunaan istilah ini dimulai oleh Terman pada tahun 1916 di Amerika Serikat.[4] Tes Stanforf-Binet kemudian diperkenalkan secara luas olehnya dan para rekannnya di Universitas Stanford pada tahun yang sama.[5] Karenanya, tes Stanford-Binet dikenal secara luas di Amerika Serikat.[6]

Setelah merevsisi rumus kecerdasan intelektual, Terman kembali mengembangkan tes untuk individu-individu di Amerika Serikat.[7] Ia kembali merevisi tes Stanford-Binet. Revisi ini diadakannya pada tahun 1937. Ia melakukan revisi bersama dengan Maud Amanda Merrill.[8]

Sindrom siswa baik

Sindrom siswa baik merupakan kesimpulan yang diperoleh oleh Terman setelah melakukan studi longttudinal terhadap 1.528 anak dan remaja yang disebut genius. Anak-anak ini memilki nilai kecerdasan intelektual yang sama dengan atau lebih dari 140. Terman menyimpulkan bahwa meskipun mereka memiliki prestasi yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan kecerdasan intelektual rata-rata, hanya sedikit dari mereka yang menjadi masyhur melalui kualitas dan kinerjanya.[9]

Konsep bakat intelektual

Pada awal abad ke-19, Terman memperkenalkan konsep tes mental di sekolah-sekolah yang ada di Amerika Serikat. Upayanya ini telah menjadi dasar bagi konsep keberbakatan. Pengenalan Terman ini kemudian menghasilkan konsep kecerdasan intelektual sebagai bagian dari pengukuran talenta dan bakat. Selanjutnya, konsep kecerdasan intelektual ini menjadi awal bagi pengembangan konsep bakat intelektual.[10]

Terman sendiri menemukan bahwa kondisi fisik dari anak-anak yang berbakat secara intelektual lebih baik dibandingkan dengan anal-anak dengan kecerdesan rata-rata. Selain itu, anak-anak dengan bakat intelektual yang dibandingkan dengan sebayanya, memiliki kondisi fisik yang lebih kuat dan lebih sehat. Sementara dalam hal penyesuaian sosial, tidak ada perbedaan antara anak yang berbakat secara intelektual maupun anak dengan kecerdasan rata-rata.[11]

Konsep kecerdasan

Kecerdasan diberikan definisi oleh Terman sebagai kemampuan berpikir secara abstrak.[12] Ia mendefinisikan kecerdasan pada tahun 1925. Definisi ini diperoleh sebagai hasil dari studi terhadap seribu anak cerdas dengan menggunakan tes Stanford-Binet.[13]

Pengingatan misi psikologi

Psikologi memiliki tiga misi setelah berakhirnya Perang Dunia I. Pertama, membuat kehidupan yang lebih baik bagi manusia. Kedua, penyembuhan gangguan jiwa terhadap individu. Ketiga, identifikasi dan pengembangan bakat yang tinggi. Karya-karya Terman yang membahas tentang keluar-biasaan termasuk salah satu pemikiran yang telah mengingatkan kembali misi ini. Hal yang sama dilakukan oleh Terman dalam karya-karyanya yang menjelaskan tentang cara menjadi orang tua yang efektif.[14]

Referensi

  1. ^ Baihaqi, MIF (2014). Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Luar Biasa. Bandung: Nuansa cendekia. hlm. 380-381. ISBN 9786028395755. 
  2. ^ Suteja dan Affandi, A. (2016). Dasar-Dasar Pendidikan (PDF). Cirebon: CV. Elsi Pro. hlm. 110. ISBN 978-602-1091-46-3. 
  3. ^ Suralaga, Fadhilah (2021). Psikologi Pendidikan: Implikasi dan Pembelajaran (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. 60. ISBN 978-623-231-827-4. 
  4. ^ Nur’aeni (2012). Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat (PDF). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press. hlm. 24. 
  5. ^ Wibowo, Mungin Eddy Wibowo (2018). Ramadhoni, S. R., dkk., ed. Profesi Konseling Abad 21 (PDF). Semarang: Unnes Press. hlm. 23. ISBN 978-602-285-121-9. 
  6. ^ Ediati, A., dkk. (2020). Hardan, H.M. Wibi, ed. Psikologi Klinis: Teori dan Aplikasi (PDF). Jakarta: Penerbit Erlangga. hlm. 10. ISBN 978-623-266-361-9. 
  7. ^ Yusnidar dan Suriati, I. (2020). Psikologi Kebidanan (PDF). Palopo: LPPI UM Palopo. hlm. 6. ISBN 978-623-93776-3-2. 
  8. ^ Inanna, dkk. (2021). Evaluasi Pembelajaran: Teori dan Praktek (PDF). Tahta Media Group. hlm. 78. ISBN 978-623-6436-29-5. 
  9. ^ Sit, M., dkk. (2016). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 72. ISBN 978-602-6462-11-4. 
  10. ^ Sugiarti, R., dan Suhariadi, F. (2015). "Gambaran Kompetensi Sosial Siswa Cerdas Istimewa" (PDF). Seminar Psikologi dan Kemanusiaan: 300. ISBN 978-979-796-324-8. 
  11. ^ Thabrani, Abdul Muis (2013). Faisol, Moh., ed. Pengantar dan Dimensi-Dimensi Pendidikan (PDF). Jember: STAIN Jember Press. hlm. 42. ISBN 978-602-8716-83-3. 
  12. ^ Darmawati (2019). Fun Learning Berbasis Learning Style Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab (PDF). Yogyakarta: Idea Press. hlm. 41. ISBN 978-623-7085-40-9. 
  13. ^ Muhid, Abdul (2019). Sa’adillah, Rangga, ed. Gifted-Underachiever: Mengungkap Black Box Sekolah tentang Rekam Jejak Siswa Berbakat Berprestasi Kurang (PDF). Malang: Inteligensia Media. hlm. XX. ISBN 978-602-5562-98-3. 
  14. ^ Diponegoro, Ahmad Muhammad (2008). Psikologi Konseling Islami dan Psikologi Positif (PDF). Yogyakarta: UAD Press. hlm. 18. ISBN 979-3812-08-7.