Alam bawah sadar

Revisi sejak 21 Maret 2022 11.57 oleh Saiful Arvandy (bicara | kontrib) (menambahkan isi artikel)

Alam bawah sadar, pikiran bawah sadar atau ketidaksadaran terdiri dari proses dalam pikiran yang terjadi secara mendadak dan tak ada dalam wawas diri dan meliputi proses, ingatan, peminatan dan motivasi pikiran.[1]

Bahkan meskipun prosesnya berada di bawah permukaan alam kesadaran, alam bawah sadar dianggap memberikan dampak pada perilaku. Istilah tersebut dicetuskan oleh filsuf Jerman abad ke-18 Friedrich Schelling dan kemudian diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris oleh penyair dan esais Samuel Taylor Coleridge.[2][3]

Alam bawah sadar pada manusia dapat berupa refleksi atas pemikiran-pemikiran yang mendalam maupun pikiran serta perasaan yang intuitif. Dalam kondisi tidak sadar, alam bawah sadar dapat muncul melalui mimpi dalam bentuk citra atau simbol, bukan berupa pikiran yang rasional.[4]

Bahasa

Alam bawah sadar menggunakan bahasa yang disebut hipnolinguistik. Bahasa ini dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena psikologis yang tidak berdasarkan pada perintah otak secara sadar. Salah satu fenomena ini yaitu mengigau. Suara yang dihasilkan oleh orang yang mengigau tidak dihasilkan sebagai bentuk perintah dari otak. Karena itu, orang yang mengigau tidak mengetahui suara yang dihasilkan oleh dirinya.[5]

Catatan

  1. ^ Westen, Drew (1999). "The Scientific Status of Unconscious Processes: Is Freud Really Dead?". Journal of the American Psychoanalytic Association. 47 (4): 1061–1106. doi:10.1177/000306519904700404. PMID 10650551. Diakses tanggal June 1, 2012. 
  2. ^ Bynum; Browne; Porter (1981). The Macmillan Dictionary of the History of Science. London. hlm. 292. 
  3. ^ Christopher John Murray, Encyclopedia of the Romantic Era, 1760-1850 (Taylor & Francis, 2004: ISBN 1-57958-422-5), pp. 1001–02.
  4. ^ Jung, Carl Gustav (2018). Manusia dan Simbol-simbol. Yogyakarta: Basabasi. hlm. 9. ISBN 978-602-6651-82-2. 
  5. ^ Rijal, Syamsul (2015). "Hipnolinguistik: Bahasa Alam Bawah Sadar" (PDF). Jurnal Pendidikan Progresif. V (2): 191. 

Referensi

Pranala luar