Gandrung Sewu

festival tahunan di Banyuwangi, Indonesia
Revisi sejak 31 Maret 2022 02.11 oleh Daffa2001 (bicara | kontrib) (Melengkapi tema 2021)

Gandrung Sewu atau Seribu Gandrung merupakan salah satu event dari Banyuwangi Festival. Gandrung Sewu diadakan sejak tahun 2012 hingga sekarang. Pada awalnya Gandrung Sewu digelar untuk mengenalkan kebudayaan Banyuwangi khususnya Gandrung ke khalayak luas. Pada saat ini Gandrung Sewu sudah menjadi ikon pariwisata budaya Banyuwangi. Event ini diadakan setiap tahun sekali di Pantai Boom, yang berlatarkan selat Bali Gandrung Sewu juga menceritakan sejarah Blambangan pada masa berdirinya Kerajaan Blambangan sampai Kolonial. Gandrung Sewu sudah menampilkan beberapa episode yaitu :

  1. Gandrung Sewu
  2. Paju Gandrung
  3. Seblang Subuh
  4. Padha Nonton
  5. Seblang Lukinto
  6. Kembang Pepe
  7. Layar Kumendhung
  8. Panji - Panji Sunangkoro
Festival Gandrung Sewu (Seribu Gandrung) di Pantai Boom, Banyuwangi
Gandrung Sewu episode Layar Kumendhung

Tema Gandrung Sewu

  1. Tema Paju Gandrung : Tema ini berasal dari salah satu babak yaitu Paju Gandrung. Pada babak ini penari akan mengajak pemaju untuk menari bersama. Mula-mula penari Gandrung melempar sampur (selendang) kepada pemaju atau mengalungi dengan sampur untuk menari bersama penari. Selain ada di salah satu babak pada Gandrung Semalam suntuk, Paju Gandrung juga biasa dimainkan pada saat menyambut tamu.
  2. Tema Seblang Subuh : Diambil dari salah satu babak Gandrung semalam suntuk, merupakan tarian penutup pada pertunjukan Gandrung Terop (Gandrung semalam suntuk). Tarian ini digunakan sebagai ajakan untuk sadar kembali setelah bersenang-senang atau nggandrung semalam suntuk. Ingat kembali kepada anak istri, pekerjaan esok hari, serta filosofi mendalam mengajak untuk mengigat kembali Tuhan Yang Maha Esa.
  3. Tema Padha Nonton : Al kisah sebuah peristiwa setahun setelah perang perlawanan rakyat Blambangan terhadap VOC di Tegalperangan, Songgon. VOC melakukan serangan balas dendam ke Benteng Bayu kekuatan yang tidak berimbangpun membuat masyarakat Bayu menjadi terpojok, namun perlawanan tetap dilakukan dengan segenap jiwa hingga akhirnya banyak yang ditangkap oleh VOC. Kekejaman pun tidak berakhir di sini, banyak kepala yang dipenggal lalu di tancapkan di pagar sepanjang desa, banyak pula yang digantung di pohon-pohon. Sedangkan orang orang yang sudah lemah dan tidak sanggup lagi melawan ternyata juga tidak luput menjadi sasaran kekejaman VOC. Mereka dibawa ke Ulupangpang setelah diikat dengan tali dan diberi pemberat mereka pun dilempar ke Laut Sembulungan. Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Syair Padha Nonton, yang dinyayikan oleh sekelompok orang dengan diiringi tabuhan rebana, gendhang, juga gong. Dibawakan sembri menari pada perkembangannya sampai saat ini disebutlah mereka Kelompok Seni Gandrung.
  4. Tema Seblang Lukinto : Menceritakan perjuangan Rakyat Blambangan melawan Penjajah Belanda pada masa 1776-1810. Merupakan kelanjutan tema Podho Nonton yang menceritakan kebangkitan sisa-sisa prajurit Rempeg Jogopati.[1]
  5. Tema Kembang Pepe : diangkat dari barisan-barisan bait Seblang Lukinto yang menceritakan perjuangan masyarakat Blambangan melalui media seni budaya seperti gandrung, barong dan lain lain.
  6. Tema Layar Kumendhung: Tema Layar Kumendung menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda. Meski kemudian Raden Mas Alit harus gugur dalam sebuah ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi.
  7. Tema Panji - Panji Sunangkoro: Merupakan kelanjutan tema Layar Kumendung. Mengisahkan perlawanan prajurit pahlawan Rempeg Jogopati yang terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Mereka mendapat dukungan secara diam-diam dari Bupati Banywuangi pertama, Mas Alit. Namun, dukungan ini terendus oleh VOC, dan Mas Alit dipanggil ke Semarang dengan menaikkan Mas Alit ke kapal berbendara VOC. Para prajurit yang sudah siap melakukan perlawanan di laut dengan membawa Panji Sunangkoro, begitu melihat kapal VOC melintas mereka langsung menyerang kapal tersebut tanpa tahu bahwa di dalamnya ada Mas Alit.
  8. Tema Kembang Menur: Diangkat dari barisan bait Padha Nonton yang menceritakan bagaimana pentingnya nilai kerja keras dan nilai kemandirian, dengan tekad, usaha, dan kerja keras dalam mencapai sesuatu yang positif.

Refrensi

  1. ^ "Gandrung Sewu 2016 Angkat Tema "Seblang Lukinto"". jatim.antaranews.com. 14 September 2016. Diakses tanggal 2020-04-24.