Lumbangaol

salah satu marga Batak Toba

Lumban Gaol atau sering juga disebut Marbun Lumbangaol adalah salah satu marga (nama keluarga) dalam suku bangsa Batak dan masuk dalam rumpun marga-marga keturunan Naipospos.

Rumpun Keturunan Naipospos

Dalam silsilah Batak, marga Marbun Lumbangaol masuk dalam rumpun keturunan Raja Naipospos. Marbun Lumbangaol masuk dalam rumpun marga-marga keturunan Raja Naipospos bersama dengan marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumbanbatu, dan Marbun Banjarnahor.

Toga Marbun

Secara historis yang diakui secara umum oleh keturunan Naipospos bahwa Dolok Imun - Huta Raja merupakan perkampungan pertama yang dibuka oleh si Raja Naipospos. Putera-putera Raja Naipospos termasuk Marbun diyakini lahir dan dibesarkan di Dolok Imun. Saat ini, secara administrasi Dolok Imun masuk dalam wilayah Kecamatan Sipoholon dan sebagian lagi wilayah Kecamatan Siborongborong di Kabupaten Tapanuli Utara.

Setelah Marbun dewasa, beliau menikah dengan Boru ni Rajai Pasaribu. Setelah menikah, Marbun pun meninggalkan Kampung Halamannya. Pertama Beliau sempat Bermukim di Silaban Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Karena tidak Betah di Silaban, Selanjutnya Marbun dan isterimya melanjutkan perjalanannya dan memutuskan untuk bermukim di Sipagabu Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan

Di Sipagabu, Marbun dan isterinya dikaruniai seorang anak Perempuan yang diberi nama Tuahma. Tuahma ini kelak menikah dengan Padiri Raja Siallagan, yang menjadikan Tuahma sebagai Ibu bagi seluruh marga Siallagan

Setelah lama bermukim di Sipagabu, Marbun pun meneruskan perjalanannya hingga tibalah beliau dan keluarganya di Bakara. Lalu Marbun membuka perkampungan pertama dan menetap di Parmonangan, Bakara. Saat ini, secara administrasi Parmonangan, Bakara adalah nama desa di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Di Bakara lahirlah 3 Putranya yakni :

  1. Lumbanbatu
  2. Banjarnahor
  3. Lumban Gaol

[1]

Lumban Gaol

Lumban Gaol adalah putera bungsu Marbun.

Dalam catatan sejarah, hingga kini nama asli tiga orang putera Marbun kurang dapat diketahui pasti, termasuk nama asli Lumban Gaol. Karena dalam bahasa Batak, penyebutan lumban adalah penyebutan lain nama perkampungan tradisional masyarakat Batak dahulu kala. Istilah huta, lumban, banjar, dan sosor merupakan tingkatan perkampungan dalam sistem sosial masyarakat Batak sebagaimana kelurahan, desa, maupun dusun pada zaman sekarang.[2]

Kata gaol adalah sebutan lain untuk tanaman pisang dalam bahasa Batak. Ada indikasi bahwa perkampungan yang ditempati oleh nenek moyang pewaris marga Lumban Gaol merupakan daerah yang banyak ditumbuhi tanaman pisang sehingga digelari Lumban Gaol.

Berikut ini bagan silsilah keturunan para nenek moyang awal pewaris marga Marbun Lumbangaol.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lumban Gaol
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ronggur Barita
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tuan Jolita
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pangulu Raja
 
 
 
 
 
Guru Tolopan
 
 
Tompa Siriaon
 
 
Sianggasana
 
 
Raja Nabolon
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tuan Nasobal
 
Guru Manalaksak
 
Paranjak Ulubalang
 
Raja Irumana
 
Raja Isampurna
 
Raja Boni
 
Tuan Datu
 
Raja Bonabona
 
Silahisabungan
 
Namorabilang
 
Toga Dairi

Pendapat Lain

Dalam beberapa literatur yang beredar dan yang diyakini sebagian keturunan Marbun, menyebutkan bahwa Raja Naipospos memiliki dua orang putera yang dilahirkan oleh dua istri. Istri kedua lebih dahulu melahirkan satu orang putera yang diberi nama Marbun. Kemudian istri pertama melahirkan satu orang putera dan diberi nama Sipoholon atau Martuasame. Bagi keturunan Marbun yang meyakini pendapat ini, sering berbeda pendapat mengenai siapa yang sulung dan bungsu antara Marbun atau Sipoholon. Sebagian meyakini Sipoholon (Martuasame) adalah yang sulung karena dilahirkan istri pertama, sedangkan yang lain mengatakan Marbun adalah yang sulung karena yang pertama kali lahir adalah Marbun daripada Sipoholon.[3]

Di lain pihak, para tetua Naipospos yang tinggal di Dolok Imun dan Hutaraja termasuk yang ada di Sipoholon, tidak menyetujui nama Sipoholon atau pun nama Martuasame sebagai salah satu putera Raja Naipospos.[4]

Para tetua Naipospos di Dolok Imun meyakini bahwa Raja Naipospos memiliki lima orang putera dan bukan dua orang putera. Tidak adanya penyebutan marga Sipoholon maupun marga Martuasame seperti marga Marbun menjadi salah satu alasan utama para tetua Naipospos di Sipoholon membantah bahwa Raja Naipospos memiliki dua orang putera. Bagi para tetua tersebut, Sipoholon hanyalah nama daerah dan Martuasame adalah julukan atau gelar lain Raja Naipospos.[5]

Referensi

  1. ^ "Sejarah Marbun". Toga Marbun Kota Batam. 
  2. ^ "Huta, Lumban, Sosor, dan Huta Pagaran". tulisan Haposan Bakara. 
  3. ^ "SILSILAH NAIPOSPOS : Pomparan ni Raja Lumban Gaol". lumbangaol.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-19. 
  4. ^ "Toga Sipoholon bukanlah putera Naipospos". tulisan Ricardo Parulian Sibagariang. 
  5. ^ "Sombaon Same". HUTAURUK BONA, tulisan Leopold Parulian Sibagariang.