Prasasti Siman atau Paradah terletak di Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur berjumlah dua buah yakni Prasasti Paradah 1 dan Prasasti Paradah 2 selain dua buah Prasasti ini terdapat pula Prasasti Harinjing yang kini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Kondisi Prasasti Paradah 1 dan 2 masih nampak utuh dan terawat karena aksara nya masih jelas terbaca, diterbitkan pada tahun 856 saka atau 934 masehi, oleh Śrī Mahārāja Rake Hino Dyaḥ Siṇḍok Śrī Īśānawikrama Dharmottuṅgadewawijaya. Mpu Sindok adalah raja yang telah memindahkan pusat kekuasaan Kerajaan Medang periode Jawa Tengah dari bhumi Mataram ke Jawa bagian timur yang memerintah sekitar tahun 929947

Mpu Sindok juga dianggap mendirikan wangsa baru yakni wangsa Isyana yang memegang tampuk pemerintahan di Kerajaan Medang periode Jawa Timur. Seperti diketahui bahwa masa pemerintahan Mpu Sindok masih terpaut jauh dengan masa pemerintahan Kerajaan Kadiri, sehingga Prasasti Siman atau Prasasti Paradah ini tercatat sebagai Prasasti sejarah Pra Kadiri.

Meskipun demikian, nama Kadiri telah lebih dahulu di kenal dalam Prasasti Harinjing pada tahun 843 Saka atau 921 Masehi yang berasal dari masa pemerintahan Maharaja Rakai Dyah Tulodhong, Raja Medang periode Jawa Tengah. Prasasti siman disebut juga dengan nama Prasasti Paradah karena didalam prasasti ini disebutkan tentang anugerah lmah sawah sima di Desa Paradah, wilayah Watak Paradah. Nama Paradah ini masih terabadikan sebagai salah satu nama dusun di desa siman yang bernama Dusun Bogorpradah. Isi prasasti memuat tentang perintah raja agar tanah sawah yang terletak di sebelah utara sungai di Desa Paradah, dijadikan sima atau bagunan suci untuk Hyang Dharmmakamulan. . Hyang Dharmmakamulan. sendiri bisa diartikan sebagai leluhur yang telah mangkat.

Alih Aksara

Alih aksara dalam Prasasti Paradah 2 ini termuat di OJO XLVIII. Berikut alih aksara dari 8 baris awal Prasasti Paradah 2 :

~ Swasti cakawarsatita 865 crawana masa tithi pancami cuklapaksa,pa, ka.

~ So wara ksatra

~ Raja Rakai Hino Pu Sindok Cri Icana Wikrama Dharmotunggadewa tinadah Rakriyan mapinghai i halu pu sahasra umingso.

~ R i Rakai Kanuruhan pu kumonakan ikanang lmah sawah i paradahi tutuganing tandai paradah

~ Hyang dharmma kamulan winli deng sang slak mas ka 2 rikanang rama i paradah sapasuk wanua kabeh muang ikanang lmah gaga warukwaruk i tagi watak para

~ Wan imah kanayakan tan kakatihan halu para ko ka nan tan palu angi draby haji panggu han i tagi ukurnya tampah 6 winli de

~ Mas ka 1 su 10 i tagi sapasuk wanua kabeh siman susukan de sang sluknya ikanang sawah winli sinduk i paradah

~ Ka arpanakna i sang hyang dhar(mma)kamulan i punya sang sluk i paradah lorning luah paknanya punpunana sang hyang dharmma kamulan umyarpaga A.

Berdasarkan alih bahasa tersebut di ketahui bahwa, Prasasti Paradah 2 berasal dari tahun 865 Saka atau 943 Masehi. Prasasti ini berisi tentang Maharaja Rakai Hino Pu Sindok (Sri Ishana Wikramadharmatunggadewa) yang diterima oleh Rakryan Mapinghe i Halu Pu Saharsa, kemudian di turunkan pada Rakai Kanuruhan Pu Da. Dimana, Maharaja Mpu Sindok memerintahkan agar tanah sawah yang terletak di sebelah utara sungai di desa Paradah, yang telah di beli oleh Sang Sluk dari Rama di Paradah, dijadikan sima sebagai bangunan suci untuk Hyang Dharmmakamulan.