Bahasa Betawi
Bahasa Betawi atau dapat disebut juga Bahasa Melayu Jakarta (Jk) adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Betawi yang mendiami daerah Jakarta dan sekitarnya.[3][4] Bahasa ini didasari pada ragam Melayu Pasar yang menyerap berbagai kosakata dari beberapa bahasa asing, seperti; Belanda, Portugis, Arab, Farsi, Hokkien, dan juga bahasa Austronesia lainnya seperti Sunda, Jawa, dan Bali; imbas para imigran dan pekerja multietnis yang didatangkan dari berbagai tempat ke Batavia oleh VOC pada abad ke-16 hingga abad 18, serta perdagangan dan pertukaran yang terjadi sejak ratusan tahun di bandar besar Sunda Kelapa.[5]
Bahasa ini pun juga turut menjadi dasar atas bahasa gaul (ragam Bahasa Indonesia tak-baku), yang digunakan oleh orang-orang di Jabodetabek, dan menyebar ke seluruh Indonesia melalui penayangan media yang jakartasentrik. Laras ini memiliki ciri khas, yaitu adanya sebagian kosakata dengan fonem /a/ pada suku akhir tertutup berubah menjadi /ə/ [e pepet], dan akhiran /-in/ untuk mengganti sufiks /-i/ dan /-kan/ pada bahasa Indonesia.[6]
Kosakata
Betawi Ora' | Betawi Tengahan | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
apa | apè | apa |
sapa | siapè/sapè | siapa |
pegimana/begimana/gimanah | pegimanè/begimanè/gimanè | bagaimana |
kenapa/ngapah | kenapè/ngapè | kenapa |
ada' | adè | ada |
iya'/iyah | iyè | iya |
ajah/baè | ajè | saja |
kaga'/ora' | kagè' | tidak |
guah/sayah | guè/ayè/sayè | aku |
baba' | babèh | ayah |
bagén | biarin | biarkan |
amat/pisan/bangat | amat/banget | sangat |
ngamprak | berarakan | berserakan |
ilok | masa' | betulkah |
Dialek
Betawi Tengahan
Betawi Tengahan ini dituturkan di pusat kota Jakarta dan sekitarnya, seperti; Tanah Abang, Kebon Jeruk, Palmerah, Kemayoran. Kramat Jati, Menteng, Jatinegara, Senen, dan bilangan lainnya. Dialek ini memiliki ciri khas; umumnya akhiran yang berfonem /a/ pada bahasa Melayu (Bahasa Indonesia) berubah menjadi /ɛ/ [è = taling], seperti pada; ada > adè, apa > apè, siapa > siapè, dan lainnya. Akan tetapi, tidak semuanya berubah menjadi demikian, seperti pada contoh kata; buka > buka, nganga > nganga, dan doa > doa.
Contoh kalimat dalam Betawi Tengahan:
''Abisan tu bocah asal nyelonong 'ajè si, tumpeh dah tu kupi kena sénggol."
"Habisnya anak itu asal lewat saja, tumpahlah kopi itu tersenggolnya."
"Entar ari Kemis 'encang mao ngawinin si Nurlela, lu ikut yè kondangan."
"Nanti hari Kamis paman ingin menikahkan Nurlaila, turutlah kau ke undangan."
"Biasanye kalo mao Lebaran Cine, di Rawabelong ramé tuh nyang dagang ikan bandeng."
"Biasanya kalau mau Tahun Baru Imlek, di Rawabelong ramai orang yang berjualan ikan bandeng."
Betawi Ora' / Betawi Udik
Betawi Ora' ramai dituturkan di daerah pinggiran pusat ibukota, seperti Pulo Gadung, Kebayoran Lama, Cakung, Cilandak, Duren Sawit, Pasar Minggu, Cipayung, dan sekitarnya. Cakupan lebih luas tersebar di Bekasi, Kab. Bekasi, Depok, Tangerang dan Kab. Tangerang.[6] Tidak seperti Betawi Tengahan yang mengganti akhiran fonem /a/ menjadi /ɛ/ [è], dalam Betawi Ora' tetap menjadi /a/ (kadang dengan pemberhentian glotal), dan sering pula menekan menjadi [ah], seperti pada contoh; saya > sayah, siapa > sapah, mengapa > ngapah dan ada > ada', kata > kata', dan iya > iya'.
Contoh kalimat dalam Betawi Udik:
"Sumbrah bet romannyah, tengari-ngari ginih madang di tengah kebon, nasi timpalannya sayur asem 'ama ikan témbang, lalabnya pucuk putat."
"Nikmat sekali rasanya, siang hari seperti ini makan di tengah kebun, dengan nasi berlauk sayur asam dan ikan tembang, juga lalap pucuk daun putat "
"Kalu lagi musim durén, resep bangat dah orang pada maén dulu-dulu'an dari bedug subuh udah nglayab ke kebon pada nuturin karuk durén."
"Kalau sedang musim durian, seru sekali rasanya orang berlomba-lomba dari subuh sudah berkeliaran ke kebun untuk memungut bunga durian."
"Ètt dah, kunyungan tetrèkélan baè' si lu, mangkanyah kalo orang-tua ngomong tuh diwaro'in, jatoh 'kan lu dari pu'unan ."
"Astaga, sudah dibilangi kau malah main panjat pohon, makanya jika orang tua menasehati indahkanlah nasehat tersebut, alhasil jatuhlah kau dari pohon itu."
Tokoh
Tokoh-tokoh bahasa Betawi modern:
- Firman Muntaco, yang terkenal dengan cerpen/artikel di koran tahun 1960an s.d. 1980an
- Ganes TH., yang terkenal dengan komik "Si-Jampang: Jago Betawi" yang isinya berbahasa betawi, tahun 1965an
- Benyamin Sueb, yang terkenal memainkan film-film yang bergenre "bahasa Betawi", tahun 1970an
- Sjumandjaja, yang terkenal sebagai sutradara film "Si Doel: Anak Betawi", tahun 1970an
Acara televisi
Acara TV (Televisi) yang menggunakan bahasa Betawi dalam acaranya ialah;
- Program JAK-TV (BANDAR-JAKARTA)
Bacaan
- S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell University.
- Klarijn Loven (2009). Watching Si Doel: Television, Language and Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman, ISBN-10: 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies at Leiden.
- Lilie M. Roosman (April 2006). Lilie Roosman: Phonetic experiments on the word and sentence prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit Leiden
Buku-buku yang menjadi pastokan "Sastra Betawi" adalah:
- Bang Bandot Mati Lantaran Aids (Juli 2008 - Program Kerja Sama Dep-Sos)
- Buku lainnya yang penting dalam ilmu makna adalah: Pengantar Sosiolinguistik. (Aslinda, dan Syafyahya, Leni. 2007. Bandung: PT Refika Aditama)
- Buku lainnya yang penting dalam ilmu makna adalah: Si Jampang Jago Betawi. (Ganesh TH. 1968. Komik 10 Jilid, Tentang Ganesh lihat: http://kabartop.com/berita-395-ganesh-th-legenda-komik-indonesia.html Diarsipkan 2012-01-27 di Wayback Machine.)
Referensi
- ^ a b Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Betawi". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Betawi". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Chaer, Abdul. Folklor Betawi : kebudayaan & kehidupan orang Betawi. ISBN 9786029625691. OCLC 843021310.
- ^ Nothofer, Bernd (1995-06). "The History of Jakarta Malay". Oceanic Linguistics. 34 (1): 86. doi:10.2307/3623113.
- ^ Chaer, Abdul (2012). Folklor Betawi : kebudayaan & kehidupan orang Betawi (edisi ke-Cetakan pertama). Beji Timur, Depok. ISBN 978-602-96256-9-1. OCLC 843021310.
- ^ a b Chaer, Abdul (2009). Kamus dialek Jakarta. Abdul Chaer (edisi ke-Ed. rev). Depok: Masup Jakarta. ISBN 978-979-15706-7-1. OCLC 437055594.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Bahasa Betawi pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
- (Inggris) Ikranegara, Kay (1980). Melayu Betawi Grammar. Linguistic Studies in Indonesian and Languages in Indonesia; vol.9. NUSA, Jakarta
- (Indonesia) Muhadjir (1999). Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya
- (Inggris) Uli Kozok, University of Hawai'i at Mānoa (2016) Indonesian Native Speakers – Myth and Reality
- (Inggris) Tadmor, Uri (2013) On the Origin of the Betawi and their Language
- (Inggris) J, Vincent et.al (2008) Betawi Malay word prosody
- (Indonesia) Kamus Lengkap Terjemahan Bahasa Daerah Indonesia Online
- Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Betawi Benteng (Peranakan Betawi) - kanal I Love Languages di Youtube