Psikologi perdamaian

Revisi sejak 20 April 2022 16.48 oleh Nayanika01 (bicara | kontrib) (membuat artikel dan menambahkan paragraf)

Psikologi perdamaian berasal dari dua kata; psikologi dan perdamaian. Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental[1], sedangkan perdamaian adalah penghentian permusuhan.[2] Christie, Wagner dan Winter berpendapat bahwa psikologi perdamaian adalah suatu perilaku tanpa kekerasan yang dibingkai dengan positif, menawarkan pengelolaan konflik, dan berusaha mewujudkan keadilan sosial.[3] Psikologi perdamaian berusaha untuk menggabungkan dan mengembangkan teori dan praktik yang bertujuan untuk mitigasi dan mencegah kekerasan langsung dan struktural.[3] Johan Galtung mendefinisikan perdamaian menjadi dua jenis; perdamaian negatif diartikan sebagai situasi absennya peperangan dan berbagai bentuk kekerasan, kemudian perdamaian positif dijabarkan sebagai perdamaian dalam jangka panjang dan dibangun atas pembangunan ekonomi berkelanjutan serta diupayakan bersama oleh seluruh elemen masyarakat.[4] Psikologi perdamaian bertumpu pada empat pilar: (1) penelitian, (2) pendidikan, (3) praktik, dan (4) advokasi.[5] Beberapa organisasi yang fokus pada psikologi perdamaian contohnya adalah American Psychological Association (APA).[6] Kemudian di wilayah Indonesia, organisasi yang fokus memberdayakan perempuan dan memperjuangkan perdamaian adalah AMAN Indonesia.[7]

Konflik

Psikologi perdamaian muncul sebagai respon atas terjadinya konflik individual atau struktural. Konflik adalah kondisi terjadinya ketidaksesuaian antara nilai atau tujuan yang ingin dicapai, baik di dalam diri sendiri maupun hubungan dengan orang lain.[8] Ghaltung berpendapat bahwa sumber-sumber konflik berasal dari perubahan tiba-tiba dalam dimensi kekuasaan, status, dan kekayaan yang dialami individu dan kelompok, sehingga muncul kecenderungan untuk menyeimbangkan ketiganya.[9] Selain itu, konflik juga terjadi karena perubahan dan kemajuan ekonomi yang tidak merata antar individu maupun kelompok.[9] Penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan dua hal; pertama mengidentifikasi beragam sumber konflik, kedua resolusi konflik yang akomodatif terhadap kebutuhan komunitas.[9] Menurut John Ghaltung, terdapat tiga cara dalam penyelesaian konflik: peacekeeping, peacemaking, peacebuilding.[10] Strategi penyelesain konflik menurut Hugh Miall dibagi menjadi 5 cara; strategi kompetisi, strategi akomodasi, strategi kolaborasi, strategi penghindaran, strategi kompromi atau negosiasi.[11]

Strategi Mewujudkan Perdamaian

Strategi mewujudkan perdamaian, utamanya di Indonesia dapat dilakukan dengan cara: (1) rekonsiliasi nasional, menyelenggarakan dialog nasional dan kerjasama pada tingkat nasional maupun daerah dalam rangka mencari solusi atas konflik kekerasan. (2) Menghargai keberagaman, kerelaan untuk menghargai setiap keberagaman dari setiap komponen bangsa maupun kelompok tertentu. (3) Dialog perdamaian, kekerasan atas nama agama sering terjadi sehingga dibutuhkan dialog antar pemeluk agama. (4) Menegakkan kebenaran dan keadilan, sesuai sila kelima keadilan harus ditegakkan kepada seluruh rakyat. (5) Konsolidasi demokrasi, demokrasi menjunjung tinggi persamaan hak antar warga negara, mengutamakan dialog dan menghindari kekerasan. (6) Struktur politik dan infrastruktur demokrasi melalui penyusunan dan penyempurnaan perundang-undangan. (7) Proses dan budaya politik.[12]

  1. ^ "Arti kata psikologi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2022-04-20. 
  2. ^ "Arti kata damai - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2022-04-20. 
  3. ^ a b Wagner,Winter, Christie (2001). "Introduction to Peace Psychology". www.bing.com. Diakses tanggal 2022-04-20. 
  4. ^ "Johan Galtung and the Quest to Define the Concept of Peace". Vision of Humanity (dalam bahasa Inggris). 2020-12-14. Diakses tanggal 2022-04-20. 
  5. ^ Galtung, J (1990). "Cultural Violance". Journal of Peace Research. 27 (3): 291–305. 
  6. ^ www.apa.org https://www.apa.org/about/division/div48. Diakses tanggal 2022-04-20.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  7. ^ "Tentang Kami". Aman Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-20. 
  8. ^ Muslich, Muslich (1991). "Manajemen Konflik Suatu Pendekatan Konstruktif". UNISIA. 9: 67. 
  9. ^ a b c Sudira, I Nyoman (2017). "Resolusi Konflik dalam Perubahan Dunia". Global: Jurnal Politik Internasional. 19 (2): 161. 
  10. ^ "Teori-teori Psikologi Perdamaian". prezi.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-20. 
  11. ^ Miall, Hugg (2002). Resolusi Damai Konflik Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo. hlm. 65. 
  12. ^ Menteri Bappenas, Menteri Bappenas (2006-06-21). "Strategi Nasional Mewujudkan Perdamaian dan Harmonisasi Nasional di Indonesia" (PDF). dipolkom.bappenas.go.id. Diakses tanggal 2022-04-20.