Karbala

kota di Irak
Revisi sejak 25 April 2022 03.09 oleh Nayanika01 (bicara | kontrib) (menambahkan referensi dan memperbarui data pada paragraf pertama)

Karbalā' (bahasa Arab: كربلاء) adalah sebuah kota di Irak, jaraknya sekitar 100 km sebelah barat daya Bagdad pada 32°36′59.07″LU,44°01′55.95″BT.[1] Penduduknya berjumlah 577.000 jiwa (2022).[2] Karbala merupakan ibu kota Provinsi Al Karbala. Kaum Syi'ah menganggap Karbala sebagai salah satu tempat suci.

Karbala
كربلاء
Karbala al-Muqaddasah
Syiah pergi ke Masjid Imam Husain di Karbala, Irak pada tahun 2008.
Syiah pergi ke Masjid Imam Husain di Karbala, Irak pada tahun 2008.
Negara Irak
Didirikan690 Masehi
Populasi
 (2014)
 • Total690,100
Zona waktuWaktu Standar Arab

Sekilas

 
Lokasi Karbala di Irak.

Karbala merupakan salah satu kota terkaya di Irak. Sumber devisanya berasal dari pengunjung yang beribadah dan produk pangan, terutama kurma. Secara administratif, Karbala terbagi menjadi dua distrik, yaitu "Karbala Tua", yang dikenal sebagai pusat agama, dan "Karbala Baru", yaitu daerah perumahan di mana terdapat sekolah Islam dan bangunan pemerintah.

Di pusat kota tua terdapat Mashad al-Husain, makam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad. Makam Husain adalah tempat ziarah bagi kaum Syi'ah, terutama pada perayaan mengenang pertempuran Hari Asyura. Banyak peziarah lansia mengunjungi makam itu semata-mata untuk menunggu ajal, karena makam itu dipercaya sebagai salah satu gerbang menuju surga. Lokasi lain yang dikunjungi kaum Syi'ah ialah al-Mukhayam, dahulu dipercayai sebagai tempat kamp Husain, di mana keberanian Husain dan pengikutnya diperingati secara umum. Kaitannya yang erat dengan Syi'ah Islam menjadikan Karbala sebagai pusat instruksi dan penyebaran keagamaan. Tempat ini mempunyai sedikitnya 100 masjid dan 23 madrasah, di antaranya milik ulama terkenal, Ibnu Fahid, yang dibangun 440 tahun lalu.

Sejarah

Nama kota bersejarah ini berasal dari akar etnis Assyria, Babilonia atau Persia. Kota ini merupakan makam umat Kristiani sebelum diambil alih oleh Islam.

Kemasyhuran Karbala di antara kaum Syiah dikarenakan Pertempuran Karbala pada 10 Oktober 680. Husain dan adiknya Abbas dikubur oleh seseorang dari suku Bani Asad, dan kemudian dikenal dengan nama Mashad al-Husain. Karbala berkembang di sekeliling makam tersebut.

Karbala dan makam itu berkembang pesat karena suksesnya para pemimpin Muslim, tetapi menderita kerusakan akibat diserang tentara. Makam asli dihancurkan oleh Khalifah Bani Abbasiyah al-Mutawakkil tahun 850 namun dibangun kembali tahun 979 lalu terbakar tahun 1086 sebelum dibangun kembali.

Seperti kota Najaf, Karbala dilanda krisis air yang dapat terselesaikan pada awal abad ke-18 dengan membangun sebuah bendungan di kanal Husayniyya. Pada 1737 Karbala menggantikan Isfahan di Iran sebagai tempat tujuan utama bagi penerima beasiswa kaum Syiah. Ia mengalami kerusakan yang parah tahun 1801. Setelah penyerangan itu, syekh asal Karbala mendirikan sebuah negara republik yang berakhir akibat kekuasaan Kesultanan Usmaniyah tahun 1843. Peristiwa ini menyebabkan banyak pelajar dan cendekiawan pindah ke Najaf, yang dijadikan sebagai pusat keagamaan Syiah..

Pembangunan kota Karbala dipengaruhi kuat oleh kaum Persia yang telah lama menjadi mayoritas penduduk (75% dari populasi Karbala hingga awal abad ke-20). Keluarga Kammuna, saudara Shah Iran, menjadi penjaga makam itu selama bertahun-tahun dan menjadi penguasa Karbala hingga ia jatuh ke tangan Britania Raya tahun 1915. Pengaruh Persia dikurangi dengan sengaja selama pemerintahan Britania Raya. Beberapa undang-undang nasional, seperti larangan bagi orang asing untuk menjabat sebagai pejabat pemerintah, diterbitkan untuk memojokkan masyarakat Persia. Hingga 1957, jumlah kaum Persia hanyalah 12% dari populasi Karbala. Mereka lama-kelamaan membaur dengan populasi Irak dan juga menerima kewarganegaraan Irak.

Hubungan Karbala dengan tradisi agama kaum Syi'ah menimbulkan kecurigaan di pihak pemerintah Iraq kaum Sunni. Selama pemerintahan Saddam Hussein, perayaan keagamaan Syi'ah dilarang dan banyak kaum Syiah non-Irak yang tidak diizinkan mengunjungi Karbala. Pada 1991, Karbala rusak parah dan banyak orang tewas ketika sebuah pemberontakan oleh kaum Syi'ah setempat ditumpas oleh Saddam. Ziarah tahun 2004 adalah yang terbesar dalam beberapa dasawarsa terakhir dengan lebih dari satu juta orang mengikutinya. Namun, serangan bom pada 21 Maret 2004, dikenal dengan Pembunuhan Massal Asyura, menodai ziarah itu walaupun pengamanan ketat diberlakukan di Karbala.

Referensi

  1. ^ "Karbala' Map | Iraq Google Satellite Maps". www.maplandia.com. Diakses tanggal 2022-04-25. 
  2. ^ "Karbala, Iraq Metro Area Population 1950-2022". www.macrotrends.net. Diakses tanggal 2022-04-25.