Pemikiran kelompok

Revisi sejak 25 April 2022 14.48 oleh Icaamenulis (bicara | kontrib) (membuat artikel rintisan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Groupthink merupakan fenomena psikologi yang terjadi di sekelompok orang dimana keinginan untuk menyamakan sikap, keyakinan dan prilaku dalam kelompok untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang irasional atau disfungsional. Groupthink terjadi ketika keinginan orang untuk lebih memilih mempertahankan loyalitas kelompok dibanding membuat pilihan yang terbaik. Situasi kelompok sering membuat orang merasa sulit untuk berfikir dan bertindak mandiri. Menurut psikolog Irving Janis, groupthink adalah "kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang dihasilkan dari tekanan dalam kelompok."[1]

Kelancaran komunikasi yang terjadi di dalam kelompok sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang berujung pada pencapaian tujuan. Seringkali hasil dari pengambilan keputusan kelompok dianggap paling ideal, karena terdapat partisipasi aktif dari anggota. Namun, proses pengambilan keputusan kelompok sangat dipengaruhi oleh dinamika kelompok, peran pemimpin, dan juga pemikiran kelompok (groupthink), sehingga keputusan kelompok tidak mutlak selalu benar dan ideal. Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, di mana anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.

Anggota kelompok sering kali merasa terlalu percaya diri dan memiliki keyakinan yang tidak perlu dipertanyakan lagi pada kompetensi dan moralitas kelompok. Perbedaan pendapat oleh anggota kelompok dapat membuat kecil hati dan bahkan menyebabkan pengusiran dari kelompok. Karena orang sering ingin menghindari hukuman ini, mereka tetap diam. Ini menciptakan ilusi persetujuan atau kebulatan suara dalam kelompok. Kelompok juga dapat mencapai keputusan, termasuk penilaian moral, yang lebih ekstrem daripada anggota tunggal mana pun dari kelompok yang awalnya didukung. Sayangnya, jika pemikiran kelompok berlaku, anggota kelompok bahkan mungkin tidak mempertanyakan keputusan dan tindakan yang meragukan secara etis. Misalnya, beberapa orang mengatakan bahwa keputusan pemerintahan Bush untuk menginvasi Irak karena tidak ada senjata pemusnah massal adalah karena pemikiran kelompok. Memang, pemikiran kelompok dapat menyebabkan kita menghargai harmoni dan konsensus daripada penilaian independen, dan dapat mengarah pada perilaku yang tidak etis.

Groupthink disebut juga sebagai kelompok "yes men" karena kegiatan kelompok dan proyek kelompok secara umum membuat sangat mudah untuk menyampaikan pendapat yang tidak membangun. Beberapa metode yang digunakan untuk melawan pemikiran kelompok di masa lalu adalah memilih tim dari latar belakang yang lebih beragam, dan bahkan menggabungkan pria dan wanita untuk kelompok (Kamalnath). Groupthink dapat dianggap oleh banyak orang sebagai kerugian bagi perusahaan, organisasi, dan dalam situasi kerja apa pun. Sebagian besar posisi yang tingkat senior membutuhkan individu untuk mandiri dalam berpikir mereka. Ada korelasi positif yang ditemukan antara eksekutif yang luar biasa dan ketegasan (Kelman). Groupthink juga melarang organisasi untuk bergerak maju dan berinovasi jika tidak ada yang pernah berbicara dan mengatakan sesuatu dapat dilakukan secara berbeda. Faktor anteseden seperti kekompakan kelompok, struktur kelompok yang salah, dan konteks situasional (misalnya, kepanikan masyarakat) berperan dalam kemungkinan apakah pemikiran kelompok akan berdampak pada proses pengambilan keputusan atau tidak.[2]

Gejala Dalam Groupthink Theory

Tekanan menuju keseragaman bisa mempunyai pengaruh besar bagi beberapa kelompok, ada beberapa gejala dalam hal ini, yaitu:

1. Solusi kebal, ditunjukkan dari upaya anggota menciptkan optimisme yang kuat dalam kelompok.

2. Kelompok menciptakan usaha kolektif untuk merasionalkan serangkaian tindakan yang diputuskan.

3. Kelompok menjaga sebuah kepercayaan yang tidak terpatahkan dalam moralitas bawaanya dan membuat keompok termotivasi dan bekerja untuk hasil yang terbaik.

4. Kelompok memiliki stereotipe yang negatif terhadap kelompok-kelompok luar, kelompok saingan atau musuh.

5. Tekanan langsung mendesak anggota untuk tidak mengungkapkan pendapat yang berbeda.

6. Sensor diri, membuat individu mengurungkan niat untuk menyiapkan pendapat yang berlawanan dan akhirnya menekan mereka untuk diam.

7. Ilusi mufakat terjadi dengan keputusan yang seolah-olah disepakati bersama, membuat kelompok merapatkan solidaritas.

8. Muncul pikiran waspada untuk melindungi kelompok dan pemimpin dari opini atau informasi yang berlawanan dan tidak dingginkan.

Cara Mencegah Groupthink

Cara mencegah pemikiran kelompok, di antaranya:[3]

1. Dengan adanya pengawasan dan pengendalian dengan membuat komite kelompok

2. Melaporkan perilaku atau praktik yang tidak etis kepada orang lain

3. Melakukan kemungkinan pengajuan keberatan

4. Konsensus keseimbangan dan peraturan mayoritas

Referensi

  1. ^ "Groupthink". Ethics Unwrapped (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-25. 
  2. ^ "Groupthink". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2022-04-16. 
  3. ^ Media, Kompas Cyber (2022-03-21). "Groupthink Theory: Pengertian, Asumsi, dan Gejalanya Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-04-25.