Visi Telekomunikasi Infrastruktur
PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (IDX: GOLD) adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia. Dimiliki oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, perusahaan yang didirikan pada 8 November 1995 ini kini bergerak di bidang telekomunikasi, terutama dalam penyewaan menara telekomunikasi yang mulai dilakukannya pada 2016.[1]
Manajemen
- Komisaris Utama: Helmy Yusman Santoso
- Komisaris Independen: Theignatius Agus Salim
- Direktur Utama/Direktur Independen: Paulus Ridwan Purawinata
- Direktur: Alexandra Yota Dinarwati[2]
Kepemilikan
- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk: 51,09%
- PT Amanda Cipta Persada: 21,93%
- PT Mulia Sukses Mandiri: 8,47%
- PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk: 8,04%
- Scavino Ventures Ltd: 5,01%
- Publik: 5,46%[2]
Sejarah dan perkembangan usaha
Perusahaan ini didirikan pada 8 November 1995, bernama PT Bima Nuansa Cempaka, dan pada 26 Maret 2002 berganti nama menjadi PT Golden Retailindo.[1] Bisnis awalnya sendiri adalah bergerak dalam bidang ritel, terutama dalam usaha toko serba ada (department store) bermerek Golden Truly, ditambah pengelolaan dan penyewaan gedung kepada tenant. Kepemilikan perusahaan mayoritas saat itu ada di tangan PT Pasifik Atlanta Retailindo dan Kenny Wirya. PT Golden Retailindo hingga 2016 memiliki dua anak usaha, yaitu PT Golden Anugerah Sejahtera dan PT Golden Prima Retailindo (19%).[3] Pada 7 Juli 2010, PT Golden Retailindo resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, dengan saham yang dilepas adalah sebesar 30% dan harga IPO Rp 350. Dana IPO saat itu digunakan untuk ekspansi usaha.[4] Meskipun demikian, dana IPO tersebut kemudian masih baru dipakai sebesar 31% pada 2016.[5]
Pada 17 Februari 2016, pemegang saham lama meneken kesepakatan dengan beberapa perusahaan, seperti PT Amanda Cipta Perkasa, PT Lancar Distrindo dan PT Mulia Sukses Mandiri untuk menjual 90% saham PT Golden Retailindo Tbk. PT Amanda Cipta Perkasa merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan PT Sigmantara Alfindo (pemilik Alfamart), dan menjadi pengendali baru PT Golden Retalindo Tbk. Seiring proses akuisisi, juga dilakukan pelepasan atas seluruh aset dan anak usaha perseroan kepada pemegang saham lama PT Golden Retailindo Tbk.[6][7] Setelah akuisisi itu selesai, pada 26 Mei 2016, PT Golden Retailindo berganti nama menjadi PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk. Kemudian, di saat yang sama, dilakukan akuisisi kepada PT Permata Karya Perdana yang bergerak di bidang penyewaan menara.[1][6] Artinya, perusahaan itu yang saat ini menjadi anak usaha tunggal dari PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk, telah melakukan backdoor listing. Proses ini dilakukan karena meruginya bisnis ritel Golden Truly saat itu.[8]
Awalnya, PT Amanda Cipta masih menjadi pengendali mayoritas dari PT VTI. Pada 18 Desember 2018, Tower Bersama Infrastructure kemudian mengakuisisi 51% saham perusahaan ini senilai Rp 35 miliar dari beberapa pemegang saham lama.[9]
Usaha saat ini
PT VTI sendiri saat ini memiliki 24 karyawan dan berkantor pusat di Menara Imperium, Jakarta Selatan. Bisnisnya terutama dijalankan oleh anak usahanya, yaitu PT Permata Karya Perdana/PEKAPE (berdiri pada 2013) yang menyewakan menara telekomunikasi di pulau Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.[1] Banyak dari menaranya bukan BTS, melainkan mikro-tower yang lebih kecil.[10] Pada tahun 2018, PEKAPE telah memiliki 300 unit menara di berbagai daerah, beberapa bekerjasama dengan Alfamart yang memang memiliki keterkaitan pemilik. Menara ini ditargetkan bertambah 400 unit pada 2020.[11][12] Penyewa menara telekomunikasinya seperti PT Telekomunikasi Seluler, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk dan PT Internux.[13]
Usaha sebelumnya
Sesuai nama sebelumnya, perusahaan ini dahulu adalah operator dari gerai-gerai Golden Truly di Indonesia. Golden Truly sendiri dikenal pada tahun 1980 hingga akhir 1990-an sebagai salah satu ritel paling populer di Indonesia. Golden Truly sendiri awalnya didirikan oleh pengusaha Sudwikatmono (Dwi). Pengusaha yang lebih dikenal sebagai raja sinepleks itu membuka gerai pertama Golden Truly miliknya pada 14 Januari 1984. Golden Truly merupakan salah satu ritel terawal berskala besar yang menargetkan pasar kelas bawah.[14] Hanya dalam waktu singkat, Golden Truly bisa menjadi pesaing bagi pemain lama dengan membuka gerai baru setiap tahun, meskipun masih terbatas di Jakarta saja.[15] Gerai terbesar Golden Truly sendiri, berada di Gunung Sahari, dibuka pada tahun 1990 dengan modal Rp 100 miliar dan memiliki luas 20.000 meter persegi.[16]
Pada era 1980-an, Dwi menggandeng Grup Salim untuk menjadi pemegang saham di toko ritelnya.[17] Kemudian, Dwi menggandeng Bambang Sutrisno dengan bendera PT Dwi Golden Graha.[18] Pada era 1990-an, Golden Truly berkembang dengan memiliki toko buku, department store, toko sepatu, dan lainnya dalam gerainya (bernama Golden Truly Superstore) yang berjumlah 13 buah (1997). Khusus ekspansi ke department store, dilakukan demi mengatasi persaingan ritel yang makin ketat pada 1990-an, dengan menawarkan diskon 40-70%.[19][20][21] Tidak hanya itu, Golden Truly juga meluncurkan "belanja berhadiah"[22] dan berusaha tetap menargetkan pasar kelas bawah[23] demi menjaga pelanggannya. Selain itu, sinergi juga dilakukan dengan Bank Surya yang juga dimiliki oleh PT Dwi Golden Graha, dimana di setiap gerai Golden Truly juga dapat ditemui kantor cabang bank ini.[24][25]
Kepemilikan Sudwikatmono dalam perusahaan ritelnya ini akhirnya harus berakhir dengan munculnya krisis moneter di Indonesia pada akhir 1990-an. Pada Kerusuhan Mei 1998, sejumlah gerai-gerai Golden Truly dirusak dan dijarah, sehingga hanya menyisakan 2 saja yang bisa beroperasi yaitu di Fatmawati dan Gunung Sahari. Aksi penjarahan yang banyak ditafsirkan karena ketidaksukaan publik pada pemiliknya, Sudwikatmono yang merupakan sepupu Presiden Soeharto, merugikan PT Golden Truly mencapai Rp 12 miliar. Tidak hanya itu, Golden Truly pun harus kesulitan membayar pemasok akibat kesulitan keuangan saat itu.[18][26] Belum lagi ketika rekan Dwi di PT Dwi Golden Graha, Bambang Sutrisno menjual sahamnya dan melarikan diri akan hutang perusahaan mereka.[27] Akibatnya, Golden Truly harus menutup gerai-gerainya demi perampingan, atau asetnya harus diserahkan ke BPPN untuk membayar kredit macet.[28] Akhirnya, Dwi melepas Golden Truly miliknya kepada pemilik baru,[29] dan pengelolanya berganti dari PT Golden Truly ke PT Bima Nuansa Cempaka (kemudian menjadi PT Golden Retailindo Tbk). Tidak lama kemudian, karena persaingan dari hipermarket dan peritel asing, bisnis swalayan yang merupakan bisnis awal Golden Truly ditutup pada 2001.[30][31]
Di bawah pemilik baru, Golden Truly kemudian lebih memilih mengembangkan department store yang ada, dan merehabilitasi gerai yang sudah ada seperti di Gunung Sahari dengan biaya Rp 30 miliar dan direncanakan akan diberi nama "Golden Mall".[31] Akan tetapi, kemudian di bawah manajemen baru ini, sayangnya Golden Truly belum berhasil mengembalikan kejayaannya seperti dahulu dan hanya memiliki satu gerai di Gunung Sahari. Dengan IPO pada 2010, Golden Truly mulai berbenah, dengan membuka gerai baru di Dmall Depok dan BCS Mall Batam. Selain itu, ada rencana juga membuka gerai-gerai lainnya, termasuk berupa speciality store di Kalibata Mall dan Galaxy Mall Bekasi, dengan perkiraan setiap toko memakan biaya Rp 8 miliar.[32] Tidak hanya itu, Golden Truly juga berencana membuka dua toko bernama F.O.B (untuk anak muda) dan Dreamland (penjual pakaian renang) di Bali.[33] Sayangnya, dari rencana itu, tidak ada yang terealisasi, dimana pada tahun 2015 Golden Truly hanya memiliki 3 gerai di Gunung Sahari Jakarta, Depok dan Batam ditambah speciality store. Ini karena kompetisi dan daya beli masyarakat sehingga pihak Golden Retailindo harus memikirkan pembukaan gerai-gerai baru.[34]
Rujukan
- ^ a b c d Laporan Tahunan GOLD 2020
- ^ a b PT. VISI TELEKOMUNIKASI INFRASTRUKTUR TBK [GOLD]
- ^ Laporan Thn. 2015 GOLD
- ^ Golden Truly Catat Saham di BEI
- ^ Golden Retailindo (GOLD) Baru Habiskan Dana IPO 31,14%
- ^ a b Pandangan KPPU..
- ^ Kepemilikan 90% Saham Golden Retailindo (GOLD) Beralih
- ^ Eks Perusahaan Lepas Saham Golden Truly Karena Merugi
- ^ Tower Bersama (TBIG) beli 51% saham Visi Telekomunikasi Rp 35,45 miliar
- ^ [1]
- ^ Visi Telekomunikasi Infrastruktur (GOLD) siapkan capex Rp 200 miliar di tahun ini
- ^ Bisnis penyewaan menara telko masih menjanjikan
- ^ Visi akan tambah 65 menara telekomunikasi
- ^ Awal Kejayaan Pasar Swalayan
- ^ Indonesia Magazine, Volume 18
- ^ Sudwikatmono: sebuah perjalanan di antara sahabat
- ^ Liem Sioe Liong: dari Futching ke mancanegara
- ^ a b Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 10,Masalah 11-19
- ^ Informasi, Masalah 215-220
- ^ World Drinks Marketing Directory 2000/2001
- ^ IKLAN GOLDEN TRULY SUPERSTORE
- ^ Ummat, Volume 4,Masalah 33-41
- ^ Supermarket & Retailing Infrastructure Development in Indonesia: Implications for Australian Agri-food Exports : a Report for RIRDC
- ^ Kamus singkatan dan akronim: baru dan lama
- ^ Indonesian Capital Market Directory
- ^ Cashing In on Years in Power
- ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 11,Masalah 17-18
- ^ Sudwikatmono Menyerahkan Aset ke BPPN
- ^ Globe Asia, Volume 1,Masalah 9-11
- ^ Tempo, Volume 30,Masalah 12-18
- ^ a b Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 1,Masalah 39-46
- ^ Golden Truly Bangkit, Buka Department Store Baru
- ^ Golden Truly siap buka toserba hingga speciality store
- ^ Golden Retailindo Baru Serap Dana IPO Rp9,1 Miliar