Masjid Agung Banten

masjid di Indonesia

Masjid Agung Banten (aksara Sunda: ᮙᮞ᮪ᮏᮤᮓ᮪ ᮃᮍᮥᮀ ᮘᮔ᮪ᮒᮨᮔ᮪) adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Masjid ini terletak di kelurahan Banten di Kota Serang, Provinsi Banten. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tetapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.

Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten pada 2017
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiJl. Masjid Agung, Banten, Kec. Kasemen, Kota Serang, Banten 42191
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturTumpang Lima
Peletakan batu pertama1556
Rampung1559
Spesifikasi
Kapasitas20000.[1]
Menara1
Tinggi menara24 m

Masjid ini dibangun pertama kali pada 1556 oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati.

Lokasi

Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, tepatnya di desa Banten, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Akses ke lokasi dapat dituju dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Dari terminal Terminal Pakupatan, Serang menggunakan bis jurusan Banten Lama atau mencarter mobil angkutan kota menuju lokasi selama lebih kurang setengah jam.

Arsitektur

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda Tiongkok yang juga merupakan karya arsitek Tionghoa yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.

Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel.

Menara

Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Semua berita Belanda tentang Banten hampir selalu menyebutkan menara tersebut, membuktikan menara itu selalu menarik perhatian pengunjung Kota Banten masa lampau.

Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km.

Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

Pemugaran

Masjid Agung Banten dikelola oleh yayasan yang dipimpin oleh H. Tubagus Wasi Abbas. Masjid Agung Banten digunakan sebagai tempat salat, tempat pengajian, tempat acara santap bersama seusai shalat hari raya Idul Fitri serta kegiatan sosial lainnya. Selama berdiri dari tahun 1923 hingga 1987, Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran. Pada tahun 1923, dilaksanakan pemugaran oleh Dinas Purbakala dan tahun 1930 dilakukan penggatian tiang-tiang kayu yang rapuh. Pahun 1945, Tubagus Chotib selaku Residen Banten bersarna rnasyarakat melaksanakan perbaikan atap cungkup penghubung di kompleks pemakaman utara. Pemugaran menara masjid dilakukan tahun 1966/1967 oleh Dinas Purbakala. Lalu Korem 064 Maulana Yusuf memperbaiki bagian etemit langit-langit pada tahun 1969. Serambi bagian timur dipugar pada tahun 1970 dengan dana dari Yayasan Kur'an. Pertamina juga pemah memugar kompleks masjid pada bagian lantai ruang utarna, atap serambi pemakaman selatan, bak wudu dan keran air di serambi utara, dan pagar tembok keliling kompleks dengan lima gapura. Penggantian serambi utara dan penggantian cungkup makam Sultan Hasanuddin dengan marmer dilakukan tahun 1987.[2]

Galeri

Catatan kaki

  1. ^ "Masjid Agung Banten – Masjid bersejarah". Diakses tanggal 26 Feb 2022. 
  2. ^ Sugiyanti, dkk. (1999). Masjid Kuno Indonesia (PDF). Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat. ISBN 979-8250-16-8.