Indo Tambangraya Megah

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 16 Mei 2022 07.30 oleh Dani1603 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''PT Indo Tambangraya Megah Tbk''' (atau disingkat '''ITM''' saja) adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia ({{BEI|ITMG}}) yang bergerak di bidang investasi, terutama di sejumlah anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan batu bara ditambah sektor lainnya seperti pembangkit listrik. Berkantor pusat di Pondok Indah Office Tower III, Jl. Sultan Iskandar Muda, Pondok Indah Jakarta,<ref name=MTFN>[http:/...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (atau disingkat ITM saja) adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: ITMG) yang bergerak di bidang investasi, terutama di sejumlah anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan batu bara ditambah sektor lainnya seperti pembangkit listrik. Berkantor pusat di Pondok Indah Office Tower III, Jl. Sultan Iskandar Muda, Pondok Indah Jakarta,[1] perusahaan ini merupakan anak usaha dari Banpu Plc Thailand.

Sejarah

Indo Tambangraya Megah didirikan pada 2 September 1987.[1] Bisnis dan anak perusahaan dari ITM sendiri dalam sejarahnya terikat dengan Grup Salim yang merupakan perintis dari bisnis batu baranya. Salim Grup sendiri memulai bisnis pertambangannya dengan PT Kitadin yang memiliki konsesi tambang batu bara seluas 930 ha di Kalimantan Timur pada 1986.[2] Tidak lama kemudian, muncul PT Indominco Mandiri (sejak 1997),[3] PT Trubaindo Coal Mining (patungan Truba Grup dan Salim Grup), PT Barasentosa Lestari, dan beberapa perusahaan lainnya yang juga terjun ke bisnis batubara.[4][5] Kelompok bisnis ini kemudian dikenal dengan nama Indocoal.[6]

Sebagai bagian dari pembayaran BLBI ke bank milik Salim, Bank Central Asia (BCA), Salim Grup terpaksa menyerahkan seluruh bisnis batubaranya ke BPPN, termasuk perusahaan-perusahaan diatas dan tentu saja PT Indo Tambangraya Megah.[7] BPPN lalu mengadakan tender untuk mencari siapa pembeli bisnis batu bara Indocoal yang memiliki kapasitas produksi 5 metrik ton/tahun. Dari beberapa pesaing seperti PT Timah, PT Bukit Asam, dan PT Bhakti Investama Tbk, Banpu lewat PT Centralink Wisesa International akhirnya bisa meminang aset Indocoal seharga US$ 45,5 miliar pada Maret 2001.[8][9][10] Setelah penjualan itu, Banpu kemudian juga mengakuisisi sebagian saham anak-anak usaha Indocoal yang sebagian sahamnya masih dimiliki oleh perusahaan Grup Salim lain, seperti 35% saham Indocement di PT Indominco Mandiri.[11] Dalam beberapa tahun kemudian, seluruh perusahaan eks-Indocoal dikonsolidasikan sebagai anak usaha PT Indo Tambangraya Megah oleh Banpu.[12]

  1. ^ a b LapTahunan BRAM 2021
  2. ^ Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia
  3. ^ The Global Coal Market
  4. ^ Informasi, Masalah 221-226
  5. ^ Salim Group : Raja Mi Instan, Kaisar Minyak Goreng
  6. ^ The Rhythm of Strategy: A Corporate Biography of the Salim Group of Indonesia
  7. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 12,Masalah 13-14
  8. ^ TIMAH DISALIP CENTRALINK
  9. ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
  10. ^ Minerals Yearbook, Volume 3
  11. ^ Menyusuri jejak pertama...
  12. ^ ITM HISTORY