Revisi sejak 18 Mei 2022 06.58 oleh Ustad abu gosok(bicara | kontrib)(→Apresiasi: diduga copy paste dari [https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-apresiasi-kiprah-k-h-asep-saifuddin-chalim-dalam-pengembangan-umat-dan-bangsa/ situs resmi presiden ri])
Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat permissions@wikimedia.org atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
Bagian artikel ini perlu dirapikan. Bantulah kami untuk melakukannya.
Kyai Asep
Lahir
16 Juli 1955 (26 Dzulkaidah 1374 AH) Majalengka
Prof. Dr. K.H Asep Saifuddin Chalim, M.Ag. (lahir : Majalengka, 16 Juli 1955) adalah seorang tokoh MuslimIndonesia, anggota Partai Persatuan Pembangunan, serta ketua PERGUNU (Persatuan Guru-guru Nahdlatul Ulama) Indonesia[1]. Beliau juga seorang guru besar bidang Sosiologi oleh Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pengukuhannya menjadi sorotan karena dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. Beliau merupakan anak bungsu dari KH. Abdul Chalim, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Majalengka, Jawa Barat. Beliau juga pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Majalengka, Mojokerto, dan Banyuwangi. Pesantrennya menjadi sorotan karena sering dihadiri tamu besar, baik dari dalam maupun luar negeri.
Prof. Dr. KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, mendapat penghargaan utama sebagai “pemimpin visioner dan inspiratif”. Penghargaan utama itu diberikan oleh koran HARIAN BANGSA saat merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-22 di kantor barunya di Jalan Cipta Menanggal I/35 Surabaya, Selasa (1/3/2022).[2]
Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Prof DR KH Asep Saifuddin Chalim, mendapat penghargaan tokoh pendidikan islam. Penghargaan itu diraihnya dari lembaga Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Awards dengan kategori Tokoh Pendidikan Islam Kultural Jatim 2021. Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh pengurus ARCI kepada Asep Saifuddin, diIKHAC Bendungan Jati, pada Jumat malam 7 Mei 2021 kemarin. [3]
Peranan di Nahdatul Ulama
Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim., MA merupakan keturunan dari seorang Kiai. Hal ini dapat dilihat dari ayahandanya Kiai Abdul Chalim yang banyak disinggung dan dihubungkan dengan berdirinya NU. Karena Kiai Abdul Chalim adalah seorang tokoh nasionalis yang banyak membantu para pendiri NU yakni KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Chasbullah.
Kiai Asep juga bukan merupakan sosok pemimpin yang otoriter. Yang hanya mementingkan kepentigan pribadi dari pada kelompok dan hanya mementingkan keputusan pribadi. Namun beliau adalah sosok pemimpin yang demokratis yang mementingkan tujuan bersama agar tercapainya tujuan secara maksimal.[4]
Kehidupan pribadi
Asep menikah dengan Alif Fadhilah dan dikaruniai sembilan orang anak, yakni Muhammad Al Barra (kini menjabat sebagai wakil bupati Mojokerto), Imadatus Solichah, Siti Musirroh, Muhammad Habiburrahman , Muhammad Ilyas, Zahrotul, Muhammad Abdul Chalim Sayyid Dhuha . Habiburrahman juga aktif berpolitik di Partai persatuan pembangunan. Gus Barra juga dikenal memiliki banyak orang dan dia juga aktif berpolitik sebagai Wakil BupatiMojokerto.[5]
Seputar Covid-19
KH Asep Saifuddin Chalim terang-terangan menolak vaksin AstraZeneca. Dia melarang keras belasan ribu santri, mahasiswa, serta pengajar di lembaga pendidikannya disuntik vaksin COVID-19 dari Inggris tersebut.
"Amanatul Ummah sangat mendukung vaksinasi, asalkan jangan vaksin AstraZeneca. Kalau vaksin AstraZeneca haram mutlak bagi Amanatul Ummah. Jadi, tidak ada halal mubah itu tidak ada," kata Kiai Asep kepada wartawan di Institut KH Abdul Chalim, Desa Bendunganjati, Kecamatan Pacet, Mojokerto.
Pernyataan tersebut ia lontarkan menanggapi fatwa MUI Pusat yang menyatakan AstraZeneca mengandung tripsin babi yang mana dalam agama Islam, semua unsur babi adalah haram. Namun keharaman itu tidak berlaku dalam kondisi yang dinyatakan darurat. Sedangkan, ia menganggap tidak ada darurat di pesantrennya karena tidak ada satupun santri yang dinyatakan positif Covid-19.
Selama di pesantren, para santri wajib menerapkan 4 hal. Pertama, Protokol Islam meliputi menjaga kebersihan, dilarang melakukan hal-hal yang tak penting, tidur cukup, makan tidak boleh terlalu kenyang, salat malam untuk mengusir penyakit dari tubuh, serta salat subuh berjemaah agar terhindar dari gangguan kesehatan.
Kedua, protokol kesehatan yang meliputi memakai masker, hand sanitizer, sering mencuci tangan dan menjaga jarak berupa tidak boleh bersentuhan.
Ketiga menjaga imunitas dengan mengonsumsi menu tahu, tempe, kecambah dan telur yang menurut dokter mengandung imun tinggi.
Keempat menjaga imanitas dengan rajin membaca istighfar, kalimat tauhid, salawat, hamdalah, serta 4 ayat Al-Qur'an yang diyakini menjadi obat bagi semua penyakit. Yaitu Surat Ali Imron ayat 154, Surat Al Fath ayat 29, serta Surat At Taubah ayat 128 dan 129. Keempat ayat tersebut selalu dibaca oleh santrinya ketika membaca istighosah yang ia susun minimal dua kali dalam sehari.[6]