Negara Madinah

Revisi sejak 22 Mei 2022 02.31 oleh Fazoffic (bicara | kontrib) (Penambahan Referensi)

Arab Era Islam atau Arab Masa Kenabian Adalah Nama umum Semenanjung Jazirah Arab Setelah Tersebarnya Islam Saat Dibawah Kepemimpinan Nabi Islam Muhammad [1].


Arab Era Islam

الاسلام العربي
623–632
Bendera Negara Madinah
Ar Rayah (kiri) dikibarkan Saat Terjadi Peperangan dan Al Liwa (kanan) Dibawa Saat Penaklukan Makkah [2]
Wilayah Islam (hijau dan hijau muda) beserta wilayah kekaisaran Byzantium (merah muda) dan Sasaniyah (merah)
Wilayah Islam (hijau dan hijau muda) beserta wilayah kekaisaran Byzantium (merah muda) dan Sasaniyah (merah)
Ibu kotaMadinah
Bahasa resmiArab Klasik
PemerintahanTeokrasi
Pemerintahan Islam
Nabi Islam 
• 623 - 632
Muhammad
Sejarah 
• Didirikan
623
• Dibubarkan
632
Didahului oleh
Digantikan oleh
Arab Pra-Islam
ksrKekaisaran
Sasaniyah
klfKekhalifahan
Rasyidin
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Periode Arab Era Islam Dimulai Ketika Nabi Besar Islam Muhammad Melakukan Hijrah Dari Mekkah ke Madinah.

Sejarah

Delegasi dari Madinah

Sebuah delegasi dari Madinah, yang terdiri dari perwakilan dari dua belas klan penting Madinah, mengundang Muhammad sebagai orang luar yang netral untuk melayani sebagai kepala arbiter untuk seluruh komunitas.[3][4] Terjadi pertempuran di Yatsrib (Madinah) terutama yang melibatkan penduduk Arab dan Yahudi selama sekitar seratus tahun sebelum 620. Pembantaian berulang dan ketidaksepakatan atas klaim yang dihasilkan, terutama setelah pertempuran Bu'ath di mana semua klan terlibat, membuat jelas bagi mereka bahwa konsepsi suku tentang perseteruan darah dan mata ganti rugi tidak lagi bisa diterapkan kecuali ada satu orang yang berwenang untuk mengadili dalam kasus-kasus yang disengketakan.[5] Delegasi dari Medina berjanji pada diri mereka sendiri dan warga mereka untuk menerima Muhammad ke dalam komunitas mereka dan secara fisik melindunginya sebagai salah satu dari mereka sendiri.[6]


Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk pindah ke Medina sampai hampir semua pengikutnya meninggalkan Mekah . Karena khawatir dengan kepergian umat Islam, menurut tradisi, orang-orang Mekah berencana untuk membunuhnya. Dia menginstruksikan sepupunya dan calon menantunya Ali untuk tidur di tempat tidurnya untuk mengelabui para pembunuh yang dia tinggali (dan untuk melawan mereka sebagai gantinya) dan diam-diam menyelinap pergi dari kota.[7]

Hijrah Ke Yatsrib

Pada tahun 622, Muhammad telah beremigrasi ke Yatsrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah, sebuah Kota Dengan Oasis pertanian yang Besar .[8] Namun, Setelah emigrasi, orang-orang Mekah menyita properti para emigran Muslim di Mekah.[9]


Di antara hal-hal yang dilakukan Muhammad untuk menyelesaikan keluhan lama di antara suku-suku Medina adalah menyusun dokumen yang dikenal sebagai Konstitusi Madinah (atau Piagam Madinah), membangun Ikatan persaudaraan di antara delapan suku Medina dan para emigran Muslim dari Mekah , yang menentukan hak dan kewajiban semua warga negara dan hubungan komunitas yang berbeda di Madinah (termasuk komunitas Muslim dengan komunitas lain khususnya umat Yahudi dan Ahli Kitab lainnya). Komunitas yang didefinisikan dalam Konstitusi Madinah, umma, memiliki pandangan keagamaan tetapi juga dibentuk oleh pertimbangan praktis dan secara substansial melestarikan bentuk hukum suku Arab kuno. Adopsi Muhammad adalah dengan menghadap ke utara menuju Yerusalem ketika melakukan Shalat harian. namun karena terjadi perdebatan dan selanjutnya arah salat ini adalah juga dipraktekkan di antara kelompok-kelompok lain di Arab. Hingga Akhirnya Muhammad Memindahkan Kiblat Shalat Umat Islam ke Selatan, Ke arah Masjidil Haram, Makkah.

Perang Badar

Salah satu perang terbesar dalam sejarah umat Islam adalah peperangan yang disebut Perang Badar. Ini terjadi pada pertengahan bulan Ramadan. Tepatnya, perang badar terjadi pada  hari jumat, 17 Ramadhan 2 Hijriyah atau pada 3 Maret 634 Masehi.


Dikisahkan, kekuatan Islam begitu kecil dibandingkan dengan pasukan Makkah, kumpulan dari berbagai kabilah dari Quraisy yang ingin menghancurkan Nabi dan umat Islam. Perang ini juga peperangan pertama dalam Islam dan menentukan masa depan Umat Islam berhadapan dengan kekuatan politik yang besar.[10]


Pasukan Madinah atau kaum muslimin terdiri dari 313 pasukan saja dan dipimpin oleh Muhammad. 86 orang dari Muhajirin, dan Sisanya dari Anshar. Mereka hanya memiliki dua ekor kuda yang dimiliki oleh Zubair bin Awwam dan Miqdad bin Aswas, 70 ekor unta yang ditunggangi secara bergantian, dan perlengkapan perang yang sangat minim.


Sedangkan pasukan Makkah terdiri dari sekitar 1000 pasukan dan membawa lebih dari 100 ekor kuda dan pasukannya berbaju besi dan dipimpin oleh Abu Jahal bin Hisyam.[11]


Perang ini sendiri dikisahkan banyak keajaiban di dalamnya dan sepertinya tidak bisa dinalar. Umat Islam secara hitungan matematis tentu saja akan kalah. Tapi fakta berbicara sebaliknya. Pasukan Makkah kocar-kacir dalam perang tersebut. Dan Pasukan Madinah yang dipimpin Muhammad berhasil memenangkan pertempuran.


Badar sendiri diambil dari nama wilayah yang terletak antara Makkah dengan Madinah. Di Badar juga terdapat mata air yang kerap jadi persinggahan kafilah. Tempat ini menjadi pemberhentian sekaligus perlintasan kendaraan, baik yang menuju Makkah atau Jeddah, maupun yang kembali ke Madinah. Jaraknya sekitar 148 km dari Madinah.


Kelak, sejarah mencatat, perang badar menjadi tonggak penting eksistensi umat Islam dan Muhammad dalam merebut pengaruh, khususnya di jazirah Arab hingga akhirnya suku-suku lain secara politik mulai melihat Madinah sebagai Sebuah Kekuatan penting di Arab.

Penaklukan Makkah

Pada 10 Ramadhan 8 H atau Januari 630 M, Muhammad memimpin pasukan terbesar yang pernah meninggalkan Madinah. Hampir seluruh suku bergabung dalam pasukan Besar Itu.


Semula, Tak seorang pun tahu kemana tujuan pasukan itu. Bisa saja, pasukan itu, diarahkan ke Makkah atau menyerang suku-suku di selatan Madinah atau Thaif yang selama ini masih berlaku keras terhadap Muslim.

Pada akhirnya, kabar gerak pasukan besar ini pun terdengar. Tak hanya oleh kelompok-kelompok suku di selatan, tapi juga terdengar hingga oleh Quraiys di Makkah. Suku Hawazin, yang berada di selatan bersiap diri menyambut serangan Muhammad dan pasukannya.[12]


Sementara di Makkah, Quraiys memiliki serangkaian bayangan yang mungkin terjadi atas kedatangan pasukan Muhammad ini. Pasukan memang kemudian diarahkan menuju Makkah. Malam sebelum pasukan menuju Makkah, salah satu petinggi Quraisy, Abu Sufyan, juga Abbas bertemu Muhammad.


Dalam kesempatan itu, Muhammad sempat bertanya kepada Abu Sufyan apakah ia siap menerima Islam. Abu Sufyan menjawab ia sepakat akan proklamasi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun, ia pun mengungkapkan masih meragukan kenabian Muhammad.

Abu Sufyan sempat mengamati pasukan besar Muhammad. Saat menunaikan Shalat Subuh, seluruh pasukan menghadap ke arah Makkah. Ia pun kemudian bergumam bahwa Quraisy Makkah tampaknya harus menyerah karena ia melihat pasukan besar ini, juga terdiri dari gabungan dari berbagai suku.[13]


Maka tak lama kemudian Abu Sufyan pun bergegas ke Makkah. Ia mengingatkan agat Quraisy menyerah saja kepada Muhammad. Namun istri Abu Sufyan, Hindun, meradang marah mendengar pernyataan suaminya itu. Ia menganggap suaminya sebagai pelindung orang-orang busuk.[14]


Sebelum mencapai Makkah, Muhammad membagi pasukan menjadi empat bagian. Satu pasukan dipimpin Zubair bin Awwam yang masuk Makkah dari utara. Khalid bin Walid memimpin pasukan yang datang dari selatan. Sedangkan Sa'd bin Ubadah diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan yang masuk dari barat. Dan pasukan keempat dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah yang masuk dari arah pegunungan Hindi.


Saat masuk pasukan Muslim memasuki Makkah, tak ada perlawanan berarti. Meski memang ada perlawanan kecil yang dilakukan oleh pasukan Ikirimah, Shafwan dan Shuhail. Pasukan pimpinan Khalid bin Walid menghadapi perlawanan mereka. Dan akhirnya perlawanan pun bisa diredam.


Muhammad dan para sahabatnya kemudian melangkahkan kakinya ke Ka'bah untuk melakukan thawaf sebanyak tujuh kali. Usai Thawaf, Muhammad bersama para sahabatnya menghancurkan berhala dan gambar-gambar yang ada di dalam dan sekeliling Ka'bah.


Seiring dengan penghancuran berhala di dalam dan sekitar lingkungan Ka'bah itu, Lalu Muhammad menyitir surat Al-Isra ayat 81 (17:8),

"Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap."[15]

Masa Akhir

Akhir Dari Era Ini adalah Ketika Meninggalnya Nabi Besar Umat Islam, Muhammad.[16]


Penyebab Meninggalnya Muhammad adalah karena jatuh sakit. Muhammad Menderita sakit Setelah pulang dari haji Wada, tepatnya pada dua hari terakhir bulan Shafar, atau menjelang hari-hari pertama memasuki bulan bulan Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriyah. Meskipun sakit, Muhammad tetap memenuhi kewajiban sebagai suami dengan berkeliling ke rumah-rumah istrinya. Ketika tiba di rumah istrinya yang bernama Maimunah, sakitnya tak tertahankan lagi. Lalu beliau mengumpulkan istri-istrinya dan meminta izin untuk tinggal di rumah Aisyah, Istrinya dan beristirahat di sana selama sakit.[17]


Di masa sakitnya, Muhammad menyempatkan diri untuk menemui kaum Muslimin dan berwasiat kepada mereka untuk tidak menjadikan kuburan nabi-nabi, termasuk kuburannya nanti, sebagai masjid. Maksud dari perkataan tersebut ialah bahwa Muhammad melarang kaum Muslimin untuk menyembah kuburannya, kelak ketika ia telah meninggal. Tak lama setelah Muhammad berwasiat kepada kaum Muslimin, sakit yang dideritanya kian parah. Akhirnya, ajal pun menghampiri. Wafatnya Muhammad membawa kesedihan kepada seluruh umatnya, terutama para keluarga dan sahabat, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab.


Setelah Meninggalnya Muhammad, Abu Bakar Terpilih Menjadi Khalifah Pertama Dan Memimpin Kekhalifahan Rasyidin menggantikan Kepemimpinan Muhammad Memimpin Arab.[18]

Referensi

  1. ^ Frontmatter. Cambridge University Press. 1977-04-21. hlm. i–xii. 
  2. ^ HR. Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah dari Ibn Abbas
  3. ^ Mohamed Dali, Azharudin (2004-12-16). "SUMBANGAN MUHAMMAD AL-QASIM DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI SIND SELEPAS ZAMANNYA". SEJARAH. 12 (12): 15–39. doi:10.22452/sejarah.vol12no12.2. ISSN 1985-0611. 
  4. ^ Stern, Hal S. (1998-09). "A Statistician Reads the Sports Pages". CHANCE. 11 (4): 17–21. doi:10.1080/09332480.1998.10542119. ISSN 0933-2480. 
  5. ^ Mohamed Dali, Azharudin (2004-12-16). "SUMBANGAN MUHAMMAD AL-QASIM DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI SIND SELEPAS ZAMANNYA". SEJARAH. 12 (12): 15–39. doi:10.22452/sejarah.vol12no12.2. ISSN 1985-0611. 
  6. ^ Welch, Alford T. (2017-10-20). Islam. Oxford, UK: Blackwell Publishing Ltd. hlm. 162–235. 
  7. ^ Momen, Moojan (2017-12-31). "An Introduction to Shi'i Islam". doi:10.12987/9780300162622. 
  8. ^ Welch, Alford T. (2017-10-20). Islam. Oxford, UK: Blackwell Publishing Ltd. hlm. 162–235. 
  9. ^ Rahman, Fazlur (1979). Islam. University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-70281-0. 
  10. ^ Izzani, Riska; Rubini, Rubini (2021-06-28). "Pendidikan Karakter dalam Buku Sirah Nabawiyah Karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri". Al-Manar. 10 (1): 103–114. doi:10.36668/jal.v10i1.256. ISSN 2615-8779. 
  11. ^ Izzani, Riska; Rubini, Rubini (2021-06-28). "Pendidikan Karakter dalam Buku Sirah Nabawiyah Karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri". Al-Manar. 10 (1): 103–114. doi:10.36668/jal.v10i1.256. ISSN 2615-8779. 
  12. ^ Erdoğan, Mustafa (2013). Prophet Muhammad : the beloved messenger of Allah. Clifton, New Jersey. ISBN 978-1-59784-679-0. OCLC 933298390. 
  13. ^ Nur Shiddiq, Muhammad (2020-12-22). "Rawi Khawarij dalam Sahih Al-Bukhari". Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis. 3 (2): 149–170. doi:10.32505/al-bukhari.v3i2.1933. ISSN 2622-7606. 
  14. ^ ALLOUCHE, SHANI (2002-04). "Chronology of Prophetic Events. By Fazlur Rehman Shaikh. Pp. 170. London: Ta-Ha Publishers, 2001". Journal of Qur'anic Studies. 4 (1): 94–98. doi:10.3366/jqs.2002.4.1.94. ISSN 1465-3591. 
  15. ^ Nur Shiddiq, Muhammad (2020-12-22). "Rawi Khawarij dalam Sahih Al-Bukhari". Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis. 3 (2): 149–170. doi:10.32505/al-bukhari.v3i2.1933. ISSN 2622-7606. 
  16. ^ "Kisah Wafatnya Nabi Muhammad yang Membawa Kesedihan bagi Seluruh Kaum Muslimin". kumparan. Diakses tanggal 2022-05-22. 
  17. ^ Komariah (2020-11-30). "Dakwah dalam Perspektif Sirah Nabi". dx.doi.org. Diakses tanggal 2022-05-22. 
  18. ^ Rasyidin, Rasyidin; Rahmah, Asrur (2022-03-30). "Ujrah Pembaca Al-Qur'an Pada Tempat Pemakaman Desa Keude Blang Aceh Timur Perspektif Fikih Muamalat". TERAJU. 4 (01): 1–14. doi:10.35961/teraju.v4i01.405. ISSN 2715-386X.