Ngalop
Orang Ngalop (Dzongkha: སྔལོངཔ་ snga long pa; "orang-orang yang pertama kali bangkit" atau "orang-orang yang pertama kali bertobat" menurut cerita rakyat)[2] adalah orang-orang asli Tibet yang bermigrasi ke Bhutan pada awal abad kesembilan. Dahulu, para orientalis menyebut mereka "Bhote" atau Bhotiya, di mana istilah tersebut tak lagi digunakan karena juga merujuk pada orang Tibet.
Jumlah populasi | |
---|---|
354.200[1] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Bagian barat, utara dan sebagian besar timur-tenggara Bhutan (Thimphu, Gasa, Punakha, Wangdue Phodrang, Haa, Paro, Chukha) | |
Bahasa | |
Dzongkha | |
Agama | |
Buddhisme · Bon | |
Kelompok etnik terkait | |
Tibet · Monpa · Sharchop · Orang Sino-Tibet lainnya |
Orang Ngalop memperkenalkan kebudayaan Tibet dan agama Buddha ke Bhutan dan menjadi kelompok masyarakat yang dominan dalam kebudayaan dan perpolitikan Bhutan modern. Bahasa mereka, Dzongkha, adalah bahasa nasional yang merupakan turunan dari bahasa Tibet Kuno. Orang Ngalop banyak mendiami kawasan Bhutan barat dan utara, termasuk ibu kota Thimphu dan wilayah-wilayah lain yang berbahasa Dzongkha. Istilah Ngalop dapat mencakup beberapa kelompok bahasa dan budaya yang terkait, seperti suku Kheng dan penutur bahasa Bumthang.[2][3][4]
Bahasa
Orang Ngalop ialah penutur bahasa Dzongkha. Dominasi mereka selama berabad-abad menjadikan Dzongkha sebagai bahasa resmi di seluruh negeri. Ada pula kelompok lain yang berbudaya Ngalop tetapi masih menuturkan bahasa lain seperti Kheng dan Bumthang. Selain itu, orang-orang Sharchop di Bhutan timur, yang berbicara bahasa Tshangla, juga telah mengadopsi budaya Ngalop dan mengidentifikasi diri sebagai Ngalop.[2][3][5]
Agama
Orang Ngalop sebagian besar beragama Buddha Tibet, khususnya mazhab Kagyu Vajrayana yang menjadi agama resmi di Bhutan. Sejumlah besar juga mengikuti mazhab Nyingma, yang dominan dalam sejarah awal Bhutan. Selain Buddha, sebagian kecil orang Ngalop juga memeluk Bon, agama etnis asli Himalaya.[3][6]
Gaya hidup
Tanaman pertanian utama orang-orang Ngalop adalah beras merah, kentang, jelai, dan tanaman iklim subtropis lainnya. Orang Ngalop membangun rumah dari kayu, batu, tanah liat, dan batu bata. Orang Ngalop juga terkenal akan bangunan benteng dan biara besar yang dikenal sebagai dzong yang sekarang berfungsi sebagai kantor pemerintahan. Druk Gyalpo dan sebagian besar pejabat pemerintah di Bhutan adalah etnis Ngalop, dan semua warga negara diharuskan mengikuti tata krama berpakaian Ngalop yang diadopsi secara nasional yang dissebut driglam namzha.[3][7]
Suku Ngalop menganut sistem keturunan matrilineal.[8]
Catatan kaki
- ^ Bhutan. The World Factbook. Central Intelligence Agency.
- ^ a b c van Driem, George L. (1993). "Language Policy in Bhutan". London: SOAS. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 November 2010.
- ^ a b c d Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari dokumen Library of Congress: Robert L. Worden (September 1991). Andrea Matles Savada, ed. Bhutan: A country study. Federal Research Division. Ethnic Groups.
- ^ Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari dokumen Library of Congress: Robert L. Worden (September 1991). Andrea Matles Savada, ed. Bhutan: A country study. Federal Research Division. Introduction.
- ^ Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari dokumen Library of Congress: Robert L. Worden (September 1991). Andrea Matles Savada, ed. Bhutan: A country study. Federal Research Division. Languages.
- ^ Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari dokumen Library of Congress: Robert L. Worden (September 1991). Andrea Matles Savada, ed. Bhutan: A country study. Federal Research Division. Religious Tradition.
- ^ Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari dokumen Library of Congress: Robert L. Worden (September 1991). Andrea Matles Savada, ed. Bhutan: A country study. Federal Research Division. Housing.
- ^ "Women in Agriculture, Environment and Rural Production" (PDF). Fact Sheet Bhutan. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-05-18.