Cacar monyet

Penyakit menular yang disebabkan oleh virus cacar monyet dan dapat timbul pada hewan tertentu termasuk manusia

Cacar monyet adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus cacar monyet pada sejumlah hewan, termasuk manusia.[7] Gejalanya dimulai dengan demam, sakit kepala, nyari otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa lelah. Hal ini kemudian diikuti oleh munculnya ruam yang membentuk lepuh dan krusta pada kulit. Masa inkubasi antara paparan virus hingga timbulnya gejala klinis sekitar 10 hari. Gejala-gejala tersebut akan dialami penderita selama dua pekan.[8]

Cacar monyet
Ruam kulit akibat cacar monyet pada anak perempuan berusia 4 tahun
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular
PenyebabVirus cacar monyet[1]
Aspek klinis
Gejala dan tandaDemam, sakit kepala, nyeri otot, ruam melepuh, pembengkakan kelenjar getah bening[2]
Awal muncul5-21 hari setelah terpapar[2]
Durasi2 sampai 4 minggu[2]
DiagnosisDeteksi DNA virus[3]
Kondisi serupaCacar air, Variola[4]
Tata laksana
PencegahanVaksin cacar[3]
PengobatanTecovirimat
Distribusi dan frekuensi
PrevalensiLangka[1]
Kematiankurang dari 1% (klad Afrika Barat),[5] hingga 10%[2] (klad Cekungan Kongo, tak diobati)[6]

Seseorang dapat terinfeksi virus setelah digigit atau dicakar hewan, menyentuh daging atau cairan tubuh hewan liar terinfeksi, objek terkontaminasi, atau berada dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi. Virus cacar monyet umumnya bersirkulasi di antara hewan pengerat.[9] Diagnosis ditegakkan dengan mendeteksi DNA virus dari sampel luka.[3] Tanda klinis penyakit ini mirip dengan cacar air.[4]

Vaksin cacar (variola) dapat mencegah infeksi dengan efektivitas 85%. Pada tahun 2019, vaksin cacar monyet, Jynneos (juga dikenal sebagai Imvanex di Uni Eropa dan Imvamune di Kanada), telah disetujui untuk diaplikasikan pada orang dewasa di Amerika Serikat. Terapi standar yang digunakan saat ini adalah tecovirimat, antivirus yang secara khusus ditujukan untuk mengobati infeksi virus orthopox seperti cacar dan cacar monyet. Obat ini disetujui untuk mengobati cacar monyet di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Cidofovir atau brincidofovir mungkin juga bermanfaat untuk penyakit ini. Risiko kematian, jika tidak diobati, dilaporkan sebesar 10% hingga 11% untuk klad Cekungan Kongo (Afrika Tengah).

Cacar monyet paling sering ditemukan di daerah Afrika Tengah dan Afrika Barat.[10]

Epidemiologi

Kasus cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1970, yaitu di Republik Demokratik Kongo.[11] Lalu, pada tahun 1996 hingga 1997 wabah kedua penyakit ini terjadi lagi di Republik Demokratik Kongo.

Kasus cacar monyet pertama di luar benua Afrika ditemukan pada tahun 2003 di Amerika Serikat. Sebagian besar pasien ini diduga telah melakukan dengan anjing padang rumput peliharaan yang terinfeksi. Anjing ini teinfeksi oleh tikus Afrika yang diimpor ke Amerika Serikat.[12]

Pada 8 Mei 2019, seorang lelaki berusia 38 tahun yang baru saja kembali dari Nigeria, dirawat di bangsal isolasi National Centre for Infectious Diseases Singapura. Setelah dikonfirmasi sebagai kasus cacar monyet pertama di negara itu, alhasilnya, 22 orang terdekatnya telah dikarantina.[13]

Gejala

Pengobatan

Hingga kini, belum terdapat penelitian yang mengonfirmasi cara mengobati cacar monyet yang efektif. Pengobatan hanya dilakukan berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien.

Referensi

  1. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CDC2015About
  2. ^ a b c d "Signs and Symptoms Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017. 
  3. ^ a b c "2003 U.S. Outbreak Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "CDC2015Out" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ a b McCollum AM, Damon IK (January 2014). "Human monkeypox". Clinical Infectious Diseases. 58 (2): 260–7. doi:10.1093/cid/cit703. PMID 24158414.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Mc2014" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Skle
  6. ^ Osorio, J.E.; Yuill, T.M. (2008). "Zoonoses". Encyclopedia of Virology. hlm. 485–495. doi:10.1016/B978-012374410-4.00536-7. ISBN 9780123744104. 
  7. ^ "About Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017. 
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CDC2017Sym2
  9. ^ "Transmission Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017. 
  10. ^ "Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017. 
  11. ^ Ladnyj ID, Ziegler P, Kima E (1972). "A human infection caused by monkeypox virus in Basankusu Territory, Democratic Republic of the Congo". Bulletin of the World Health Organization. 46 (5): 593–7. PMC 2480792 . PMID 4340218. 
  12. ^ "What You Should Know About Monkeypox" (PDF). Fact Sheet. Centers for disease control and prevention. 2003-06-12. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2008-06-25. Diakses tanggal 2008-03-21. 
  13. ^ "News Scan for May 09, 2019, Singapore sees first monkeypox case — in Nigerian national". CIDRAP (dalam bahasa Inggris). Center for Infectious Disease Research and Policy, University of Minnesota. Diakses tanggal 10 May 2019. 
  14. ^ a b c d e Kantele A, Chickering K, Vapalahti O, Rimoin AW (August 2016). "Emerging diseases-the monkeypox epidemic in the Democratic Republic of the Congo". Clinical Microbiology and Infection. 22 (8): 658–9. doi:10.1016/j.cmi.2016.07.004. PMID 27404372. 

Pranala luar

Klasifikasi