Bendera dan lambang Majapahit
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Sang Saka Getih Getah Samudra adalah sebutan bagi bendera Majapahit. Bendera ini bercorak 5 garis merah dan 4 putih horizontal yang sama lebar, bermula dengan garis merah dan berakhir dengan garis merah yang melambangkan wilayah Nusantara dalam Sumpah Amukti Palapa.[butuh rujukan]
Nama | Sang Saka Getih Getah Samudra Sang Saka Gula Kelapa |
---|---|
Pemakaian | Lainnya |
Perbandingan | 3:5 |
Rancangan | 5 garis mendatar berwarna merah (paling atas dan paling bawah) bertukar dengan 4 garis mendatar berwarna putih |
Sampai sekarang bendera ini dikibarkan oleh TNI-AL dalam Kapal Republik Indonesia (KRI) sebagai bendera maritim, dengan nama panji "Ular-Ular Perang".
Sejarah
Panji merah putih tercatat dalam prasasti Kudadu dengan angka tahun 1294 M. Dalam prasasti tersebut diceritakan bahwa panji-panji merah putih dikibarkan oleh pasukan Jayakatwang dari Daha yang sedang mengejar pasukan Raden Wijaya.[1] Piagam Merah Putih adalah sebutan nama lain dari prasasti Kudadu.[butuh rujukan]
Pada pertempuran pertama, pasukan Raden Wijaya berhasil mengalahkan dan memukul mundur 3000 pasukan Dinasti Yuan. Ike Mese pimpinan pasukan Mongol (Tartar) tewas di tangan Raden Wijaya dalam pertempuran ini. Dalam perang kedua 1293 M, pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir pergi pasukan Mongol (tartar) keluar dari pulau Jawa. Kekalahan pasukan Mongol (Tartar) oleh pasukan Jawa tercatat dan terus dikenang dalam sejarah Tiongkok."Sura Ing Bhaya" yang berarti "keberanian menghadapi bahaya," adalah "sesanti" (doa) yang menandai kemenangan pasukan Raden Wijaya mengalahkan pasukan Mongol (Tartar) dalam pertempuran kedua.[2]
Saat raja Hayam Wuruk melakukan lawatan ke seluruh negeri Majapahit, warna merah putih dicatat digunakan sebagai penanda rombongan:
Rombongan | Lambang | Warna | Catatan |
---|---|---|---|
Mahapatih Gajah Mada | Pupulutan (Urena lobata) | - | |
Penguasa Pajang | Handiwa—Aren (Arenga pinnata) | Warna gelap | |
Penguasa Lasem | Banteng putih | Puith | |
Penguasa Daha | Daun sirih dengan bunga | Hijau dan emas | |
Penguasa Jiwana | Motif lobheng lewih | Merah dan putih | |
Raja Hayam Wuruk | Buah maja, motif lobheng lewih, laka | Emas |
Warna merah dan putih digunakan sebagai warna kajang—berarti tirai samping kereta atau atap berbentuk setengah silinder, terbuat dari daun lontar yang direkatkan atau dianyam. Kombinasi merah-putih dianggap sebagai yang paling mulia.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}
Lambang negara
Lambang negara Majapahit (rajasa lancana) disebutkan dalam Nagarakretagama pupuh 18 bait 4. Dicatat bahwa saat raja Hayam Wuruk pergi ke Lumajang, kereta sang raja memiliki cihna, yakni tanda pengenal.[3] Lambangnya adalah wilwa (bahasa Sanskerta untuk buah Maja—Aegle marmelos).[4]
Bendera lainnya
Bendera dengan bentuk serupa:
-
Bendera TNI-AL
-
Bendera Kerajaan Bali
Referensi
- ^ Yamin 1954, hlm. 90-92, 137-150.
- ^ "Melihat Kibar Bendera Merah Putih dan Nusantara Sebelum Indonesia". Diakses tanggal 12-03-2018.
- ^ Muljana 2005, hlm. 58-59.
- ^ Pigeaud 1962, hlm. 58.
Daftar pustaka
- Muljana, Raden Benedictus Slamet (2005). Al-Fayyadl, Muhammad, ed. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.
- Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960a). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume I: Javanese Texts in Transcription (edisi ke-3 (revisi)). The Hague: Martinus Nijhoff.
- Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960b). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume II: Notes on the Texts and the Translations (edisi ke-3 (revisi)). The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-94-011-8774-9.
- Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960c). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations (edisi ke-3 (revisi)). The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-94-011-8772-5.
- Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1962). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations (edisi ke-3 (revisi)). The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-94-017-7133-7.
- Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1963). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume V: Glossary, General Index (edisi ke-3 (revisi)). The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-94-011-8778-7.
- Prapanca, Mpu (2018). Isidora, ed. Kakawin Nagarakertagama: Teks Asli dan Terjemahan. Diterjemahkan oleh Saktiani, Damaika; Widya, Kartika; Aminullah, Zakaria Pamuji; Marginingrum, Novi; Septi, Neda (edisi ke-2 (revisi)). Yogyakarta: Narasi. ISBN 978-979-168-553-5.
- Yamin, Mohammad (1954). 600 Tahun Sang Merah-Putih, jaitu Uraian Tentang Hasil-Penjelidikan Sedjarah dan Arti jang dikandung Sang Merah-Putih Sebagai Warna-Kebangsaan. Penerbit Siguntang.