Artikel ini ditujukan sebagai artikel pengenalan non teknis yang lebih mudah dimengerti. Untuk artikel yang bersifat teknis, lihat Evolusi
Berkas:Triceratops and nest.jpg"Triceratops and nest" oleh Karen Carr.
Seleksi alam tidak membawa kesempurnaan. Perubahan dramatis pada lingkungan biasanya akan mengakibatkan kepunahan massal, misalnya yang terjadi pada dinosaurus 65 juta tahun lalu.
Tinjauan umum
Makhluk hidup bereproduksi dan menghasilkan keturunan.
Keturunannya memiliki sifat-sifat yang sedikit berbeda dari orang tua.
Apabila perbedaan tersebut menguntungkan, keturunan tersebut akan lebih berkemungkinan bertahan hidup dan bereproduksi.
Ini berarti bahwa akan ada lebih banyak keturunan pada generasi selanjutnya yang memiliki perbedaan yang menguntungkan ini.
Perbedaan-perbedaan ini akan berakumulasi, mengakibatkan perubahan pada suatu populasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, proses ini secara perlahan-lahan menghasilkan jenis makhluk hidup yang baru.
Proses ini bertanggung jawab terhadap keanekaragaman hayati yang ada di bumi sekarang ini.

Evolusi adalah proses perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dan biologi evolusioner mempelajari bagaimana evolusi ini terjadi. Pada setiap generasi, organisme mewarisi sifat-sifat yang dimiliki oleh orang tuanya melalui gen. Perubahan (yang disebut mutasi) pada gen ini akan menghasilkan sifat baru pada keturunan suatu organisme. Pada populasi suatu organisme, beberapa sifat akan menjadi lebih umum, manakala yang lainnya akan menghilang. Sifat-sifat yang membantu keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme akan lebih berkemungkinan berakumulasi dalam suatu populasi daripada sifat-sifat yang tidak menguntungkan. Proses ini disebut sebagai seleksi alam. Penghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak daripada jumlah orang tua beserta keterwarisan sifat-sifat ini merupakan fakta tambahan mengenai kehidupan yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi alam.[1] Gaya dorong seleksi alam dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang terisolasi, baik oleh karena perbedaan geografi maupun mekanisme lain yang mencegah pertukaran genetika. Dalam waktu yang cukup lama, populasi yang terisolasi ini akan menjadi spesies baru.[2][3]

Pemahaman mengenai biologi evolusioner dimulai pada tahun 1859 dengan diterbitkannya buku On the Origin of Species karya Charles Darwin. Selain itu, hasil kerja Gregor Mendel pada tumbuhan juga membantu menjelaskan pola-pola pewarisan genetika. Hal ini kemudian mendorong pemahaman mengenai mekanisme pewarisan.[4] Penemuan lebih lanjut pada mutasi gen serta kemajuan pada genetika populasi menjelaskan mekanisme evolusi secara lebih mendetail. Para ilmuwan sekarang ini memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai asal usul spesies baru (spesiasi) dan mereka pula telah memantau proses spesiasi yang terjadi di laboratorium maupun di alam. Pandangan evolusi modern ini merupakan teori utama yang para ilmuwan gunakan untuk memahami kehidupan.

Pemikiran Darwin: evolusi melalui seleksi alam

Charles Darwin mengembangkan pemikiran bahwa tiap-tiap spesies berkembang dari nenek moyang yang sama, dan pada tahun 1838, ia menjelaskan bagaimana proses yang ia sebut sebagai seleksi alam ini dapat mengakibatkan hal ini terjadi.[5] Pemikiran Darwin mengenai cara kerja evolusi bergantung pada pengamatan-pengamatan berikut:[6]

  • Jika seluruh individu spesies berhasil bereproduksi, populasi spesies tersebut akan meningkat secara tidak terkendali.
  • Populasi cenderung tetap dari tahun ke tahun.
  • Sumber daya alam terbatas.
  • Tiada dua individu organisme suatu spesis yang persis mirip satu sama lainnya.
  • Kebanyakan variasi dalam suatu populasi dapat diwariskan kepada keturunan selanjutnya.
 
Charles Darwin mengajukan teori evolusi melalui seleksi alam

Darwin menyimpulkan oleh karena organisme menghasilkan keturunan yang lebih banyak daripada yang lingkungan dapat dukung, pastilah terdapat persaingan untuk bertahan hidup, dan hanya beberapa individu yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi. Darwin menyadari bahwa keberlangsungan hidup tidaklah didasarkan pada kebetulan belaka. Namun, keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu, dan sifat-sifat ini dapat membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi individu. Individu yang beradaptasi dengan baik memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan keturunan yang lebih banyak. Kemampuan beradaptasi yang tidak setara ini dapat menyebabkan perubahan perlahan dalam suatu populasi. Sifat-sifat yang membantu suatu organisme bertahan hidup dan bereproduksi akan berakumulasi dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sebaliknya, sifat-sifat yang menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi akan menghilang. Darwin menggunakan istilah seleksi alam untuk menjelaskan proses ini.[7]

Seleksi alam sering disamakan dengan sintasan yang terbugar (survival of the fittest), namun ekspresi ini sebenarnya dicetuskan oleh Herbert Spencer pada buku Principles of Biology tahun 1864, setelah Charles Darwin menerbitkan hasil kerjanya. Sintasan yang terbugar menjelaskan proses seleksi alam dengan tidak benar, karena seleksi alam bukanlah hanya mengenai keberlangsungan hidup, dan tidaklah selalu yang paling bugar (fittest) yang bertahan hidup.[8]

Pengamatan terhadap variasi pada hewan dan tumbuhan merupakan dasar-dasar teori seleksi alam. Sebagai contoh, Darwin memantau bahwa bunga anggrek dan serangga mempunyai hubungan dekat yang mengijinkan penyerbukan pada tumbuhan. Ia mencatat bahwa bunga anggrek mempunyai variasi pada strukturnya yang menarik serangga, sedemikian rupanya serbuk sari yang berasal dari bunga akan menempel pada tubuh serangga. Dengan begitu, serangga akan memindahkan serbuk sari dari anggrek jantan ke anggrek betina. Walaupun struktur bunga anggrek tampaknya rumit, namun bagian terspesialisasi ini terbuat dari struktur dasar yang dapat ditemukan pada bunga lain. Pada buku Fertilisation of Orchids karya Darwin, ia mengajukan bahwa bunga anggrek tidak mewakili hasil karya seorang insinyur yang ideal, namun diadaptasi dari bagian-bagian yang telah ada melalui seleksi alam.[9]

Darwin masih meneliti dan bereksperimen dengan pemikirannya mengenai seleksi alam ketika ia menerima sepucuk surat dari Alfred Wallace yang menulis tentang teori yang mirip dengan teori Darwin. Kedua orang tersebut kemudian mempublikasikan teori mereka secara bersamaan. Baik Wallace dan Darwin melihat sejarah kehidupan seperti sebuah pohon, dengan tiap pangkal cabang pohon merupakan nenek moyang bersama dan ujung cabang mewakili spesies modern yang berevolusi dari nenek moyang bersama ini. Untuk menjelaskan hubungan ini, Darwin mengatakan bahwa semua makhluk hidup adalah berkerabat, dan ini berarti bahwa semua kehidupan haruslah berasal dari beberapa bentuk kehidupan, atau bahkan dari satu nenek moyang bersama. Ia menyebut proses ini sebagai "keturunan dengan modifikasi".[6]

Darwin mempublikasi teori evolusi melalui seleksi alamnya dalam buku On the Origin of Species pada tahun 1859. Teorinya memberikan implikasi bahwa semua kehidupan, termasuk pula manusia, merupakan hasil dari proses-proses alami yang berkelanjutan. Implikasi ini mendapatkan keberatan dari berbagai pihak-pihak keagamaan yang percaya bahwa jenis-jenis kehidupan yang bervariasi diciptakan oleh Sang pencipta.[10] Keberatan tersebut berbeda 180 derajat dengan tingkat dukungan para ilmuwan yang mencapat lebih dari 99 persen pada zaman sekarang.[11]

Sumber variasi

Teori seleksi alam Darwin menjadi kerangka dasar teori evolusi modern. Eksperimen dan pengamatan yang dilakukan oleh Darwin menunjukkan bahwa organisme dalam suatu populasi bervariasi, dan beberapa variasi tersebut terwariskan dan dapat diseleksi secara alami. Namun, Darwin tidak dapat menjelaskan sumber variasi ini. Sama seperti para ilmuwan sebelumnya, Darwin beranggapan bahwa sifat-sifat terwariskan ini merupakan akibat dari penggunaan ataupun ketidakgunaan organ tertentu, dan sifat yang didapatkan selama hayat organisme tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya. Ia mengambil contoh burung unta yang mendapatkan makanannya di daratan. Kaki burung unta menjadi lebih kuat oleh karena digunakan secara terus menerus dan sayap yang jarang digunakan pada akhirnya membuat burung unta tidak dapat terbang.[12] Kesalahpahaman ini disebut "pewarisan karakter yang didapatkan" dan merupakan bagian dari teori transmutasi spesies yang diajukan oleh Jean-Baptiste Lamarck pada tahun 1809. Pada akhir abad ke-19, teori ini menjadi apa yang dikenal sebagai Lamarckisme. Darwin mengembangkan sebuah teori yang dia sebut sebagai pangenesis untuk menjelaskan bagaimana karakteristik yang didapatkan selama hidup organisme dapat diwariskan. Pada tahun 1880-an, eksperiman August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan yang diakibatkan oleh penggunaan ataupun ketidakgunaan terus menerus organ tertentu tidak dapat diwariskan, dan Lamarckisme secara perlahan ditinggalkan.[13]

Informasi yang hilang yang diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat terwariskan ini dijawab oleh hasil kerja Gregor Mendel pada bidang genetika. Eksperimen Mendel dengan beberapa generasi tumbuhan kacang polong menunjukkan bahwa pewarisan bekerja dengan memisahkan dan mengacak informasi pewarisan semasa pembentukan sel kelamin dan merekombinasi informasi tersebut semasa pembuahan. Hal ini mirip dengan pengocokan kartu, dengan organisme tertentu mendapatkan campuran acak dari setengah set kartu yang berasal dari satu pihak orang tua, dan setengah sisanya berasal dari pihak lainnya. Mendel menyebut informasi ini sebagai faktor; namun pada zaman sekarang informasi ini dikenal dengan nama gen. Gen adalah satuan dasar hereditas organisme hidup. Ia mengandung informasi-informasi yang akan menentukan perkembangan fisik dan perilaku organisme.

Catatan kaki

  1. ^ Gould, Stephen J. (2002). The Structure of Evolutionary Theory. Harvard University Press. hlm. 1433. ISBN 0674006135, 9780674006133 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  2. ^ "An introduction to evolution", Understanding Evolution: your one-stop source for information on evolution (web resource), The University of California Museum of Paleontology, Berkeley, 2008, diakses tanggal 2008-01-23 
  3. ^ Cavalier-Smith T (2006). "Cell evolution and Earth history: stasis and revolution" (pdf). Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci. 361 (1470): 969–1006. doi:10.1098/rstb.2006.1842. PMID 16754610. Diakses tanggal 2008-01-24. 
  4. ^ Rhee, Sue Yon (1999). "Gregor Mendel". Access Excellence. National Health Museum. Diakses tanggal 2008-01-05. 
  5. ^ Eldredge, Niles (Spring 2006). "Confessions of a Darwinist". The Virginia Quarterly Review: 32–53. Diakses tanggal 2008-01-23. 
  6. ^ a b Wyhe, John van (2002). "Charles Darwin: gentleman naturalist". The Complete Work of Charles Darwin Online. University of Cambridge. Diakses tanggal 2008-01-16. 
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Geographic
  8. ^ Futuyma, D. J. (2005). The Nature of Natural Selection. Ch. 8, pages 93-98 in Cracraft, J. and Bybee R. W. (Eds.) Evolutionary Science and Society: Educating a New Generation. American Institute of Biological Sciences.
  9. ^ Wyhe, John van (2002). "Fertilisation of Orchids". The Complete Works of Charles Darwin. University of Cambridge. Diakses tanggal 2008-01-07. 
  10. ^ DeVries A (2004). "The enigma of Darwin". Clio Med. 19 (2): 136–55. PMID 6085987. 
  11. ^ Delgado, Cynthia (2006). "Finding the Evolution in Medicine". NIH Record (National Institutes of Health). Diakses tanggal 2007-12-21. 
  12. ^ (Darwin 1872, hlm. 108.) Effects of the increased Use and Disuse of Parts, as controlled by Natural Selection
  13. ^ Ghiselin, Michael T. (September/October 1994), "Nonsense in schoolbooks: 'The Imaginary Lamarck'", The Textbook Letter, The Textbook League, diakses tanggal 2008-01-23 

Referensi

Bacaan lebih lanjut

  • Darwin, Charles (1996), Beer, Gillian, ed., The origin of species, Oxford: Oxford University Press, ISBN 019283438X 
  • Gamlin, Linda (1998). Evolution (DK Eyewitness Guides). New York: DK Pub. ISBN 0751361402. 
  • Howard, Jonathan (2001). Darwin: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0192854542. 
  • Liam Neeson (narrator). Evolution: a journey into where we're from and where we're going (web resource) (DVD). South Burlington, VT: WGBH Boston / PBS television series Nova. ASIN B00005RG6J. Diakses tanggal 2008-01-24.  - Age level: Grade 7+
  • Burnie, David (2002). Evolution. New York: DK Pub. ISBN 078948921X. 
  • Horvitz, Leslie Alan (2002). The complete idiot's guide to evolution. Indianapolis: Alpha Books. ISBN 0028642260. 
  • Charlesworth, Deborah; Charlesworth, Brian (2003). Evolution: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0192802518. 
  • Sis, Peter (2003). The tree of life: a book depicting the life of Charles Darwin, naturalist, geologist & thinker. New York: Farrar Straus Giroux. ISBN 0-374-45628-3. 
  • Thomson, Keith Stewart (2005). Fossils: a very short introduction. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0192805045. 
  • Greg Krukonis (2008). Evolution For Dummies (For Dummies (Math & Science)). For Dummies. ISBN 0-470-11773-7. 

Pranala luar