Djoko Susanto
Djoko Susanto (lahir Kwok Kwie Fo, 9 Februari 1950, Jakarta, Indonesia) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah pemilik grup Alfamart, bisnis ritel minimarket. Pada 2014, Forbes menempatkan ia pada urutan 27 dari 50 orang terkaya di Indonesia.[2]
Djoko Susanto | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Kwok Kwie Fo 9 Februari 1950 Jakarta |
Anak | Hanto Djoko Susanto Budiyanto Djoko Susanto Feny Djoko Susanto |
Pekerjaan | Pengusaha Pendiri Alfamart Pendiri Universitas Bunda Mulia |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan awal
Djoko adalah anak keenam dari 10 bersaudara,[3] ia hanya mencapai kelas 1 dan terpaksa harus putus sekolah karena pemerintah Indonesia melarang siswa dengan nama-nama Cina (ia kemudian mengubah nama terakhir). Pada usia 17 ia mulai mengelola usaha milik orang tuanya 560-kaki kios sederhana dengan nama Sumber Bahagia di dalam Pasar Arjuna,[4] sebuah pasar tradisional di Jakarta. Kios tersebut menjual bahan makanan pada saat itu, selanjutnya ia juga menjual rokok dan membuka warung. Kesuksesannya ini menarik perhatian Putera Sampoerna, yang mempunyai salah satu perusahaan rokok tembakau dan cengkih terbesar di Indonesia saat itu. Mereka bertemu pada awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta. Pada 27 Agustus 1989 Lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat yang mempunyai konsep supermarket. Nama "Alfa" digunakan karena bersifat netral, tidak mengandung salah satu nama kedua orang pendirinya. Alfa Toko Gudang Rabat inilah cikal bakal kesuksesan Djoko Susanto dengan brand Alfa.
Kerajaan Bisnis
Ia melanjutkan kemitraan dengan Putera Sampoerna. Belakangan, sebuah raksasa rokok internasional, Philip Morris International, membeli saham Putera di HM Sampoerna. PMI lalu menjual 70% saham HM Sampoerna di usaha ritelnya ke Djoko karena tidak ingin berbisnis yang bukan usaha utamanya. Di bawah kendali penuh Djoko saat itu, ia kemudian mengembangkan bisnis ritel PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, yang menjalankan lebih dari 5.500 toko di bawah beberapa merek seperti Alfamart, Alfa Express, Alfamidi dan Lawson.
Pada 2007, ia mendirikan Alfamidi dengan badan hukum bernama PT. Midimart Utama. Ini merupakan salah satu idenya dalam diferensiasi merek yang berakhir sukses. Namun tidak semua usahanya sukses. Alfa Supermarket yang awalnya bernama Alfa Toko Gudang Rabat akhirnya harus dijual kepada Carrefour. Hal ini karena Alfa Supermarket tidak menghasilkan pendapatan yang signifikan akibat kalah bersaing dengan supermarket lain. Akhirnya ia fokus pada ritel mini market. Langkah Djoko tepat dalam menginvestasikan uangnya ke Alfamart dan Alfamidi. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya gerai Alfamart di berbagai daerah dan terbentuknya kerja sama Alfamidi dengan Lawson.[5]
Bisnis ini pula yang mengantar Djoko menjadi orang terkaya ke-25 di Indonesia pada 2011, dan naik ke peringkat ke-17 pada awal 2012, menurun menjadi 20 pada bulan November 2012.[6] Pada tahun 2014, ia berada di urutan 27.[7]
Yayasan Pendidikan Bunda Mulia
Melalui Yayasan Pendidikan Bunda Mulia yang didirikan pada tahun 1986, Djoko Susanto mendirikan Universitas Bunda Mulia dan Sekolah Bunda Mulia. Di Yayasan pendidikan Bunda Mulia, ia menjadi Pendiri dan Penasihatnya. Tahun 2003, Yayasan Pendidikan Bunda Mulia mengembangkan kampus yang berlokasi di Jl. Lodan Raya No.2, Jakarta utara, dengan luas tanah 45.000 m2 dan pada tahun 2017 mendirikan gedung kampus di Alam Sutera, Tanggerang Selatan.
Lihat juga
Referensi
- ^ "Djoko Susanto". Forbes.
- ^ Artikel:"Ini Daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia" di Liputan6.com
- ^ Artikel:"Banyak Orang Terkaya di Indonesia Memulai Bisnis dari Nol dan Miskin" di detik.com
- ^ Artikel:"Kisah Joko 'Alfamart' Susanto, Si Miliarder Baru" di tempo.co.id
- ^ Artikel:"Perjalanan Wirausaha Djoko Susanto, Sang Pendiri Aflamart" di www.wartawirausaha.com
- ^ [http: //www.forbes.com/ profil / djoko-susanto / "40 orang terkaya di Indonesia November 2012"] Periksa nilai
|url=
(bantuan). Diakses tanggal 2013/01/31. - ^ Daftar Indonesia’s 50 Richest di Forbes.com