Hamid Jabbar

Revisi sejak 3 Juni 2022 20.11 oleh AriefSigli (bicara | kontrib) (Editan kecil pada beberapa bagian dan rujukan baru yang bisa diakses.)

Hamid Jabbar (27 Juli 1949 – 29 Mei 2004) adalah seorang wartawan, sastrawan dan penyair Indonesia. Ia merupakan salah seorang tokoh sastrawan Angkatan 70-an yang dikenal sebagai penyair yang peka terhadap nilai-nilai religius yang bernafaskan Islam.

Hamid Jabbar
Lahir(1949-07-27)27 Juli 1949
Indonesia Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat
Meninggal29 Mei 2004(2004-05-29) (umur 54)
Indonesia Jakarta
KebangsaanIndonesia Indonesia
PekerjaanSastrawan, penyair
Dikenal atasSastrawan Angkatan 70-an

Pada tahun 1978, penyair yang seangkatan dengan Sutardji Calzoum Bachri dan Abdul Hadi WM ini menulis puisi panjang yang terkenal dengan judul Indonesiaku.

Selain sebagai sastrawan, Hamid Jabbar juga dikenal sebagai wartawan. Ia pernah berkarier sebagai jurnalis Indonesia Express, redaktur Balai Pustaka, serta redaktur senior majalah sastra Horison yang didirikan oleh Mochtar Lubis.

Hamid menikah pada tanggal 16 Februari 1975 dengan seorang wanita bernama Yulianis Zain. Istrinya tersebut berasal dari Lubuk Minturun, Sarjana Muda Jurusan Bahasa Arab, IAIN Imam Bonjol. Pernikahan itu dikaruniai dua orang anak, yaitu Meuthia Aulia Jabbar dan Lilla Aulia Jabbar.[1]

Hamid Jabbar meninggal dunia pada 29 Mei 2004 ketika sedang membacakan puisi karyanya yang berjudul Merajuk Budaya Menyatukan Indonesia, dalam suatu acara Dies Natalis Universitas Islam Negeri Jakarta.

Karya

Buku puisi antara lain:

  • Dua Warna (kumpulan puisi, 1974)
  • Poco-Poco (kumpulan puisi, 1974)
  • Wajah Kita (kumpulan puisi, 1981)
  • Rencong Gajah (kumpulan puisi, 1984)[1]

Puisi lepas antara lain:

  • Doa Mabuk Para Tiran (dimuat dalam Mingguan Pelita, 13 Januari 1991)
  • Gairah Kdiamat 1 dan Gairah Kdiamat 2 (dimuat dalam Sinar Harapan, 30 Juli 1983)
  • Setitik Nur (dimuat dalam Berita Buana, 25 November 1980)
  • Tetapi dan Debu (dimuat dalam Pelita, 26 Oktober 1979)
  • Nyanyian Belum, Nyanyian Dalam, Nyanyian Jauh, dan Nyanyian Purba (dimuat dalam Berita Buana, 10 Agustus 1982)
  • Beri Aku Satu yang Tetap dalam Diriku dan Ternyata (dimuat dalam Panji Masyarakat, 11 Juni 1979)
  • Potong Bebek Angsa (dimuat dalam Pelita 12 Juni 1979)
  • Di Taman Bunga, Luka Tercinta, Gedung Merdeka, Sukabumi, dan Telah dan Kecuali (dimuat dalam Sinar Harapan, 6 November 1982)
  • Komputer Teler (dimuat dalam Pelita, 18 Maret 1987)[1]

Referensi

  1. ^ a b c "Hamid Jabbar". Ensiklopedia Sastra Indonesia. Diakses tanggal 2022-06-04. 

Pranala luar