Jalan Raya Cililitan–Tanjung Priok

jalan raya di Indonesia
Revisi sejak 4 Juni 2022 10.27 oleh RasyaAbhirama13 (bicara | kontrib) (Pelanjutan pembuatan artikel baru)

Jalan Raya Cililitan - Tanjung Priok (atau lebih dikenal dengan nama Djakarta Bypass atau Bypass) adalah sebuah ruas Jalan Raya di wilayah Provinsi DKI Jakarta, Indonesia yang memiliki panjang 27 km yang menghubungkan Jalan Dewi Sartika dan Jalan Raya Bogor di kawasan Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur hingga ke kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Jalan ini terbagi menjadi empat bagian, yakni Jl. Mayjen Sutoyo, Jl. D.I. Panjaitan, Jl. Jenderal Ahmad Yani, dan Jl. Yos Sudarso. Jalan Raya ini diresmikan oleh Presiden RI yang pertama, Ir. Soekarno pada 21 Oktober 1963.[1] Di sepanjang jalan raya ini juga dilewati oleh Jalan Tol Layang Ir. Wiyoto Wiyono yang dibangun di atas Jalan Raya ini.

Jalan Raya Cawang-Tanjung Priok
Djakarta Bypass
Informasi rute
Panjang:27 km (17 mi)
Berdiri:21 Oktober 1963 – sekarang
Persimpangan besar
 Simpang Cililitan, Simpang Cawang, Kalimalang, Kampung Melayu/Basuki Rahmat, Flyover Jatinegara, Utan Kayu, Pemuda/ Pramuka, Kayu Putih, Cempaka Putih, dan Kelapa Gading
Letak
Kota besar:Jakarta Timur
Jakarta Utara
Sistem jalan bebas hambatan

Jalan Raya ini dibangun dengan tujuan untuk memperlancar aktivitas dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju ke pusat kota Jakarta, dan sekaligus menjadi tolak ukur dari perkembangan kota Jakarta di sebelah timur. Jalan ini juga berperan penting untuk menciptakan jalan yang bercabang dengan orientasi barat-timur dari kota Jakarta yang didominasi poros jalan utara-selatan.[2]

Sejarah

Latar Belakang

Pembangunan Jalan Djakarta Bypass merupakan salah satu rancangan Soekarno untuk menjadikan Jakarta sebagai "mercusuar' bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang baru dan kuat. Rancangan tersebut juga merupakan salah satu bagian dari persiapan Jakarta sebagai tuan rumah Pesta Olahraga Asia (Asian Games) 1962.

Persiapan Asian Games 1962 melibatkan hubungan diplomatik dengan Uni Soviet dan Jepang, dimana pihak Uni Soviet turun tangan dalam pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno dan pihak Jepang turun tangan dalam pembangunan Hotel Indonesia sebagai tempat penginapan tamu-tamu negara selama Asian Games berlangsung. Setelah Uni Soviet dan Jepang, pemerintah Indonesia pernah meminta (atau lebih tepatnya menantang) Amerika Serikat untuk turut membangun infrastruktur penunjang Asian Games.

Pada saat itu hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Amerika Serikat dinilai kurang harmonis, disebabkan tudingan terhadap AS yang membantu pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tudingan tersebut berdasarkan penangkapan Allen Pope, seorang pilot pesawat B-26 berkebangsaan Amerika Serikat yang menembaki rakyat Indonesia di Maluku pada tahun 1958.[1]

Namun pada akhirnya, Pemerintah Indonesia sepakat untuk mebebaskan Allen Pope setelah bernegosiasi dengan pihak Amerika Serikat. Dalam negosiasi tersebut, pemerintah AS menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk membangun sebuah Jalan Raya sepanjang 27 km yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok menuju ke daerah Cawang dan Cililitan yang sekaligus menjadi akses dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma. Jalan raya tersebut mejadi cikal bakal dari Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok (Djakarta Bypass).

Pembangunan

Pembangunan dimulai sekitar tahun 1960 hingga akhir 1963. Selama pembangunan, Jalan Djakarta Bypass pernah digunakan sebagai jalur kendaraan pengangkut kebutuhan pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang datang dari pelabuhan Tanjung Priok. Pada tahun 1962, saat Asian Games berlangsung, jalan ini pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaran marathon dan balap sepeda pada Asian Games 1962.[2]

Peresmian

Peresminan Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok (Djakarta Bypass) dilakukan pada tanggal 21 Oktober 1963. Diperkirakan lokasi peresmian berada di kawasan Kalimalang.[1] Peresmian tersebut dihadri oleh Presiden Soekarno, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia; Howard P. Jones, Gubernur Jakarta; Soemarno Sosroatmodjo, perwakilan negara-negara sahabat, dan warga Jakarta yang tumpah ruah. Pada saat itu, Soekarno memberikan pidato sebelum peresmian. Setelah itu Soekarno langsung mengunting pita peresmian Jalan Djakarta Bypass dan langsung menginspeksi jalan raya baru tersebut.

Pembangunan Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono

Seiring dengan cepatnya laju Urbanisasi di Jakarta pada awal tahun 1980-an, jalan Djakarta Bypass menjadi salah satu ruas jalan termacet di Jakarta. Oleh karenanya, pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto merencanakan pembangunan Jalan Tol Layang Cawang Tanjung Priok (Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono) yang merupakan bagian dari rencana Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta. Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono merupakan Jalan Tol Layang pertama di Indonesia yang memiliki panjang 15 km yang menjadi terusan dari Jalan Tol Jagorawi menuju ke pelabuhan Tanjung Priok.

Kemacetan parah di ruas jalan Djakarta Bypass yang kerap terjadi setiap hari menjadi tantangan tersendiri bagi pembangunan Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono, karena pembangunan tiang jalur layang dapat mengganggu arus lalu lintas. Walaupun demikian, sebuah terobosan dalam dunia teknik konstruksi lahir, yakni Teknik Sosrobahu. Teknik ini digunakan untuk memutar bahu lengan beton dari Jalan layang. Keunggulannya adalah dapat mengurangi gangguan terhadap arus lalu lintas yang padat. Teknik ini pertama kali ditemukan pada tahun 1988 oleh seorang insinyur asal Bali, Tjokorda Raka Sukawati.

Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono diresmikan pada tahun 1990, dan diharapkan dapat mengurangi kemacetan parah yang kerap terjadi di Djakarta Bypass yang terletak di bawah jalan tol tersebut.

Bagian

Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok (Djakarta Bypass) terbagi menjadi empat ruas jalan, tiga diantaranya dinamakan setelah Pahlawan Revolusi Indonesia yang menjadi korban dalam peristiwa G30S PKI. Bagian ruas jalan tersebut yakni;

Secara administratif, jalan raya ini melewati wilayah:

Diurutkan dari arah Cililitan ke Tanjung Priok

Transportasi

 
Salah satu rute bus yang melewati Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok adalah Transjakarta Koridor 10 PGC-Tanjung Priok (April 2016).

Jalur Bus

Jalan Raya Cawang-Tanjung Priok dilewati oleh Transjakarta Koridor 10 yang terus menelusuri jalan raya ini hingga simpang Jalan Enggano. Jalan ini juga dilewati oleh trayek bus APTB, Mayasari Bakti, MetroMini, dan PPD.

Jalan Tol

 
Jalan Tol Ir. Wyoto Wiyono. Jalan Tol layang petama di Indonesia yang dibangun di atas Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok.

Disepanjang jalan raya ini juga dilewati Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono yang dibangun di atas Jalan Raya ini. Jalan Tol tersebut memiliki panjang 15 km dari Tol Jagorawi hingga pelabuhan Tanjung Priok. Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono merupakan salah satu bagian dari jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta.

Selain Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono, Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok juga dilewati oleh Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), yang berawal dari simpang Kampung Melayu/Basuki Rahmat hingga ke Kota Bekasi, Jawa Barat.

Referensi

  1. ^ a b c Djakarta Bypass, diakses tanggal 2022-06-04 
  2. ^ a b Gelora Bung Karno: Asian Games 2018. Jakarta: IMAJI Books. hlm. 67. ISBN 978-602-4260-53-3 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan).