Delta Dunia Makmur
PT. Delta Dunia Makmur Tbk (IDX: DOID) merupakan perusahaan publik yang bergerak di bidang pertambangan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini tercatat di BEI pada 15 Juni 2001.
Publik (IDX: DOID) | |
Industri | batu bara |
Didirikan | 1994 |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh kunci | Hagianto Kumala (CEO), Hamid Awaludin (President and Independent Commissioner) |
Produk | batu bara |
Pendapatan | USD 611 Million (2016) |
USD 37 Million (2016) | |
Karyawan | 9.600 (2016) |
Situs web | www.deltadunia.com |
Sejarah
Perusahaan garmen
Perusahaan didirikan dengan nama PT Daeyu Poleko Indonesia pada 26 November 1990 dan mulai beroperasi di tahun 1992.[1] Mulanya, perusahaan ini merupakan produsen garmen yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, hasil patungan dari Poleko Group (perusahaan milik keluarga Baramuli)[2] dan Daeyu, sebuah perusahaan garmen asal Korea Selatan.[3] Perusahaan yang dibangun dengan investasi US$ 2 miliar ini memiliki status penanaman modal asing[4] dengan produk utamanya adalah garmen seperti sweater[5] yang 90%-nya diekspor.[6] Daeyu pada 1995 memiliki 28,6% saham di Daeyu Poleko,[7] yang kemudian menjadi 36,45% pada 1996.[8] Pada tanggal 14 Mei 1998, status penanaman modal asing diganti menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri.[4]
Tiga tahun kemudian, di tanggal 15 Juni 2001, perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan melepas 72 juta sahamnya, yang ditawarkan dengan harga Rp 150. Pada tahun tersebut, perusahaan telah berganti nama menjadi PT Daeyu Orchid Indonesia.[9] Daeyu Orchid kemudian memiliki anak usaha bernama PT Orchid Beautiful Garment Indonesia[10] yang sebelumnya juga dimiliki oleh Poleko Group.[11] Anggota keluarga Baramuli juga sempat masih tercatat dalam kepemimpinan perusahaan.[12] Belakangan, di bulan Maret 2003, anak usaha Daeyu Orchid, PT Orchid Beautiful dilepas.[10] Kemudian, pada rights issue pada Juli-Agustus 2004,[9] masuklah pemodal baru, yaitu PT Dipankara Abadi dalam transaksi senilai Rp 56,5 miliar ini. Kemudian, 77,32% dana hasil rights issue digunakan bagi akuisisi PT Delta Merlin Sandang Tekstil[13] yang berbasis di Jl. Raya Solo-Sragen, Sragen, Jawa Tengah. Delta Merlin sendiri merupakan perusahaan yang telah beroperasi sejak 2001 dan awalnya dimiliki oleh Sumitro, pendiri Duniatex.[14] Pada saat yang sama, juga dilakukan pemindahan kantor pusat dari Jakarta ke Sragen, sesuai kantor pusat anak usahanya.[10] Inilah proses yang bisa dibilang sebagai backdoor listing pertama yang melibatkan perusahaan ini. Perusahaan mencatatkan laba bersih Rp 1,7 miliar dan aset Rp 1,2 triliun pada 2005,[15] dan mencatatkan laba bersih Rp 2,23 miliar pada 2006.[4]
Pada tanggal 12 Oktober 2005, nama perusahaan diganti lagi menjadi PT Delta Dunia Petroindo Tbk,[16] yang diiringi perluasan usaha ke bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, pengangkutan darat dan jasa dari sebelumnya hanya produksi garmen/tekstil,[17] walaupun usaha utamanya sebenarnya masih pada bidang tersebut. Kepemilikan saham perusahaan ini pada 2006 dikuasai oleh PT Texta Indonesia (81,94%), sisanya publik. Diperkirakan, masih ada hubungan pengendalian antara Duniatex dan perusahaan ini.[18] Pada tahun 2006, kepemilikan saham Delta Dunia Petroindo di anak usaha utamanya, PT Delta Merlin, terdilusi menjadi 76,31%, dan belakangan lenyap pasca dilepas seluruhnya di tanggal 26 Desember 2007 kepada PT Delta Dunia Textile yang dimiliki Duniatex.[14]
Perusahaan properti
Pada tahun 2008, perusahaan banting setir ke dunia properti dengan mengakuisisi PT Margamas Griya Realty, PT Nusamakmur Ciptasarana dan PT Sanurhasta Mitra sebanyak 99%,[10] yang beroperasi di Bali, Surabaya dan Balikpapan. Nama perusahaan diubah kembali ke PT Delta Dunia Property Tbk di tanggal 5 Agustus 2008, dengan kantor pusatnya kini kembali ke Jakarta.[10][19] Namun, kepemilikan perusahaan tetap berada di tangan PT Texta Indonesia pada akhir 2008. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), kemudian masuklah nama Benny Wirawansa dalam jajaran komisaris.[20] Ia dianggap merupakan tokoh utama dalam perusahaan ini.[21]
Pada tahun 2009, komposisi kepemilikan perusahaan kembali mengalami perubahan, menjadi Benny 26,09%, Edy Suwarno sebanyak 7,52% dan PT Texta Indonesia sebanyak 49,02%, yang kemudian ketiganya mengalihkan kepemilikannya ke Lion Trust, Amicorp Trustees dan Credence Trust di tanggal 10 September 2009.[22][23] Northstar adalah perusahaan yang dikomandoi oleh Patrick Walujo. Sebelum transaksi penjualan ke Northstar dilakukan, manajemen sebenarnya sudah menargetkan akan terjun ke bisnis batu bara lewat rencana akuisisi 3 perusahaan kontraktor batu bara. Namun, akhirnya hanya PT Bukit Makmur Mandiri Utama yang berniat diakuisisi, dengan total transaksi Rp 5,5 triliun.[24] Rupanya, Bukit Makmur sejak 2008 sudah dikuasai oleh Patrick Walujo juga setelah diakuisisinya dari Jimmy Budiarto.[25] Maka, kemudian diakuisisilah perusahaan itu, yang berarti menjadikan perusahaan ini dijadikan alat backdoor listing untuk yang ketiga kalinya, yang transaksinya selesai pada 6 November 2009.[26]
Perusahaan batu bara
Bukit Makmur Mandiri Utama merupakan perusahaan kontraktor tambang terbesar kedua yang melayani sejumlah perusahaan tambang besar sejak didirikan pada 1998. Perusahaan yang kemudian Patrick Walujo juga duduk dalam posisi komisaris ini,[27] sebelumnya sejak 16 Oktober 2009 telah mengganti namanya dari PT Delta Dunia Property Tbk menjadi PT Delta Dunia Makmur Tbk. Fokus bisnis utama perusahaan kemudian juga menjadi pertambangan, perdagangan dan pembangunan.[1] Kemudian, Delta Dunia Makmur melakukan divestasi terhadap seluruh anak usahanya yang bergerak di bidang properti pada tahun 2010.[28] Pasca terjun ke bisnis batu bara, tercatat pendapatan perusahaan naik dari Rp 2,7 triliun dari Rp 661 miliar dan untung Rp 206,9 miliar dari merugi Rp 1,8 miliar pada kuartal pertama 2010 dan 2009.[29] Meskipun demikian, akibat tergantung harga komoditas, belanja modal yang besar dan berusaha menyelesaikan pinjaman US$ 825 juta (yang diperoleh anak usahanya PT Bukit Makmur) yang kemudian berbunga, maka perusahaan ini cenderung kurang bagus kinerjanya[25] dan sering merugi secara tahunan, dari 2009-2011.[30]
Untuk memperluas usahanya, pada tahun 2010, Delta Dunia Makmur sempat merencanakan akan mengakuisisi PT Berau Coal Energy, dan mengalihkan kepemilikannya ke Recapital Group, namun gagal.[31] Perusahaan yang menambang 13,2 juta ton batu bara hingga Mei 2011 ini[32] kemudian melanjutkan akuisisinya pada Oktober 2012 di dua perusahaan tambang batu bara yang belum berproduksi yaitu PT Banyu Biru Sakti dan PT Pulau Mutiara Persada senilai Rp 162 milyar. Kedua perusahaan ini memiliki konsesi 11.000 ha di Kalimantan Timur dan Jambi.[25]
Pranala luar
- ^ a b Lap Tahunan DOID 2021
- ^ Pendidikan Kewarganegaraan
- ^ Major Wholesalers & Retailers
- ^ a b c Indonesian Capital Market Directory
- ^ Direktori Industri Pengolahan Indonesia
- ^ Indonesia Development News, Volume 14,Masalah 2
- ^ Korea Company Handbook
- ^ Korea Company Yearbook 1996/97
- ^ a b Sejarah dan Profil Singkat DOID (Delta Dunia Makmur Tbk)
- ^ a b c d e UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FACULTY OF FILEPETROINDO, TBK. SETELAH BERUBAH NAMA MENJADI PT....
- ^ Dharmasena, Bagian 16,Masalah 30-41
- ^ Pemegang Saham - Saham Gorengan
- ^ Daeyu Orchid akan Lakukan Right Issue
- ^ a b Bos Duniatex pernah melego perusahaannya ke Delta Dunia Makmur (DOID)
- ^ Harga Saham Merosot 80%, Delta Dunia Petroindo Disuspensi
- ^ DOID ~ Delta Dunia Makmur Tbk.
- ^ BAB IV-HASIL PENELITIAN..
- ^ LAPKEU DOID 2006
- ^ Pendirian Perusahaan...
- ^ DOID 2008
- ^ Warren Buffett ala Indonesia?
- ^ Akuisisi 40% Saham DOID, Northstar Habiskan US$ 350 Juta
- ^ 3 Pengendali DOID Lepas Seluruh Kepemilikan Rp 8,264 Triliun
- ^ Bisnis Tambang Kian Diincar, Koran Jakarta 22 Agustus 2009
- ^ a b c Delta Dunia Makmur, Debt Problem
- ^ Delta Dunia Tuntaskan Akuisisi Bukit Makmur
- ^ LapTahunan DOID 2009
- ^ Tinggalkan Bisnis Properti, Delta Dunia Jual Lahan 124 hektar
- ^ Emiten Tambang ingin Propertinya Terjual di 2010, Koran Jakarta, 8 Oktober 2010
- ^ DOID ( PT Delta Dunia Makmur Tbk ) rugi bersih 3 (tiga) tahun berturut-turut
- ^ Indonesia's Delta Dunia, Recapital talks on Berau Coal fail
- ^ Produksi Delta Dunia naik tipis