Pengaruh bahasa Belanda dapat secara signifikan tercerminkan pada bahasa-bahasa lain, terutama pada bahasa negara-negara yang pernah menjadi bagian dari kolonialisme Belanda. Diantara bahasa-bahasa yang terpengaruh ialah bahasa Afrikaans maupun bahasa Indonesia, yang mana juga dapat diklasifikasikan sebagai 'turunan' bahasa Belanda dalam skala tertentu.
Bahasa Afrikaans dan bahasa Indonesia pada mulanya merupakan suatu kesatuan bahasa yang dikenali sebagai bahasa Pecok. Bahasa tersebut merupakan sebuah bentuk kreol dari bahasa Belanda yang kerap digunakan dalam masyarakat jajahan dibawah kolonialisasi Belanda. Di Afrika Selatan, bahasa Pecok yang kemudian berteansformasi menjadi bahasa Afrikaans sekitar 75-80% masih dapat dipahami oleh penutur bahasa Belanda dikarenakan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan, sedangkan di Indonesia, bahasa Pecok yang kemudian bertransformasi menjadi bahasa Indonesia mungkin hanya sekitar 50-55% yang masih dipahami oleh penutur bahasa Belanda dikarenakan bahasa tersebut telah tercampur dengan pengaruh linguistik utamanya dari bahasa Mardijker, bahasa Jawa, dan bahasa Betawi.