Widodo Budidarmo
Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Widodo Budidarmo, PSM (1 September 1927 – 5 Mei 2017) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) antara 1974 dan 1978. Ia adalah Kapolri non Muslim pertama dalam sejarah.[1][2] Widodo mengenyam pendidikan umum di HIS (1934–1941), lalu melanjutkan ke Sekolah Teknik (1942–1946). Semasa dalam pendidikan sekolah menengah itu, ia sudah aktif mengangkat senjata untuk ikut dalam Perang Kemerdekaan di Jawa Timur. Widodo masih dapat menyelesaikan SMA-nya tahun 1950.
Widodo Budidarmo | |
---|---|
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-7 | |
Masa jabatan 26 Juni 1974 – 25 September 1978 | |
Presiden | Soeharto |
Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya ke-8 | |
Masa jabatan 16 Februari 1970 – 25 Juni 1974 | |
Pendahulu Soekahar Pengganti Soetadi Ronodipuro | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Surabaya, Jawa Timur | 1 September 1927
Meninggal | 5 Mei 2017 Jakarta | (umur 89)
Suami/istri | Darmiati Poeger |
Anak | Martini Indah (1957) Agus Aditono (1959) Destina Lestari (1961) |
Almamater | STIK (1955) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | Kepolisian Republik Indonesia |
Masa dinas | 1953 - 1978 |
Pangkat | Jenderal Polisi |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal Widodo meninggal dunia di Jakarta dalam usia 89 tahun, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.[3]
Karier
Widodo kemudian memasuki karier kepolisian, dan belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian hingga lulus pada 1955. Setelah itu, dia menjabat Kabag Organisasi Polisi di Purwakarta selama tiga tahun, 1956-1959. Selama masa itu pula dia ikut dalam Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.
Salah satu prestasi Kapolri Widodo Budidarmo adalah ketika Polri sepakat mendirikan Kantor Bersama 3 Instansi (Samsat) di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Ketiga instansi itu masing-masing adalah Polri, Pemda DKI Jakarta dan Perum AK Jasa Raharja mencapai kata sepakat untuk membuka kantor seatap di Polda. Program bersama ini dioperasikan dalam rangka pengurusan surat-surat kendaraan bermotor, seperti STNK, BPKB dan lain-lain. Pada masa Widodo pula Pemerintah mengeluarkan UU No. 9 tentang Narkotik, tertanggal 26 Juli 1976. Juga, pada masa Kapolri Widodo pula diterbitkan sebuah Skep Kapolri yang khusus mengenai Satama Satwa guna menunjang langkah-langkah operasional Polri (1977).
Pada awal 1960, dia pergi ke Amerika Serikat untuk memperdalam ilmu militernya di US Coast Guard Officers Candidate School, dan rampung tahun 1960. Pulang dari AS, Widodo menjabat Kabag Operasi Polisi Jakarta Raya (1960). Setelah itu berbagai jabatan disandangnya, berturut-turut menjadi Panglima Korps Perairan dan Udara (1964), Panglima Daerah Kepolisian II Sumatra Utara (1967), dan Kadapol VII Metro Jaya periode 1970-1974. Di sini, Kadapol Widodo bertanggung jawab atas operasi pengamanan langsung Pemilu 1971 di Jakarta, yang ketika itu agak bersuasana panas. Bahkan setelah Pemilu, dia juga harus mengamankan Sidang Umum MPR-RI yang berlangsung di Jakarta. Dalam hal ini, Widodo pun diangkat menjadi Anggota MPR-RI.
Selepas menjabat Kadapol Metro Jaya, pada 25 Juni 1974, Widodo dilantik oleh Presiden Soeharto untuk menjadi Kapolri. Dia memangku jabatan Kapolri selama periode 1974-1978. Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan Widodo, waktu itu tanggal 26 Juni 1974 di Istana Negara oleh Presiden Soeharto, bersamaan dengan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan KASAL Laksamana Madya TNI R.S. Subijakto.
Keluarga
Pada tanggal 4 Juni 1955, Widodo menikah dengan Darmiati Poeger. Dan dikaruniai tiga orang anak; Martini Indah (1957), Agus Aditono (1959) dan Destina Lestari (1961). Anak pertama menikah dengan Alex Tangyong dan dikaruniai seorang putra - Johann F. Tangyong (1984). Anak bungsunya menikah dengan Johannes Tangyong dan dikaruniai dua orang anak - David Y. Tangyong (1989) dan Kezia A. Tangyong (1992).
Penghargaan
DALAM NEGERI
- Bintang Mahaputera Adipradana,
- Bintang Dharma,
- Bintang Bhayangkara (I,III)
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama,
- Bintang Yudha Dharma Utama dan
- Bintang Jalasena Utama.
Beliau juga memperoleh penyematan sejumlah Satyalancana seperti
- Satyalancana Karya Bhakti,
- Satyalancana Jana Utama,
- Satyalancana Panca Warsa,
- Satyalancana Perang Kemerdekaan (I dan II),
- Satyalancana G.O.M V
- Satyalancana Penegak
- Satyalancana Veteran Pejuang RI.
- LUAR NEGERI :
- Darjah Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) (Malaysia)
- Heungin Medal or 2nd Class Of The Order Of Diplomatic Service Merit[4]
- Commandeur Met de Zwaarden
Referensi
- ^ Petrik Matanasi (17 Januari 2021). "Kisah Dua Jenderal Kristen Mantan Kapolri". Tirto.id. Diakses tanggal 5 Februari 2021.
- ^ "Jika Disetujui DPR dan Dilantik Jokowi, Listyo Prabowo Kapolri Nasrani Ketiga". Manado Post. 14 Januari 2021. Diakses tanggal 28 Januari 2021 – via JawaPos.com.
- ^ Ambaranie Nadia Kemala Movanita (5 Mei 2017). "Mantan Kapolri Widodo Budidarmo Tutup Usia". kompas.com. Diakses tanggal 5 Mei 2017.
- ^ "Order of Diplomatic Service Merit". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2021-09-21.
Pranala luar
- (Indonesia) Biografi pada situs web komisikepolisianindonesia.com
- (Indonesia) Biografi pada situs web TokohIndonesia.com
Jabatan kepolisian | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mohamad Hasan |
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia 1974–1978 |
Diteruskan oleh: Awaluddin Djamin |
Didahului oleh: Soekahar |
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya 1970–1974 |
Diteruskan oleh: Soetadi Ronodipuro |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Mohammad Choesin |
Duta Besar Indonesia untuk Kanada 1979–1983 |
Diteruskan oleh: Hasyim Djalal |