Gunung Sago

gunung di Indonesia

Gunung Sago adalah sebuah Gunung yang terletak di perbatasan daerah kecamatan Lareh Sago Halaban, Luhak, dan Situjuh Lima Nagari, kabupaten Lima Puluh Kota dan Lintau Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatra Barat, Indonesia.Gunung Sago adalah salah satu gunung tidak aktif,tetapi dulu adalah salah satu gunung aktif.Gunung Sago jika dilihat dari udara akan tampak memiliki kaldera besar.Kalderanya ini adalah kaldera mati yang terbuka ke arah Lintau.Dari Kaldera inilah berhulu Sungai Batang Tampo yang mengalir di Lintau.Dari Lintau Gunung Sago akan terlihat seperti dua dan disambung oleh tebing kaldera yang disebut juga Sago malintang[2]

Sago
Gunuang Sago
Titik tertinggi
Ketinggian2.261 m (7.418 ft)[1]
Masuk dalam daftarRibu
Koordinat0°19′37″S 100°40′14″E / 0.32694°S 100.67056°E / -0.32694; 100.67056
Geografi
PegununganBukit Barisan
Geologi
Letusan terakhir± 1600

Objek Wisata Seputaran Gunung Sago

Jalur Pendakian

1. JALUR SIKABU KABU[3]

Untuk bisa mendaki Gunung Sago, kamu bisa menggunakan beberapa jalur, salah satunya adalah dengan menggunakan jalur Sikabu Kabu yang paling sering digunakan oleh para pendaki.

Jalur ini selalu dipilih untuk menjadi jalur pendakian menuju Gunung Sago karena aksesnya yang mudah dan jalur pendakian yang mudah serta nyaman untuk dilalui.

Untuk bisa mendaki Gunung Sago lewat jalur Sikabu Kabu, terlebih dahulu kamu harus menuju ke arah Selatan dari Kota Payakumbuh, yaitu Nagari Sikabu Kabu, Padang Panjang, dan Tanjuang Haro.

Kemudian, kamu bisa menemukan pos pendakian pada Panorama Kayu Kolek di Sikabu Kabu. Kamu bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau kendaraan roda 4 dengan jarak tempuh dari kota ke pusat untuk melapor adalah 20 menit.

  • Pos Kayu Kolek dan Shelter

Setelah kamu melakukan perjalanan selama 20 menit, kamu akan tiba pada pos pendakian yang bernama Pos Kayu Kolek.

Kamu bisa menemukan sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi stok air agar tidak dehidrasi selama perjalanan mendaki Gunung Sago.

Setelah berjalan dari Pos Kayu Kolek, lanjutkan perjalanan untuk menuju ke shelter Galanggang Antu. Kamu akan menemui jalur yang agak landai sehingga diharapkan untuk selalu berhati-hari. Untuk mencapai shelter Galanggang Antu, hanya diperlukan waktu 2 jam perjalanan. Shelter ini cukup untuk dimanfaatkan para pendaki untuk mendirikan tenda. Namun, tidak terdapat sumber air di shelter ini.

Kemudian, kamu akan menemukan shelter selanjutnya yang hanya berjarak 1,5 jam. Pada shelter ini baru akan ditemui sumber air yang bisa kamu manfaatkan.

Harap untuk berhati-hati karena daerah sekitar sumber air ini licin dan agak curam. Untuk para pendaki, diharapkan mengisi air disini karena ketika di puncak nanti tidak akan menemui sumber air.

  • Puncak Robuang

Kemudian, lanjutkan perjalanan untuk menuju Puncak Robuang yang memiliki jarak tempuh 2 jam perjalanan.

Untuk mencapainya, kamu akan memasuki hutan-hutan yang didalamnya banyak terdapat lumut dan tidak terdapat sumber air.

Disini, kamu bisa mendirikan sekitar tenda. Keindahan alam dari atas puncak gunung ini sangat cantik dan menakjubkan.

Terlebih jika kamu tiba pada waktu sunrise maupun sunset. Udara yang masih sangat sejuk menjadi ciri khas yang bisa kamu nikmati disini.

2. JALUR SITUJUAH GADANG

Rute kedua lewat Nagari Situjuah Gadang Kab. 50 Kota, puncaknya ada batu besar. Disini kita sebut saja "Puncak Batu". Disekitar batu besar ini kita dapat mendirikan tenda. Rutenya lumayan panjang dengan sumber air yang agak susah.

3. JALUR SIBALADUANG

Rute ketiga via Sibaladuang. Rutenya menengah, lebih panjang dari rute via Sikabukabu tapi lebih singkat dari rute via Situjuah. Sumber air rute ini paling mudah karena rutenya memang melewati aliran air tapi cuma satu sama juga dengan lainnya. Rute ini selanjutnya menuju Puncak Rabuang jadi nanti ada persimpangan diatas ketemu dengan rute Sikabukabu.

Kaldera Sago

[4] Gunung Sago di antara Limapuluh Kota dan Tanah Datar, Sumatera Barat, memiliki Kaldera yang sangat luas, yakni mencapai 10 kilometer. Kaldera gunung ini termasuk kaldera mati, dan sudah ditumbuhi banyak pepohonan. Mirip sekali dengan Gunung Baluran di Jawa Timur.

Gunung Sago sendiri juga terbilang sepi dan minim informasi seputar pendakian. Hal ini ditegaskan dengan kondisi geografis yang pembohong dan rapat. Puncaknya berupa dinding kaldera yang luas luas. Kemudian kaldera mati Sago juga diberi nama yaitu kaldera Tingga.

Dikabarkan Kembali Aktif

"Gunung Sago, Misteri di Balik Sejuta Keindahan"[5]

Baru-baru ini masyarakat dikejutkan dengan adanya kabar yang menyebutkan bahwa Gunung Sago telah aktif kembali. Sete­lah beratus tahun lalu dinya­takan mati dan tidak aktif, kini Gunung Sago di Kabu­paten Limapuluh Kota mulai meng­geliat dan mengeluarkan kepu­lan asap hitam. Diduga kuat gunung setinggi 2.262 meter itu terbangun dari tidur panjang­nya. Kondisi ini mem­buat masyarakat setempat lebih meningkatkan kewas­padaan.

Mulainya peningkatan aktivitas di Gunung Sago mengingatkan kembali, bahwa masih ada beberapa gunung api di Sumbar yang masih tidur. Seperti Gunung Singgalang yang berketinggian 2.872 meter, Gunung Pasaman yang berketinggian 1.984 meter dan Gunung Talamau yang berketinggian 2.918 meter.

Dilansir dari harian surat kabar lokal, Kabid Geologi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumbar, Nuzuir menyatakan Gu­nung Sago termasuk gunung yang aktif dan telah tercatat di pusat geologi Sumatera Barat. “Gunung Sago itu memang gunung yang aktif. Namun sejak tahun 1600-an tidak pernah menam­pakkan aktivitas seperti Gunung Marapi, Tandikek dan Talang. Jika sekarang gunung tersebut menam­pakkan aktivitasnya, itu biasa,” katanya.

Ia juga menyampaikan kepada masyarakat sekitar untuk waspada dengan aktivitas Gunung Sago seminggu belakangan ini. Karena dampak dari aktivitas gunung api yang biasanya diam dan tiba-tiba mengeluarkan energi, akan berdam­pak besar dibanding gunung yang sering aktif, terutama untuk dampak erupsinya.

“Gunung Sago dapat disamakan seperti Gunung Sinabung yang meletus pada tahun 2010 silam. Masyarakat sekitar menganggap Gunung Sinabung tersebut sebagai Gunung Mati, Namun kenyataannya gunung tersebut meletus dengan kekuatan yang besar,” ujar Nuzuir.

Rujukan