Dalam biologi, seks adalah proses pemaduan dan penggabungan sifat-sifat genetik untuk mewariskan ciri-ciri suatu spesies agar tetap lestari (disebut reproduksi). Proses ini seringkali menghasilkan dimorfisme di dalam suatu spesies sehingga dikenal adanya tipe jantan dan tipe betina (disebut juga sebagai seks atau kelamin). Karena dalam perkembangan terbentuk pula sel-sel yang terspesialisasi berdasarkan tipe seksual, dikenallah sel kelamin (gametosit, gametocyte), yang untuk jantan biasanya disebut sel sperma (spermatozoid) dan untuk betina disebut sebagai sel telur (ovum).

Reproduksi yang memerlukan proses seks dikatakan sebagai reproduksi seksual, sedangkan yang tidak memerlukan proses ini disebut sebagai reproduksi aseksual, reproduksi somatik, atau reproduksi vegetatif.


Sejarah

Pada awal kehidupan di bumi, selama milyaran tahun segenap kehidupan bereproduksi secara aseksual dengan hanya membelah diri dan menghasilkan keturunan yang persis sama (kecuali mutan). Hal ini menyulitkan saat lingkungan berubah dan menciptakan mahluk pemangsa baru dari organisme aseksual ini, karena seluruh organisme sama, maka mereka memiliki kemungkinan dimangsa (terbunuh) yang sama. Bila saja organisme-organisme ini berbeda dan memiliki individu yang lebih tangkas, lebih kuat, atau lebih cekatan dalam menghindari pemangsanya, maka mereka akan mampu untuk melarikan diri dan berkembang biak.

Walaupun keberadaan seks pada awal kehidupan tidak jelas, namun pada awal terjadinya seks di muka bumi tidak ditujukan untuk reproduksi (satu sel membelah menjadi dua) melainkan sebaliknya. Seks primitif ada saat dua sel bergabung sejenak dan saling bertukar gen. Pada percobaannya oleh para peneliti, dua galur gonococcus (penyebab gonore) digabungkan di dalam satu cawan yang sama. Galur pertama kebal terhadap penisilin, sedangkan yang kedua tidak. Setelah beberapa lama semua gonococcus menjadi kebal terhadap penisilin. Bakteri-bakteri ini saling berpasangan dan bakteri yang kebal, memodifikasi gen yang tidak kebal. Percobaan ini membuktikan bahwa seks menjadi salah satu strategi bertahan hidup yang paling sederhana dengan adanya kerjasama.

Pada perkembangannya kemudian seks menjadi reproduksi seksual, dimana seks digunakan secara rutin dalam proses reproduksi.

Pengaruh seks terhadap evolusi

  1. Seks dirancang untuk menciptakan perbedaan individual, sehingga spesies seksual lebih mampu untuk beradaptasi.
  2. Seks memungkinkan perkembangan organisme tingkat tinggi. Saat mahluk aseksual memastikan kelangsungan hidup dengan membelah diri dalam jumlah banyak, mahluk seksual melakukan reproduksi lebih sedikit, namun menghasilkan keturunan yang berbeda.
  3. Seks mempercepat evolusi. Mahluk aseksual hanya bisa mewariskan gen bagus melalui satu jalur, seks memungkinkan variasi yang bermanfaat menyebar dengan cepat di seluruh populasi.
  4. Seks menciptakan kebutuhan akan kematian alamiah. Saat amoeba aseksual membelah diri, maka satu individu membelah menjadi dua, namun pada mahluk seksual, mahluk yang dahulu harus disingkirkan agar dapat memberi tempat bagi generasi yang baru.

Lihat pula

Referensi