Siradj Abdurrasyid

Revisi sejak 27 Juni 2022 13.52 oleh Almarko (bicara | kontrib) (Konten dan Referensi)

Romo Agung K. H.. Muhammad Siradj bin Abdurrasyid (lahir: 1878), adalah seorang ulama', dan tokoh utama masyarakat terutama kawasan Payaman, Secang, Magelang. Beliau bersama KH. Dalhar Watucongol adalah "Paku Magelang" pada masa itu.

Biografi

Masa Belajar

Ketika muda beliau sempat menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng asuhan KH. Hasyim Asy'ari di Jombang dan Makkah bersama dengan KH. Dalhar Watucongol.

Karomah

  1. Mendoakan agar efek letusan Merapi tidak sampai ke kota Magelang. Nama gelar "Romo Agung" adalah julukan yang diberikan oleh Belanda. "Belanda berikan Gelar Romo Agung dulu saat Merapi meletus. Belanda ingin halau lahar, minta doa ke Mbah Siradj, doanya kabul tidak terjang Kota Magelang. Sehingga kejadian itu dikaitkan dengan rutinitas pembacaan Kitab Bukhori Sokhi yang dikenal dengan pengajian Sema’an Bukhoren membaca kitab Bukhori yang setiap Ramadan satu bulan penuh digelar di Masjid Agung, alun-alun Kota Magelang sampai sekarang,” kata KH Mafatikhul Huda, salah seorang cicit KH. Siradj.[1]
  2. Menyembunyikan Masjid dan Pengajian beliau Payaman asuhan beliau. Masih menurut KH. Mafatikhul Huda, keampuhan ilmu karomah yang dimiliki KH. Siradj juga terbukti saat terjadi agresi militer Belanda I. Saat itu Masjid Agung Payaman diserang Belanda pada tahun 1948 dengan membabi buta. Belanda selalu mencari sosok KH Sirajd yang dikenal sebagai pimpinan para santri pejuang. Pencarian dilakukan mulai Masjid sampai di beberapa kampung di Payaman, Magelang. Namun, hanya pohon-pohon sekitar yang terbakar karena KH Sirajd dan santri yang sempat bersembunyi di bawah masjid berhasil melarikan diri ke Desa Canden yang jaraknya 10 kilometer dari Masjid Agung Payaman, Magelang.[1]

Referensi

  1. ^ a b "Biografi KH. Siroj Payaman (KH Anwari Sirajd)". umma (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-27.