Jalan Gedoran (Depok)

jalan raya di Indonesia

Jalan Gedoran Depok adalah salah satu jalan di Kota Depok yang membentang antara ruas Jalan Margonda hingga Terminal Depok di sisi barat. Jalan Gedoran Depok memiliki total panjang jalan 200 meter.

Jalan Gedoran Depok berada diantara ITC Depok di sebelah selatan dan Terminal Depok di sebelah Utara

Berlokasi di wilayah Depok, Kec. Pancoran Mas, Depok. Membentang sepanjang jalan disamping kanan ITC Depok dan menjadi pintu masuk untuk ke Terminal Depok maupun Stasiun Depok Baru.[1][2]

Latar Belakang

Peristiwa terjadinya Gedoran Depok tak lepas dari sejarah awal berdirinya Depok oleh Cornelis Chastelein saudagar VOC generasi awal yang memerdekakan orang Depok. Sejak itulah Cornelis Chastelein menjadi tuan tanah, yang kemudian menjadikan Depok memiliki pemerintahan sendiri, lepas dari pengaruh dan campur tangan dari luar.[3]

Cornelis Chastelein mewariskan seluruh tanahnya kepada 12 marga budaknya yang berasal dari berbagai suku Indonesia dan memerdekakan mereka dalam wasiat yang dibuatnya sebelum meninggal. Meski bermuka pribumi dan berkulit coklat, 12 marga dan keturunan mereka bergaya hidup seperti orang Eropa, buah didikan sang tuan. Mereka inilah yang disebut sebagai 'Belanda Depok'. Sehari-hari mereka menggunakan Bahasa Belanda.

Sejarah juga menyebut, Depok sudah lebih dulu merdeka sejak 28 Juni 1714. Mereka punya tatanan pemerintahan sendiri yakni Gemeente Bestuur Depok yang bercorak republik.

 

Pimpinannya seorang presiden yang dipilih tiga tahun sekali melalui Pemilu. Pemerintah Belanda di Batavia menyetujui Pemerintahan Chastelin ini dan menjadikannya sebagai Kepala Negara Depok yang pertama.

Tak ayal jika mereka enggan bergabung dengan republik baru bernama Indonesia. Mengingat mereka sudah merdeka dan sudah punya presiden sebelum proklamasi 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta.[4]

Karena Depok tidak mengakui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, akibatnya wilayah yang berjarak hanya beberapa kilometer dari Jakarta diserbu para pejuang kemerdekaan. Depok dikepung dari seluruh penjuru mata angin. Depok dijarah takluk di bawah todongan senjata, orang Depok dipaksa mengibarkan Bendera Merah Putih dan teriak Merdeka!! Siapapun yang membangkang kena hantam, tak sedikit korban berjatuhan.[5]

Huru-hara yang meletus pada tanggal 11 Oktober 1945 itu dikenal dengan Peristiwa Gedoran Depok untuk merebut Depok dari penjajah oleh para pejuang kemerdekaan. Namun tak berlangsung lama, NICA kembali menguasai Depok. Pasukan NICA yang datang membonceng sekutu menyerbu Depok untuk ‘membebaskan’ orang Depok yang ditawan TKR. Pejuang berhasil dipukul mundur. Tawanan wanita dan anak-anak Depok dibebaskan, dibawa ke kampung pengungsian di Kedunghalang, Bogor.[6]

Semenjak itu, kantor Gemeente Bestuur yang tadinya dijadikan markas TKR berubah menjadi markas NICA. Memasuki bulan November, para pejuang yang tercerai-berai kembali menjalin koordinasi dan menyusun kekuatan. Mereka berencana merebut kembali Depok dari tangan NICA. Para pejuang bersepakat menyerbu Depok tanggal 16 November 1945. Sandi perangnya saat itu serangan kilat.[7]

Pada saat itulah Margonda berencana kembali merebut Depok bersama para pejuang lain. Diantara ratusan pejuang yang gugur hari itu, terdapat Margonda, pimpinan AMRI. Margonda gugur 16 November 1945 di Kali Bata Depok. Daerah bersungai di kawasan Pancoran Mas dan bermuara di Kali Ciliwung itu menjadi saksi gugurnya Margonda.

Peristiwa Gedoran Depok ini sering disebut sebagai revolusi sosial di pinggiran Jakarta. Melalui peristiwa inilah lahir tokoh-tokoh, seperti Margonda, Tole Iskandar dan Mochtar. Nama pejuang itu kini diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Depok.[8]

Transportasi

Angkutan Kota

  • D02: Terminal Depok-Depok II PP
  • D03: Terminal Depok-Parung PP
  • D05: Terminal Depok-Citayam-Bojonggede PP
  • D06: Terminal Depok-Simpangan-Terminal Jatijajar PP
  • D08: Terminal Depok-BBM-Terminal Kampung Sawah PP
  • D09: Terminal Depok-Raden Saleh-Terminal Kampung Sawah PP
  • D10: Terminal Depok-Parung Serab-Terminal Kampung Sawah PP
  • D10A: Terminal Depok-Boulevard GDC-Terminal Jatijajar PP
  • D11: Terminal Depok-Akses UI-PAL PP
  • D105: Terminal Depok-Tanah Baru-Pondok Labu PP
  • D110: Terminal Depok-Gandul-Cinere PP
  • D112: Terminal Depok-Akses UI-Terminal Kampung Rambutan PP
  • D128: Terminal Depok-Warung Sila PP
  • M03: Terminal Depok-Pasar Minggu PP
  • M04: Depok Timur-Pasar Minggu PP
  • T19: Terminal Depok-Lenteng Agung-Terminal Kampung Rambutan PP

Ruas Jalan Tol

KM Jalan Tol Gerbang Tol Tujuan
21 Jalan Tol Cinere-Jagorawi Cisalak Cisalak
Depok
Cibinong

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ DEPOK : KISAH DIBALIK SEBUAH NAMA lib.atvi.ac.id, Diakses 2014-2016
  2. ^ Depok (2019): Sejarah yang Diungkap ffd.or.id, Diakses 26 Nopember 2020
  3. ^ Hari Ini 67 Tahun Lalu: Gedoran Depok Diarsipkan 2014-05-21 di Wayback Machine. beritagar.com, Diakses 11 oktober 2012
  4. ^ Tentang.Revolusi.Sosial Gedoran Depokl megapolitan.kompas.com, Diakses 8 Nopember 2011
  5. ^ Peristiwa Gedoran Depok Diarsipkan 2014-05-20 di Wayback Machine. sikumbangtenabang.com,Diakses 25 Februari 2014
  6. ^ Gedoran Depok: Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955 Diarsipkan 2014-05-20 di Wayback Machine. inibuku.com
  7. ^ Cerita Sebuah Gerbang Kota Bernama Margonda Diarsipkan 2014-04-27 di Wayback Machine. tokoh-lingkarberita.com
  8. ^ Sejarah Jalan Margonda roniwijaya.com,Diakses 31 Maret 2012
  9. ^ "Rute Transjakarta & JAK Lingko". transjakarta.co.id. Diakses tanggal 2022-05-29. 
  10. ^ "Panduan Penumpang - Rute Transportasi Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta". soekarnohatta-airport.co.id. Diakses tanggal 2022-07-30. 
  11. ^ "Rute Bus Depok - Kalideres". web.trafi.com. Diakses tanggal 2022-06-30. 

Pranala luar