Aji Muhammad Sulaiman

Sultan Kutai Kartanegara ke-17
Revisi sejak 12 Juli 2022 06.27 oleh Aji Raden Danu Setiaji MS (bicara | kontrib) (Atas masuk kannya dari pihak pengurus Nfarras tentang keturunan Sultan AM Sulaiman yang jadi tanda tanya kami kenapa baru sekarang di hapus, kami dengan bantuan Wikipedia agar tidak ada orang luar yang mengaku keturunan Sultan AM Sulaiman mohon di pertimbangkan.Terima kasih)

Adji Muhammad Sulaiman yang bergelar Sri Paduka Sultan Adji Muhammad Sulaiman al-Adil Khalifatul-Mu'minin bin Adji Muhammad Salehuddin (dilahirkan dengan nama Aji Biduk/Pangeran 'Umar) adalah Sultan Kutai Kartanegara ke-17, memerintah dari tahun 1845 sampai 1899 merupakan putera ke-5 dari Sultan Adji Muhammad Salehuddin, dengan Aji Ratu Zuziah.[1][2]

Adji Muhammad Sulaiman العاجي محمد سليمان عادل
Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Berkuasa23 Juli 1845 – 2 Desember 1899
Penobatan19 Oktober 1850
PendahuluAdji Muhammad Salehuddin
PenerusAdji Muhammad Alimuddin
Kelahiran(1838-02-08)8 Februari 1838
Tenggarong
Kematian2 Desember 1899
Tenggarong
PasanganAdji Ratu Sarifah
Adji Ratu Shalbiah
Adji Ratu Rubia
Adji Ratu Surya Agung
Adji Soja
Adji Ratu Victoria Fabiola
Pua Menttek
Pua Basiah
Ratu Purnama
Adji Siti Jawiah
Adji Adjue
Keturunan
Detail
>Adji Dabok (Sultan Adji Muhammad Alimuddin Al-adil)
Adji Ainuddin (Adji Pangeran Kesuma Adiningrat adikkandung Sultan A.M Alimuddin)
Adji Amiddin (Adji Pangeran Mangkunegoro)
Adji Mustofa
Aji Hakim
Adji Amir Hasanuddin (Adji Pangeran Sosronegoro)
Adji Umar
Aji Mahligai (Adji Raden Aryo Sastro)
Adji Mahmud (Aji Raden Mangliwidjojo)
Adji Botoh (Adji Raden Atmodjosoepno)
Adji Roeslan (Adji Pangeran Ario Wijoyo)
Adji Kedidi/Adji Kader(Adji Garuda) br />dan 33 anak lainnya
AgamaIslam

Biografi

Lahir pada tanggal 8 Februari 1838, menggantikan ayahnya menjadi Sultan pada saat kematian ayahnya tanggal 23 Juli 1845. Memerintah di bawah sebuah Konsul atau dewan perwalian oleh kakak beliau Adji Pangeran Mangkunegoro I sampai ia dewasa dan secara formal dimahkotai sebagai Sultan dengan kekuatan penuh di Tenggarong pada tanggal 19 Oktober 1850, Sultan Aji Muhammad Sulaiman dikenal arif dan juga tekun mengajarkan Islam, hingga tiap tahun menghajikan rakyatnya. Sepanjang pemerintahannya, aktif mengadakan hubungan dengan Kerajaan Mekkah dan juga sempat membangun pemondokan haji di Tanah Suci, yang kemudian dihibahkan kepada Kerajaan di sana. Sultan juga menempatkan para ulama sebagai penasehat kerajaan sepanjang pemerintahannya. Sultan Aji Muhammad Sulaiman meninggal di Tenggarong pada tanggal 2 Desember 1899, dan dimakamkan di Pemakaman Kerajaan di Tenggarong.[1]

Pemerintahan

Pada tahun 1850, Sultan Adji Muhammad Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura. Pada tahun 1853, pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Assisten Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan politik dan ekonomi masih berada dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899). Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Kutai 100.000 jiwa.[3] Tahun 1855, Kesultanan Kutai termasuk sebagai bagian dari de zuid- en oosterafdeeling van Borneo.[4] Pada tahun 1863, kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.

 
Keraton Kesultanan pada masa Sultan Alimuddin.

Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di Batu Panggal oleh insinyur tambang asal Belanda, J.H. Menten. Menten juga meletakkan dasar bagi eksploitasi minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun tampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal pada masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan Sulaiman

Penghargaan

Penghargaan yang diterima oleh Sultan adalah:

  • Commander of the Order of Orange Nassau (1898),
  • Knight of the Order of the Netherlands Lion (12.5.1874),
  • the Gold Medal for Civil Merit (1864).[1]

Referensi

Didahului oleh:
Aji Muhammad Salehuddin
Sultan Kutai Kartanegara
1845—1899
Diteruskan oleh:
Aji Muhammad Alimuddin