Sultan Muhammad Bahauddin
Sultan Muhammad Bahauddin (15 Maret 1729 - 2 April 1804) adalah Sultan Palembang yang berkuasa dari Agustus 1774 bersama Ayahnya, Susuhunan Ratu, lalu dari tahun 1776 berkuasa sendiri sepeninggal ayahnya, hingga Kematiannya. Beliau banyak berperan dalam pembangunan Kota, diantaranya membangun Kraton Kuto Besak.
Sultan Muhammad Bahauddin | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sultan Palembang Ke-6 | |||||||||
Monarki | 1776–1804 | ||||||||
Pendahulu | Sultan Ahmad Najamuddin I | ||||||||
Penerus | Sultan Mahmud Badaruddin II | ||||||||
Kelahiran | 15 Maret 1729 Palembang | ||||||||
Kematian | 2 April 1804 Palembang | ||||||||
Istri | Ratu Agung Al-Haddad Binti Datuk Murni Al-Haddad | ||||||||
Keturunan |
| ||||||||
| |||||||||
Wangsa | Azmatkhan | ||||||||
Ayah | Sultan Ahmad Najamuddin I | ||||||||
Ibu | Ratu Sepuh Raden Nayu Murati | ||||||||
Agama | Islam | ||||||||
Pekerjaan | Sultan |
Nasab
Sayyidina Muhammad SAW Binti Sayyidatuna Fatimah Azzahra Menikah dengan Ali Bin Abi Thalib Bin Sayyidina Husain As Syahid Bin Ali Zainal Abidin As Sajad Bin Muhammad Al Baqir Bin Ja'far Shadiq Bin Ali Uraidhi Bin Muhammad An Naqib Bin Isa Ar Rumi Bin Ahmad Muhajjir Bin Ubaidillah Bin Alwi Alawiyyin Bin Muhammad Shohibus Saumiah Bin Alwi At Tsani Bin Ali Khaliq Qasam Bin Muhammad Shohib Mirbath Bin Alwi Ammul Faqih Bin Abdul Malik Adzmatkhan Bin Abdullah Adzmatkhan Bin Ahmad Syah Jalaluddin Adzmatkhan Bin Maulana Husain Jamaluddin Kubro Bin Maulana Ibrahim Asmaraqandi Bin Maulana Ishaq Al Ummul Islam Bin Maulana Ainul Yaqin ( Raden Paku / Sunan Giri ) Bin Maulana Muhammad Ali Mahmud Nuruddin ( Pangeran Wirokesumo Cirebon / Pangeran Sido Ing Margi ) Bin Maulana Abdullah ( Pangeran Adipati Sumedang ) Bin Maulana Fadhlullah ( Tumenggung Manco Negoro ) Bin Maulana Muhammad Ali ( Pangeran Sido Ing Pasarean / Sultan Jamaluddin Mangkurat V ) Bin Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidul Imam ( Candi Walang ) Bin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago ( Kebon Gede ) Bin Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ( Kawah Tekurep ) Bin Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo Bin Sultan Muhammad Bahauddin
Keemasan Palembang Darussalam
Kesultanan Palembang-Darussalam mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat pada masa pemerintahannya.
Kesultanan Palembang mengalami kemakmuran pada saat Sultan Bahauddin memerintah. Pada saat itu Palembang menjadi salah satu tempat Pusat Sastra Agama Islam Nusantara (Islamic Centre) setelah Aceh. Tokoh-tokoh ulama besar dan penulispun bermunculan.
Pada tahun 1777, ia mengirimkan uang sebesar 500" Real untuk wakaf pembangunan Zawiyah (Pondok) Sammaniyah di Jeddah yang disampaikan eh Syekh Muhammad Muhyiddin bin Shihabuddin Al-Palembang.
Al-Hasil, naskah sejarah Palembang mencatat pada masa Sultan Bahauddin mengalami kemakmuran: "Dan rakyat seisi negeri dengan segala jajahan itu banyak beruntung, sebab negeri sentosa. Segala dagang pun banyak masuk dari laut dan dari darat dan dari hulu, karena Raja Palembang pada zaman itu terlalu adil sentosa perintahnya memeliharakan segala rakyat dan negeri dan sekalian dagang".
Dimasanya pula banyak Ulama-ulama islam terkenal bermunculan yang Literasi/Tulisannya bisa terlihat sampai Luar Negeri.
Didahului oleh: Sultan Ahmad Najamuddin I |
Sultan Palembang 1776-1803 |
Diteruskan oleh: Sultan Mahmud Badaruddin II |