Suciwati

aktivis HAM Indonesia
Revisi sejak 23 Juli 2022 08.58 oleh Bot5958 (bicara | kontrib) (Penghargaan: Hapus http:// ganda (PW:CW 94) + genfixes)

Suciwati (lahir 28 Maret 1968)[1] merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari Sudarmun dan Sulastri. Ia adalah seorang aktivis Hak Asasi Manusia, serta istri dari Munir Said Thalib, seorang aktivis Hak Asasi Manusia yang tewas diracun dalam perjalan ke Amsterdam, Belanda pada tanggal 7 September 2004.[2] Munir tewas diracun pada saat melakukan perjalanan dengan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 974 ke Amsterdam, Belanda untuk melanjutkan studi S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht.[3] Sejak peristiwa tersebut, Suciwati terus berusaha untuk mencari tahu pelaku pembunuhan Munir sebenarnya.[1][4]

Suciwati
Suci Wati pada tahun 2019
Lahir28 Maret 1968 (umur 56)
Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Suami/istriMunir Said Thalib
Anak
    • Soultan Alif Allende
    • Diva Suukyi Larasati

Kehidupan pribadi

Suciwati adalah lulusan IKIP Negeri Malang Jurusan Sastra Indonesia. Ia pernah engajar di MIN Malang I yang beralamat di Jalan Bandung, Malang serta setelah lulus kuliah, ia mengajar di SMA Swasta Cokroaminoto Malang. Setelah mendengar keluhan teman-teman masa kecilnya atas pelecehan yang terjadi ditempat kerja mereka, Suciwati memutuskan keluar dari profesi guru terjun langsung masuk jadi buruh. Dipabrik itu Suciwati mengorganisir buruh dan sesudahnya berhasil mendirikan PUK SPSI disana dan sejak itu dia terjun mengadvokasi buruh jauh sebelum bertemu dengan suaminya, Munir. Diruang aktifisme buruh di Malang yang akhirnya mempertemukan mereka.

Suciwati menikah dengan aktivis Munir Said Thalib pada tahun 1996. Mereka mempunyai dua anak, yang pertama seorang putra bernama Soultan Alif Allende (lahir pada 12 Oktober 1998), dan yang kedua seorang putri bernama Diva Suukyi Larasati (lahir pada 18 Juli 2002).

Aktivisme

Gelisah dalam pergumulan melihat ketidak adilan dari cerita teman sekampung Suci yang menjadi buruh dipabrik garment dekat kampung mereka, ia memutuskan keluar dari profesi guru menjadi buruh pada tahun 1990 di bulan Oktober. Selang tiga bulan dia berhasil mengorganisir buruh pabrik tersebut dengan mendirikan SPSI ditempat mereka bekerja pada tahun 1991 dibulan Maret. Hasilnya dia dipecat setelah gagal dirayu dan disuap bos nya yang berkebangsaan Korea dengan janji diangkat jadi personalia dan sekolah lagi asalkan tidak memimpin oraganisasi buruh tersebut.

Setelah kejadian tersebut Suciwati membuat kelompok diskusi Buruh Malang setiap Minggu antar beberapa buruh pabrik garment di Malang. Dalam perjalanan mengorganisir buruh inilah dia bertemu dengan Munir. Ikut penelitian 'peran masyarakat Ketindan Lawang dalam aksi buruh Sidobangun', penelitian UMR buruh Malang tahun 1994.

Dalam perjalanan mendampingi Munir untuk advokasi Orang Hilang Suciwati lebih banyak mendukung kerja-kerja Munir yang bekerja di YLBHI mendirikan KOntraS, Imparsial. Selama mengadvokasi orang hilang dan keluarga korban kekerasan negara Suciwati kena imbas ancaman yang diberikan kepada Munir. Baik teror psikis maupun fisik. Setidaknya dua kali mendapatkan teror kiriman bom, surat-surat dan bahkan sampai Pembunuhan suaminya Munir pada 07 September 2004.

Penghargaan

Selama mengadvokasi dan pencarian keadilan Suciwati mendapatkan penghargaan atas kegigihannya, mulai pada tahun 2005 dari Time Asia sebagai salah satu Pahlawan Asia (Asia Heroes), kemudian tahun 2006 Human Rights First Gala Dinner US atas nama Suciwati dan Munir, Suciwati dinilai bekerja tanpa lelah untuk membawa pembunuh Munir kepengadilan, sedangkan Munir sebagai pejuang HAM terdepan di Indonesia. [5] Pada tahun 2006, Suciwati mendapat penghargaan dari Metro TV Award, dan People of the Year kategori hukum pada tahun 2009 dari Seputar Indonesia RCTI.

Penghargaan Pemberi/Acara
Januari 2009 People of The Year RCTI
Desember 2006 Metro TV Award Metro TV
Oktober 2006 Human Rights Award Human Rights First
November 2005 Asia’s Heroes Time Magazine Time

Referensi

  1. ^ a b "Saya tagih sampai mati penuntasan kasus Munir". merdeka.com. Diakses tanggal 1 Februari 2016. 
  2. ^ "Suciwati Setelah Munir Berpulang..." kompas.com. Diakses tanggal 1 Februari 2016. 
  3. ^ "7-9-2004: Aktivis HAM Munir Meninggal Diracun Arsenik". liputan6.com. Diakses tanggal 1 Februari 2016. 7 September 2004, atau tepat 11 tahun lalu, Munir meninggal dunia dalam perjalanan di pesawat menuju Belanda. Perjalanan Munir ke Negeri Kincir Angin itu untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Utrecht, Belanda. 
  4. ^ "POTY'08 hal 2-3 - poty-2008-Suciwati.pdf" (PDF). sindonews.com. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-12-31. Diakses tanggal 1 Februari 2016. Sejak awal saya juga tahu hanya kegelapan yang akan saya temui.Tapi apakah saya harus diam saja? Tidak. Sekecil apa pun saya harus melakukan sesuatu. Ini harus terus-menerus kita suarakan. Kalau mau berubah, harus terus bicara. 
  5. ^ "Human Rights First Gala Awards Dinner". gettyimages.co.nz. Diarsipkan dari versi asli Parameter |archive-url= membutuhkan |url= (bantuan) tanggal 2021-11-11. sebagai salah satu Asia Heroes , tahun 2006 Human Rights First Gala Dinner US atas nama Suciwati dan Munir  Teks "url+https://www.gettyimages.co.nz/detail/news-photo/suciwati-gloria-estefan-yolanda-herga-cendeno-news-photo/117267395 " akan diabaikan (bantuan);