Allah Anak

tradisi kekristenan; identik dengan konsep tritunggal (Bapa, Putra, Roh Kudus) dan Allah Anak atau Allah Putra merupakan konsep tritunggal kedua

Allah Anak (juga disebut Allah Putra) adalah pribadi kedua dari Tritunggal (Trinitas) dalam teologi Kristen. Doktrin Trinitas mengidentifikasikan Yesus sebagai Allah Anak, yang satu dalam esensi tetapi berbeda secara pribadi dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus (pribadi pertama dan pribadi ketiga dalam urutan penyebutan).

Istilah Allah Anak ("God of the Son") ini dibedakan dari istilah "Anak Allah" ("Son of God"), yang ditemui dalam Alkitab. Berbeda dengan istilah "Son of God" yang banyak ditemui di Perjanjian Lama/Old Testament/Torah Yahudi istilah "God the Son" ini tidak dapat ditemukan dalam Bible manapun

Ungkapan "Allah Anak" tidak ditemukan dalam Alkitab, [2] [3] tetapi ditemukan dalam sumber-sumber Kristen selanjutnya. [4] Dengan kesalahan juru tulis, istilah ini ada dalam satu manuskrip abad pertengahan, MS No.1985, di mana Galatia 2:20 mengubah "Anak Allah" menjadi "Allah Anak". [5]

Istilah dalam bahasa Inggris mengikuti penggunaan Latin seperti yang ditemukan dalam Pengakuan Iman Athanasius dan teks-teks lain dari gereja mula-mula: Dalam bahasa Yunani "God the Son" is ho Theos ho huios ( ὁ ὁ ) sebagai perbedaan dari ho huios nominative tou Theou genitive , , " Anak Allah ". Dalam bahasa Latin "Tuhan Anak" adalah Deus (nominatif) Filius (nominatif). Istilah deus filius terdapat dalam Syahadat Athanasian: " Et tamen non tres omnipotentes, sed unus omnipotens. Ita Deus Pater, Deus Filius, Deus [et] Spiritus Sanctus. " "anak Allah"), tetapi frasa ini juga diterjemahkan "Jadi Bapa adalah Allah: Anak adalah Allah: dan Roh Kudus adalah Allah". [6]

Pandangan Calvinis

Yohanes Calvin menjelaskan bahwa Allah Anak memiliki perbedaan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.[1] Ia berpendapat bahwa Allah Anak memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, karena yang keluar dari Bapa adalah Anak, bukannya Roh Kudus dan yang mati dan menderita juga bukanlah Bapa maupun Roh Kudus, melainkan Anak.[1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Yohanes Calvin. 1980.Institutio. Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.