HM Sampoerna

Perusahaan asal Amerika Serikat

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (terkenal dengan nama singkatan PT HM Sampoerna Tbk, pelafalan dalam bahasa Indonesia: [ha.ɛm ˈsampuɾna]) adalah sebuah perusahaan rokok di Indonesia. Merupakan salah satu pemimpin pasar dan yang terbesar dalam industri rokok nasional,[2] kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini sebelumnya dimiliki oleh keluarga Sampoerna, namun sejak Mei 2005 kepemilikan mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris International, perusahaan rokok terbesar di dunia dari Amerika Serikat, mengakhiri tradisi keluarga yang melebihi 90 tahun.

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
Publik
Kode emitenIDX: HMSP
IndustriRokok
Tembakau
Nikotin
Tar
Pemanas Tembakau
Didirikan27 Maret 1913 (komersial)
19 Oktober 1963 (perusahaan)
PendiriLiem Seeng Tee
Kantor pusatJl. Rungkut Industri Raya No. 18
Surabaya, Jawa Timur
Tokoh kunci
Mindaugas Trumpaitis (Presiden Direktur)
John Gledhill (Presiden Komisaris)
ProdukMarlboro
A Mild
Dji Sam Soe
Sampoerna Kretek
Magnum Filter
Magnum Mild
Panamas Kretek
IQOS
PendapatanKenaikan Rp 106.741 Triliun (FY 2018)
Kenaikan Rp 13.538 Triliun (FY 2018)
Total asetKenaikan Rp 46.602 Triliun (FY 2018)
Total ekuitasKenaikan Rp 35.358 Triliun (FY 2018)
PemilikSampoerna (1913-2005)
Philip Morris Indonesia (2005-sekarang)
Karyawan
20.909 (2021)[1]
IndukPhilip Morris International
Anak usahaPT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas
PT Sampoerna Indonesia Sembilan
PT Taman Dayu Property
PT SRC Indonesia Sembilan
PT Golf Taman Dayu
PT Wahana Sampoerna
Sampoerna International Pte. Ltd.
PT Harapan Maju Sentosa[1]
Situs webwww.sampoerna.com

Sejarah

Pendirian dan awal perusahaan

Liem Seeng Tee, seorang imigran Tionghoa dari Fujian, Tiongkok bersama istrinya, Siem Tjiang Nio, pada tahun 1912 mulai merintis usaha rokok kecil-kecilan di warung mereka di Ngaglik, Surabaya, yang dijajakan oleh dirinya dengan sepeda. Liem saat itu sudah memiliki pengalaman meracik dan melinting rokok dari pekerjaan sebelumnya di sebuah pabrik rokok yang ada di Lamongan.[3] Untuk memformalkan usahanya, pada tahun 1913, Liem memulai produksi rokoknya secara komersial dalam wadah Handel Maatschappij Liem Seeng Tee[4] dengan produk awalnya hanyalah kretek yang dilinting dengan tangan di Surabaya. Rokok kretek ini kemudian dikenal dengan nama "Dji Sam Soe" (234, jika dijumlahkan menjadi 9, "angka keberuntungan" Liem).[5] Konon, kemasan Dji Sam Soe, yang telah digunakan sejak 1914, tidak pernah direvisi hingga 2000.[6]

Awalnya, usaha "Pabrik Rokok Liem Seeng Tee" (Sigaretten Fabriek Liem Seeng Tee) ini menghadapi tantangan berupa terbakarnya warung mereka yang menghancurkan bisnis rokok ini di tahun 1916, meskipun belakangan ia bisa kembali memasuki dunia rokok setelah membeli pabrik rokok yang hampir bangkrut dengan tabungan Siem.[4] Di pabrik baru ini, selama 5 tahun, Liem berusaha meracik resep rokok yang tepat demi menarik pelanggan[3] dengan bantuan istrinya.[7] Resep ini kemudian digunakan bagi produk utamanya, Dji Sam Soe. Belakangan, perusahaan milik Liem juga mengedarkan merek seperti 123, 77, 720, 678, dan Djangan Lawan.[8]

 
Kantor pusat lama Sampoerna, dahulu bernama Taman Sampoerna, dan saat ini dikenal dengan nama "House of Sampoerna"

Seiring pesatnya pertumbuhan usaha, Liem meresmikan perusahaannya dengan nama baru, yaitu NVBM Handel Maatschappij Sampoerna di tahun 1930.[9] Nama "Sampoerna" digunakan sebagai harapan agar produk-produk yang dihasilkannya memang yang terbaik.[10] Dua tahun kemudian, produksi rokok Sampoerna dipindahkan Liem ke bangunan yang berdiri di atas lahan 1,5 ha di Jembatan Merah, Surabaya yang dibelinya dari Jongens Weezen Inrichting, sebuah eks-panti asuhan.[3] Gedung ini kemudian diberi nama "Taman Sampoerna" yang juga difungsikan sebagai teater. Bisnis rokok Sampoerna selanjutnya berkembang pesat, dengan memiliki 1.300 karyawan dan memproduksi 3 juta batang/minggu.[11] Permintaannya bahkan membeludak sehingga pelanggan dan agen harus menunggu beberapa minggu demi mendapat pesanannya.[3]

Sayangnya, kedatangan Jepang pada tahun 1942 memporak-porandakan bisnis rokok Liem. Ia ditangkap oleh Jepang, dan pabriknya dipaksa memproduksi rokok secara gratis untuk tentara penjajah bermerek Fuji.[9] Liem juga dibawa kerja paksa ke Jawa Barat, sehingga ia tidak dapat mengelola bisnisnya. Praktis, setelah Jepang pergi dan Indonesia merdeka, Liem harus kembali membangun bisnis rokoknya dari nol. Bermodalkan merek Dji Sam Soe yang sudah terkenal di era sebelum perang, pabrik rokok Sampoerna memulai operasionalnya kembali di bawah PT Handel Maatschappij (HM) Sampoerna. Para penyalur pun datang kembali dan usaha Liem sudah pulih di tahun 1949.[3] Namun, menjelang akhir 1950-an, pabrik Sampoerna didera konflik internal antara buruh dan penurunan kinerja perusahaan, ditambah kematian Liem di tahun 1956 yang membuat perusahaan ini hampir tutup. Manajemen baru di bawah dua anak Liem tidak mampu menangani usaha Sampoerna,[8] dengan mesin-mesin tercatat tidak beroperasi dan karyawan Sampoerna turun menjadi 150 orang. Malah, pabriknya kemudian ditutup di tahun 1959 akibat mengalami kesulitan keuangan.[3][12]

Restrukturisasi dan pengembangan di bawah manajemen baru

Dalam situasi sulit seperti itu, putra Liem, Aga Sampoerna mengambilalih PT HM Sampoerna dan membangkitkan kembali perusahaan tersebut dengan manajemen yang lebih baik.[12] Aga bergabung setelah saudaranya, Liem Swie Hwa (Adi Sampoerna),[13] meminta agar dirinya mau membantu bisnis keluarga yang saat itu sedang sekarat. Sebelumnya, Aga sebenarnya sudah merintis bisnisnya sendiri, juga di bidang rokok dengan nama "Panamas" lewat PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas yang didirikan pada 19 Oktober 1963 dan berbasis di Bali.[3][10] Aga lalu memindahkan pabrik PT Handel Maatschappij Sampoerna ke Malang dan merintis semuanya kembali dari nol, dengan fokus pada bisnis Sampoerna meskipun ia sudah memiliki usahanya sendiri sebelumnya.

Nama Dji Sam Soe yang sudah terkenal, kembali membantu Aga mengembangkan usaha Sampoerna seperti semula. Puluhan tahun kemudian, PT HM Sampoerna sudah memiliki 1.200 karyawan dan produksinya mencapai 1,3 juta batang/hari. Aga berprinsip bahwa semua rokok yang diproduksi perusahaan, harus laku dijual pada hari itu juga.[10] Maka, dengan segala upaya, rokok Sampoerna terjual 2,5 juta batang/hari dan mendatangkan keuntungan US$ 250.000/bulan. Pada tahun 1979, perusahaan juga mengeluarkan produknya yang kedua, bernama Sampoerna Hijau.[10] Belakangan, ada juga produk Sampoerna A Djingga dan 234 Filter. Walaupun demikian, saat itu Sampoerna bisa dibilang masih "kalah" dibanding produsen lainnya seperti Gudang Garam dan Djarum, diduga akibat kelemahan di bidang pemasaran. Di awal 1980-an, Sampoerna memiliki 7.000 karyawan dalam pabrik yang berlokasi di Bali, Malang dan Surabaya.[7]

Di tahun 1977,[13] Aga mulai mempersiapkan penerusnya, yaitu anak bungsunya bernama Putera Sampoerna yang terlibat dalam dua perusahaan rokok keluarga, yaitu PT Handel Maatschappij Sampoerna dan PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas. Putera kemudian membuat banyak terobosan dan modernisasi di berbagai sektor, seperti membangun pabrik baru seluas 153 hektar yang memproduksi rokok secara terpadu dan modern serta membeli tembakau langsung dari petani.[10] Tembakau-tembakau ini kemudian juga dikelola dengan cara yang baru, yaitu disimpan di sejumlah gudang dan pusat distribusi yang baru dibangun agar kebutuhan perusahaan bisa tercukupi setiap saat. Usaha produksi rokok Sampoerna di Surabaya sendiri kemudian dipusatkan di Rungkut untuk produksi rokok dengan mesin, sedangkan untuk rokok yang dibuat dengan tangan dipusatkan di Taman Sampoerna.[8]

Putera dan Aga kemudian juga mendiversifikasi usaha keluarga Sampoerna ke bidang transportasi, percetakan, periklanan, perdagangan, dan lainnya.[14] Tercatat, Sampoerna juga sampai memiliki saham di perusahaan supermarket Alfa, memiliki Sampoerna Bank dan hendak terjun ke industri mebel.[15] Putera juga berusaha mengembangkan sistem keagenan dan distribusi secara intensif dan membeli mesin-mesin produksi kretek baru.[10] Sampoerna dikembangkan untuk mendistribusikan produknya sendiri, tidak tergantung pada agen-agen seperti sebelumnya.[13] Di tahun 1989, salah satu terobosan penting dikeluarkan, yaitu rokok bernikotin rendah, A Mild yang diluncurkan sebagai bentuk modernisasi. Pengembangan usaha juga dilakukan lewat kerjasama dengan perusahaan besar dan melakukan ekspor ke Malaysia, Myanmar, Vietnam, Filipina dan Brasil.[16] Salah satu kerjasama itu seperti dengan R. J. Reynolds Tobacco Company, Amerika Serikat untuk memproduksi rokok Salem di Indonesia.[15] Sejak tahun 1986, Putera didapuk sebagai pimpinan Sampoerna menggantikan Aga.[17] Meskipun demikian, tidak semua langkah Putera sukses. Usaha perbankan Sampoerna Bank, misalnya gagal yang hampir membuat ia menutup semua lini bisnis non-rokoknya, walaupun kemudian tidak dilakukan.[18]

Pada Oktober 1988, keluarga Sampoerna melakukan restrukturisasi terhadap usaha rokok miliknya. PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas mengambilalih aset, operasional dan merek (seperti Dji Sam Soe dan Sampoerna Hijau)[19] dari PT Handel Maatschappij Sampoerna.[16][20] PT PD dan Industri Panamas kemudian berganti nama menjadi namanya saat ini, yaitu PT Hanjaya Mandala Sampoerna di waktu yang sama.[21] (Belakangan, didirikan perusahaan baru yang bernama sama (PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas) pada 8 Juli 1989 yang saat ini merupakan anak usaha HM Sampoerna di bidang distribusi).[1] Melangkah lebih jauh, pada tanggal 15 Agustus 1990, PT Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna menjadi perusahaan publik dengan melepas 27 juta (15%) sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran Rp 12.600/lembar.[22][23][15]

Di tahun 1990, PT HM Sampoerna tercatat memiliki 20.000 karyawan,[24] dan setahun setelahnya, tercatat Sampoerna memproduksi 64 juta batang rokok/minggu, naik dari 21 juta batang pada 1980.[3] Wafatnya Aga Sampoerna di tahun 1994 kemudian dimanfaatkan Putera untuk memasukkan profesional dari luar lingkungan Sampoerna menjadi pimpinan perusahaan dan merealisasikan apa yang ia inginkan bagi perusahaan ini.[17] Memasuki tahun 1995-1996, Sampoerna memiliki kapasitas produksi rokok 170 juta batang/minggu yang kemudian menjadi 660 juta dan dibantu 14 mesin produksi dan 21 mesin pengemasan.[25] Pada periode ini, Sampoerna baru bisa menjadi salah satu pemain yang mulai diperhitungkan, dengan berada di atas pabrikan seperti Bentoel dan Djarum,[18] dan merupakan salah satu perusahaan rokok paling menguntungkan di Indonesia menyaingi pemain lainnya.[13] Perkembangan lainnya adalah, di tahun 2000, putra Putera, Michael Sampoerna, masuk ke jajaran direksi dan menjabat sebagai CEO. Di tahun 2004, Sampoerna sudah memiliki 19,4% pangsa pasar rokok nasional, produksinya mencapai 41,2 miliar batang, dan memperoleh keuntungan Rp 15 miliar.[26] Promosi-promosi kreatif juga dilakukan baik below dan above the line untuk menggenjot penjualan kepada konsumen.[11]

Penjualan perusahaan ke Philip Morris

Pada 15 Maret 2005, perusahaan ini kemudian diakuisisi oleh Philip Morris International (PMI), yang dengan nilai transaksi diperkirakan mencapai US$ 5,2 miliar akan semakin mengukuhkan posisi Philip Morris di pasar rokok dunia.[27] Akuisisi ini terbilang mengejutkan, karena Sampoerna tercatat memiliki kondisi keuangan yang sangat baik ketika dijual oleh Putera Sampoerna. Putera tercatat mendapatkan dana Rp 18,5 triliun pasca penjualan ini, yang kemudian digunakannya untuk terjun ke bisnis lain yang terpisah/berbeda dari bisnis sebelumnya di bidang rokok, di bawah Sampoerna Strategic Group yang memfokuskan usahanya pada agroindustri.[26] Dari awalnya hanya mengakuisisi 40% saham Putera, dengan tender offer, kepemilikan PMI di perusahaan ini mencapai 97% pada 18 Mei 2005.[28]

Sempat tersiar kekhawatiran seperti bahwa PMI akan mengubah bisnis Sampoerna ke produksi mesin sehingga merumahkan ribuan karyawannya.[29] Sebelum akuisisi, di Indonesia Phillip Morris tercatat sudah memasarkan merek rokok seperti Marlboro dan Longbeach. Meski dibayangi keluarnya perda larangan merokok, Philip Morris tak gentar dan tetap meyakini pasar rokok di Indonesia yang saat itu menduduki peringkat kelima dunia akan terus tumbuh.[27]

Perkembangan mutakhir

Pada tahun 2013, PT HM Sampoerna memenangkan Anugerah Produk Pertanian Berdaya Saing kategori CSR.[30][31] Pada tahun 2014, perusahaan juga telah meresmikan pabrik SKM (Sigaret Kretek Mesin) baru di Karawang dan difokuskan untuk tujuan ekspor.[32]

Di tengah gempuran produk rokok golongan I & II, Sampoerna melakukan gebrakan dengan bekerjasama atau lebih dikenal saat ini dengan joint venture dengan berbagai perusahaan, untuk bersaing dengan produk lain. Pada tahun 2020, berbagai produk diluncurkan dari segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Produk ini didistribusikan langsung oleh HM Sampoerna ke seluruh Indonesia, demi mempercepat penjualan produk. Alhasil, produk yang ditawarkan makin variatif dan beragam. Kepemilikan PT HM Sampoerna Tbk saat ini dikuasai oleh PT Philip Morris Indonesia 92,5%, sisanya publik.[1]

Selama lebih dari 10 tahun, Sampoerna memimpin pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 32,2% pada tahun 2019.[2] Sampoerna saat ini memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Malang, Karawang, dan Probolinggo, kantor pusat di Surabaya dan kantor perwakilan utama di Jakarta.[1] Selain itu, Sampoerna juga bekerja sama dengan 38 Mitra Produksi Sigaret yang pabriknya tersebar di pulau Jawa dan secara bersama-sama mempekerjakan sekitar 37.700 orang dalam memproduksi produk-produk Sigaret Kretek Tangan. Sampoerna menjual dan mendistribusikan rokok melalui 112 lokasi kantor cabang zona, kantor penjualan dan pusat distribusi di seluruh pelosok Indonesia.[2]

Produk Aktif

Merek Besar

Sigaret Kretek/Putih Tangan (SKT-SPT)

Nama Produk Diluncurkan Tar Nikotin Isi
Dji Sam Soe Kretek 1913 39 mg 2.3 mg 12's & 16's
Dji Sam Soe Super Premium 2004 12's
Dji Sam Soe Elite 2021 12's
Sampoerna A Kretek (Hijau) 1981 12's & 16's
Panamas Kretek 2021 12's
Sampoerna A 234 2020 12's
Marlboro Kretek Crafted Selection 2021 12's

Sigaret Kretek Mesin Regular (SKMR)

Nama Produk Diluncurkan Tar Nikotin Isi
Dji Sam Soe Magnum Filter 2005 33 mg 2.3 mg 12's
Dji Sam Soe Magnum Classic 2022 32 mg 2.0 mg 12's
Marlboro Filter Black 2016 12's, 16's & 20's
Philip Morris Magnum 2021 12's & 16's

Sigaret Kretek Mesin Rendah Tar Rendah Nikotin - Low Tar Low Nicotine (SKM LTLN)

Nama Produk Diluncurkan Tar Nikotin Isi
Sampoerna A Mild 1989 12's & 16's
Sampoerna A Mild Menthol
(Sampoerna A Mild Menthol Burst, 2018)
1990 12's & 16's
Sampoerna U Mild
(Sampoerna A Ultramild, 2021)
2004 12's & 16's
Sampoerna A Mild Splash Spring 2021 16's
Sampoerna A Mild Splash Tropical 2021 16's
Sampoerna A Mild Splash Sunny 2021 16's
Sampoerna A Volution Original Slim 2008 12's
Sampoerna A Volution Menthol Slim 2009 12's
Dji Sam Soe Magnum Blue
(Dji Sam Soe Magnum Mild, 2017)
2014 16 mg 1.0 mg 16's
Marlboro Advance 2019 12's, 16's & 20's

Sigaret Putih Mesin (SPM)

Nama Produk Diluncurkan Tar Nikotin Isi
Marlboro Red 1924 20's
Marlboro Lights
(Marlboro Gold Lights, 2016)
1924 20's
Marlboro Ice Burst 1924 20's

Klembak Kemenyan (KLM)

Nama Produk Diluncurkan Tar Nikotin Isi
Marlboro Crafted Authentic 2021 12's

Perangkat Tembakau Bebas Asap (PTBA)

  • IQOS Duo
  • IQOS 3 Multi
  • IQOS 2.4 Plus
  • IQOS 3 Duos Kit
  • IQOS 3 Multi Kit
  • IQOS Colored Cap
  • IQOS Accessories


Merek Kecil

Sigaret Kretek Tangan (SKT)

  • Bokormas Universal Kretek
  • Drogo Kretek
  • Baja Kretek
  • Braja Kretek
  • Bagas Kretek
  • Segara Kretek
  • Serasa Kretek
  • Terbit Kretek
  • Roar Kretek
  • Kama Kretek
  • Katon Kretek
  • Blake Kretek
  • Bhumi Kretek
  • Oepet Kretek

Sigaret Kretek Mesin Regular (SKMR)

  • Bokormas Universal Filter
  • Forza
  • Sonar
  • Kripton
  • Braja Filter
  • Drogo Filter
  • Roar Filter
  • Spade Filter
  • Blake Filter
  • Ares Kaizer
  • Ares Bold Series
  • Nation Bold
  • Triton Bold

Sigaret Kretek Mesin Rendah Tar Rendah Nikotin - Low Tar Low Nicotine (SKM LTLN)

  • CityLite
  • Ares Mind
  • Vegaz
  • Tren
  • Ziggy

Produk Dihentikan

  • Sampoerna Coklat (PAS)
  • Dji Sam Soe Gold
  • Sampoerna Tegar
  • Sampoerna Exclusive
  • Dji Sam Soe Filter
  • Philip Morris Bold (dahulu bernama Sampoerna U Bold)
  • Sampoerna A Filter
  • Marlboro Menthol
  • Marlboro Menthol Lights
  • Marlboro Black Menthol
  • Marlboro Ice Blast
  • Marlboro Mix 9
  • Sampoerna Classic
  • Sampoerna X-Tra
  • Sampoerna International
  • Sampoerna Syabas
  • Sampoerna H&M
  • Sampoerna Universal
  • Marlboro Mild Black
  • Sampoerna U Mild Cool

Insiden

Pada tanggal 27 April 2020, pabrik rokok PT HM Sampoerna Tbk. yang berlokasi di Rungkut, Surabaya ditutup karena terdampak pandemi COVID-19. Kejadian ini bermula setelah 2 orang karyawan perusahaan tersebut meninggal dunia karena didiagnosis menderita penyakit Covid-19. Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, mengatakan bahwa sebelumnya dua karyawan Sampoerna yang saat itu berstatus sebagai pasien dalam pengawasan (PDP), tetap bekerja dan diduga telah menularkan Coronavirus ke ratusan karyawan lainnya. Akibatnya 323 karyawan yang sudah menjalani rapid test harus dikarantina.[33][34]

Pada September 2020, HM Sampoerna melihat perubahan perilaku konsumsi para perokok. Seiring dengan daya beli yang menurun, para konsumen terlihat beralih ke rokok dengan kadar tar tinggi dan cenderung membeli bungkus rokok yang lebih kecil akibat pandemi COVID-19.[35]

Referensi

  1. ^ a b c d e Lap Tahunan HMSP, 2021
  2. ^ a b c Sekilas Sampoerna
  3. ^ a b c d e f g h Mereka Mau Hidup Seribu Tahun Lagi: PULUHAN MEREK INDONESIA YANG MAMPU ...
  4. ^ a b Profil Pendiri Rokok Sampoerna, Berawal dari Jualan Tembakau Keliling
  5. ^ Kretek Jawa: Gaya Hidup Lintas Budaya
  6. ^ Rokok RI: Inilah Kisah Djie Sam Soe Bermula
  7. ^ a b Mengenal Rokok Kretek Khas Indonesia, Dianggap Unik dan Khas Indonesia
  8. ^ a b c House of Sampoerna
  9. ^ a b Kisah Sukses Para Kampium SDM
  10. ^ a b c d e f Bab III
  11. ^ a b Launching for Marketer + Box
  12. ^ a b SIASAT MENGEMAS NIKMAT: Ambiguitas Gaya Hidup dalam Iklan Rokok Di Masa ...
  13. ^ a b c d Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: A Biographical Dictionary .
  14. ^ Big Business and Economic Development: Conglomerates and Economic Groups in ...
  15. ^ a b c Emiten pasar modal Indonesia
  16. ^ a b Bab IV
  17. ^ a b Begini harusnya bisnis!: 5 kunci emas pengusaha spektakuler Indonesia
  18. ^ a b Siasat bisnis: menang dan bertahan di abad Asia Pasifik
  19. ^ Jakarta Jakarta
  20. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 5,Masalah 5-6
  21. ^ Indonesian Capital Market Directory
  22. ^ Globalization of the Jakarta Stock Exchange
  23. ^ Sejarah dan Profil Singkat HMSP (HM Sampoerna Tbk)
  24. ^ Big Business and Economic Development: Conglomerates and Economic Groups in ...
  25. ^ Indonesia's Economy: Personalities
  26. ^ a b Ilmu Bisnis Tionghoa
  27. ^ a b Di Balik Pembelian HM Sampoerna oleh Philip Morris
  28. ^ Philip Morris Kuasai 97 Persen Saham Sampoerna
  29. ^ Putera Sampoerna: Akuisisi Langkah Terbaik
  30. ^ "Ini Para Pemenang Anugerah Produk Pertanian Berdaya Saing 2013". Kompas. Sabtu, 30 November 2013. 
  31. ^ "Para Pemenang Anugerah Produk Pertanian Berdaya Saing 2013". Viva News. 29 November 2013. 
  32. ^ Bos Sampoerna...
  33. ^ "2 Karyawan Pabrik Rokok PT HM Sampoerna Meninggal karena Corona, Risma Sebut Ada yang Tak Jujur". Warta Kota. Diakses tanggal 2020-04-30. 
  34. ^ Media, Kompas Cyber. "2 Pegawai Pabrik Sampoerna Meninggal Positif Covid-19, Ratusan Karyawan Dikarantina". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-04-30. 
  35. ^ Media, Kompas Cyber. "Pandemi Covid-19, HM Sampoerna (HMSP) melihat ada perubahan perilaku konsumsi perokok". Kontan.co.id. Diakses tanggal 2020-10-12. 

Lihat Juga

Tautan Luar

Socials Media