Jalan RE Martadinata (Jakarta)

jalan raya di Indonesia
Revisi sejak 13 Agustus 2022 04.17 oleh RasyaAbhirama13 (bicara | kontrib) (Penulisan sejarah)

Jalan RE Martadinata (sebelumnya bernama Priokweg)[1] adalah salah satu jalan utama Jakarta, Indonesia. Jalan ini menghubungkan Stasiun Tanjung Priok dan Pademangan. Nama jalan ini diambil dari nama laksamana yang sekaligus pahlawan nasional Indonesia, R. E. Martadinata. Jalan ini dilintasi oleh KRL Commuter Line Lin Tanjung Priok dan Jalan Tol Pelabuhan. Jalan ini membentang sepanjang 6,1 km dari Tanjung Priok, Tanjung Priok, Jakarta Utara sampai Pademangan Barat, Pademangan, Jakarta Utara. Jalan ini melintasi 6 kelurahan, yakni:

Jalan RE Martadinata dan aliran kanal Ancol ca 1930

Di jalan ini terdapat Stadion Internasional Jakarta (Jakarta International Stadium).

Sejarah

Nama dan Kondisi Jalan

Jalan RE Martadinata sebelumnya bernama Priokweg. Dalam Bahasa Belanda, "Weg" berarti jalan, sehingga secara harfiah, Priokweg berarti "Jalan Priok", namun masyarakat pada saat itu menyebutnya "Jalan Ancol".

Jalan RE Martadinata (Priokweg) sebelumnya merupakan sebuah jalan tanah yang dikeraskan yang sudah ada sejak abad ke-19. Pada tahun 1920 jalan ini diperbaiki dan diperkeras dengan aspal secara bertahap. Perbaikan jalan Priokweg dirangkum dalam sebuah Publikasi Hindia Belanda pada tahun 1926. Perbaikan Jalan Priokweg memakan banyak biaya, sehingga pernah dinobatkan sebagai jalan dengan kualitas terbaik di dunia.

Setelah perbaikan, jalan Priokweg justru membawa bahaya, karena pada saat itu jalan Priokweg memiliki permukaan yang licin. Selain itu, suasana dari Jalan Priokweg masih sepi dan jarang ditemukannya rumah penduduk. Para pengendara yang melewati Priokweg khawatir akan terjadi sesuatu sehingga mereka mengendarai kendaraannya sekuat-kuatnya hingga berakibat kecelakaan. Akibat kecelakaan yang sering terjadi, masyarkat sering menyebut Jalan Priokweg sebagai "Jalan Maut".[1]

Mitos Jalan Priokweg

Pada rentang tahun 1920 hingga 1960, terdapat mitos yang berkembang yang dipercaya oleh masyarakat sekitar maupun yang pengendara yang melintasi Jalan Priokweg. Pengendara yang melewati jalan tersebut harus membunyikan klakson sebanyak tiga kali, terutama saat malam hari, dengan alasan untuk mengusir hantu atau setan yang ada di jalan tersebut pada malam hari. Karena jika pengendara tidak membunyikan klakson sebanyak tiga kali, maka pengendara tersebut dapat mengalami kecelakaan.

Untuk mengurangi kecelakaan yang disebabkan oleh mitos yang dipercayai masyarakat dan pengendara, komunitas Tionghoa yang berbasis di Glodok berinisiatif untuk membuat "Tepekong", sebuah tempat pemujaan kecil yang ditempatkan tidak jauh dari Jembatan Ancol yang terkenal dengan mitos "Si Manis Jembatan Ancol". "Tepekong" tersebut dibuat sekitar tahun 1960 yang berfungsi untuk menghindari kecelakaan yang disebabkan oleh roh halus maupun kejahatan yang ada disekitar Jalan Priokweg.[1]

Persimpangan

Jalan ini memiliki 4 persimpangan utama, yaitu:

  • Persimpangan Pintu Masuk Terminal Tanjung Priok dan Stasiun Tanjung Priuk
  • Persimpangan Jalan Ketel
  • Persimpangan Jalan Sunter Permai Raya
  • Persimpangan Jalan Ancol Timur
  • Persimpangan Jalan Budi Mulia
  • Persimpangan Jalan Gunung Sahari dan Jalan Lodan

Transportasi

Jalur Bus

Berikut ini adalah trayek bus yang melayani Jalan RE Martadinata

Jalur Kereta Api

Lihat juga

Referensi

  1. ^ a b c Jalan Paling Maut di Jakarta Tahun 1920-1960, diakses tanggal 2022-08-13