Pajang

halaman disambiguasi Wikimedia
Revisi sejak 16 Agustus 2022 03.41 oleh Wagino 20100516 (bicara | kontrib) (Suntingan Inayubhagya (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Raden Salman)

Pajang adalah Salah satu kota kuno yang pernah menjadi bawahan Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak. Kemudian berkembang pesat menjadi Kesultanan Pajang. Sekarang merupakan bagian dari Kota Surakarta.

Saat Pajang Menjadi bawahan Majapahit

Pajang menjadi negeri bawahan Majapahit yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Pajang[1][2][3]

Bhre Pajang yang pernah menjabat ialah :

1. Rajasaduhita Iswari Dyah Nirtaja 1350-1388

2. Suhita 1389-1415

3. Sureswari 1429-1450[4]

Saat Pajang Menjadi bawahan Demak

Pajang terlihat sebagai kerajaan pertama yang muncul di pedalaman Jawa setelah runtuhnya kerajaan Islam di daerah pesisir.

Menurut naskah babad, Andayaningrat gugur di tangan Sunan Ngudung saat terjadinya perang antara Majapahit dan Demak. Ia kemudian digantikan oleh putranya, yang bernama Raden Kebo Kenanga, bergelar Ki Ageng Pengging. Sejak saat itu Pengging menjadi daerah bawahan Kerajaan Demak.

Beberapa tahun kemudian Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh hendak memberontak terhadap Demak. Putranya yang bergelar Jaka Tingkir setelah dewasa justru mengabdi ke Demak.

Prestasi Jaka Tingkir yang cemerlang dalam ketentaraan membuat ia diangkat sebagai menantu Trenggana, dan menjadi bupati Pajang bergelar Adiwijaya. Wilayah Pajang saat itu meliputi daerah Pengging (sekarang kira-kira mencakup Boyolali dan Klaten), Tingkir (daerah Salatiga), Butuh, dan sekitarnya.

Sepeninggal Sultan Trenggana tahun 1546, menjadi awal mula permasalahan muncul di Jipang Panolan (Bojonegoro) dan Pajang. Kedua wilayah di Jawa Tengah itu sama-sama menuntut hak atas takhta Demak. Arya Panangsang, keponakan Sultan Trenggana, yang memerintah Kadipaten Jipang berusaha menguasai salah satu kerajaan Islam terbesar di Jawa tersebut. Namun penguasa Pajang, Jaka Tingkir, menghalangi usahanya. Konflik pun meluas.

Diceritakan Serat Kandha, Jaka Tingkir adalah menantu Sultan Trenggana karena menikahi Ratu Mas Cempaka. Jaka Tingkir sebagai Adipati Pajang bergelar Adipati Adiwijaya (kelak Sultan Adiwijaya). Secara keturunan jelas ia tidak memiliki hak apapun atas Demak. Tetapi tidak lama setelah pemakaman Sultan Trenggana, Jaka Tingkir mengumumkan kekuasaannya di Demak. Pengangkatan mendadak Jaka Tingkir itu dilakukan berdasarkan pilihan rakyat Demak Bintara dan persetujuan seluruh Adipati bawahan Demak. Ia lalu memerintahkan agar pemerintahan Demak dipindah ke Pajang. Seluruh benda-benda pusaka di Demak juga tak luput dari perpindahan tersebut.[5]

Saat menjadi Kesultanan Pajang

Pada awal berdirinya atau pada tahun 1568, bahwa wilayah Pajang yang terkait eksistensi Demak pada masa sebelumnya, hanya meliputi sebagian Jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggana.

Pada tahun 1568 Adiwijaya dan para adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama dari Surabaya (pemimpin persekutuan adipati Jawa Timur) dinikahkan dengan putri Adiwijaya.

Negeri kuat lainnya, yaitu Madura juga berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya yang bernama Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Dhuwur juga diambil sebagai menantu Adiwijaya.[6]

Daftar Sultan Pajang

  1. Jaka Tingkir atau Adiwijaya (1568-1583)
  2. Arya Pangiri atau Awantipura (1583-1586)
  3. Pangeran Benawa atau Prabuwijaya (1586-1587)

Saat menjadi bawahan Kesultanan Mataram

Setelah terjadi Perpindahan kekuasaan ke Mataram (1587) status Pajang berubah kembali menjadi Kadipaten.

  1. Pangeran Gagak Baning (1587-1591), adik dari Panembahan Senapati
  1. Pangeran Sidawini (1591-1617)[7]

Sumber Primer

  1. Prasasti Waringin Pitu 1447 M
  2. Kitab Negarakretagama
  3. Serat Pararaton

Kutipan

  1. ^ "Kitab Pararaton (terjemahan)". majapahitprana.blogspot.com. Diakses tanggal 19 Desember 2021. 
  2. ^ "Terjemahan Lengkap Naskah Manuskrip Nagarakretagama". historynote.wordpress.com. hlm. Pupuh 5 dan 6. Diakses tanggal 19 Desember 2021. 
  3. ^ "Silsilah Lengkap Pararaja Majapahit Versi Siwi Sang". siwisang.wordpress.com. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 
  4. ^ "Tokoh Majapahit Paling Berpengaruh dalam Prasasti Waringin Pitu 1447 M". kompasiana.com. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 
  5. ^ "Kesultanan Pajang". wiki-indonesia.club. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 
  6. ^ "Kesultanan Pajang". wiki-indonesia.club. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 
  7. ^ "Kesultanan Pajang". wiki-indonesia.club. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 

Referensi

  • Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (dalam bahasa Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 339-340. ISBN 978-979-2552-546.

Lihat pula